Saudara Kembarnya Ikut Akhiri Hidup Bersama Orangtua, Begini Nasib K yang Kini Hidup Sebatang Kara
Nasib malang menimpa K, gadis 13 tahun yang kehilangan anggota keluarganya termasuk ayah (W), ibu (S) dan saudara kembarnya (R). Ketiga keluarganya t
TRIBUN-BALI.COM – Saudara Kembarnya Ikut Akhiri Hidup Bersama Orangtua, Begini Nasib K yang Kini Hidup Sebatang Kara
Nasib malang menimpa K, gadis 13 tahun yang kehilangan anggota keluarganya termasuk ayah (W), ibu (S) dan saudara kembarnya (R).
Ketiga keluarganya tersebut ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar di rumah kontrakan, desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang pada Selasa, 12 Desember 2023.
Tak ditemukan tanda-tanda kekerasan, sehingga diduga kuat ketiganya negat mengakhiri hidup.
Lantas, bagaimana kini nasib K setelah kehilangan anggota keluarganya?
Baca juga: Satu Keluarga Tewas di Malang, Wasiat di Kaca Rias, Kakak Jaga Diri, Uang Pemakaman Jadi Satu
Baca juga: Kronologi Satu Keluarga di Malang Tewas, Tinggalkan Surat Wasiat untuk Sang Anak, Ini Isinya

K Mendapat Bantuan Beasiswa
Keluarga besar Dinas Pendidikan Kota Malang berduka atas meninggalnya seorang guru yang diduga kuat bunuh diri bersama istri dan seorang anak perempuannya di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Suwarjana menjelaskan sejauh ini masih belum diketahui motif di balik peristiwa nahas tersebut.
Ia mengatakan keluarga besar pendidik terpukul atas peristiwa tersebut.
Suwarjana menyebut peristiwa itu sebagai tragedi.
Saat ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang fokus untuk mendampingi satu orang anak yang selamat.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang akan memberikan pendampingan psikolog hingga bantuan beasiswa hingga perguruan tinggi.
"Yang jelas, kalau sekolah, kami akan usahakan beasiswa sampai SMA. Untuk perguruan tinggi, kami upayakan juga. Berita ini memang sangat mengagetkan," terangnya, Selasa (12/12/2023).
Tinggalkan Surat Wasiat

Di sisi lain, ditemukan pesan terakhir atau surat wasiat yang ditujukan untuk anak korban yang masih hidup, K (12).
Pesan tersebut tertulis di kaca rias di dalam kamar yang menjadi TKP menggunakan spidol hitam.
"Kakak jaga diri. Papa, mama, adik pergi dulu. Nurut uti, kung, tante, dan om. Belajar yang baik. Uang papa mama untuk pemakaman jadi satu. Love you kakak," tulis dalam pesan tersebut.
"Sementara tidak ada yang mencurigakan. Memang ada pesan di cermin meja rias. Pesan itu untuk kakak (K)," tandasnya.
Awal Ditemukan
Berangkat dari kecurigaan K mendapati rumah dalam keadaan sepi dan salah satu pintu kamar terkunci, K lalu lalu berteriak meminta tolong kepada warga sekitar.
Warga yang datang kemudian mendobrak pintu kamar yang dalam keadaan terkunci.
Di situlah mereka menemukan 3 orang yakni W (ayah), S (ibu) dan R (kembaran K) sudah tak berdaya.
Sementara itu Satreskrim Polres Malang masih mendalami motif dugaan bunuh diri satu keluarga di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Selasa (12/12/2023).
Kasatreskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat mengatakan, tiga jenazah terdiri dari ayah W (44), ibu S (40), dan anaknya R (12) saat ini masih berada di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.
"Terhadap ketiga korban, kami masih menunggu persetujuan dari keluarga untuk dilakukan autopsi guna mengetahui penyebab kematiannya," katanya.
Awalnya sekitar pukul 08.15 WIB, anak korban yang berinisial K (12) merupakan kembaran dari R, keluar rumah dengan berteriak minta tolong.
Mendengar teriakan K, tetangga korban lantas menghampiri dan menuju ke rumah korban.
Saat itu mereka mendobrak pintu kamar yang dalam keadaan terkunci.
Usai dibuka, di dalam kamar ditemukan 3 orang yakni W dalam kondisi masih sadar namun tubuhnya berdarah.
Sedangkan dua orang perempuan yakni S dan R sudah dalam keadaan meninggal dunia di atas kasur.
"W keadaan pergelangan tangannya di sebelah kiri mengeluarkan banyak darah akibat luka sayatan. Ada dua luka sayatan, yang satu cukup dalam," sambung Gandha.
W sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat.
W tak dapat terselamatkan dan akhirnya menghembuskan napasnya di rumah sakit.
Kemudian, S dan R meninggal dunia dalam keadaan telentang di atas kasur dengan mulut berbusa.

R Sempat Diminta Pindah Kamar
Ada beberapa fakta yang diketahui oleh kepolisian.
Sebelum mendapati ayah, ibu dan kembarannya meninggal dunia, K mengatakan sekitar pukul 03.00 WIB, W menghampiri R untuk pindah tidur dengannya dan ibunya di kamar yang berbeda.
Setelah itu K melanjutkan tidurnya.
Kemudian, K terbangun karena ia merasa kesiangan untuk menjalankan salat subuh.
"Kemudian bangun subuh, K merasa kok kesiangan nggak kayak biasanya.
Setelah itu K menggedor kamar nggak bisa, akhirnya keluar minta tolong ke tetangga," ujarnya.
Sosok W, Seorang Guru yang Baik
Sosok W yang tewas tersebut berprofesi sebagai guru.
Guru berinisial W tersebut mengajar di sebuah sekolah negeri tingkat dasar di Kota Malang.
"Yang jelas, kalau sekolah, kami akan usahakan beasiswa sampai SMA. Untuk perguruan tinggi, kami upayakan juga. Berita ini memang sangat mengagetkan," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Suwarjana, Selasa (12/12/2023).
Suwarjana mengungkapkan, berdasarkan informasi yang ia dapat dari kepala sekolah serta warga terdekat kawasan perumahan korban, W dikenal sebagai sosok yang bersahaja.
Tidak ada hal yang melenceng dari kebiasaannya belakangan ini.
Semua berjalan seperti biasa, berangkat mengajar, beribadah hingga berinteraksi dengan rekan sejawat.
"Informasi dari kepala sekolah dan teman sejawat, beliau guru yang baik. Beliau juga Ketua KKG Gugus Sukun. Tidak mungkin terpilih kalau dia tidak baik, kan begitu," ujarnya.
Kepala sekolah tempat W mengajar mengatakan, korban terakhir kali berinteraksi, Senin (11/12/2023).
Interaksi bersama teman sejawat tidak ada yang berbeda.
Suwarjana dan sejumlah teman sejawatnya kaget atas peristiwa ini karena tidak ada cerita atau ungkapan yang disampaikan oleh korban.
Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat juga menyampaikan keprihatinannya.
Ia mengungkapkan, peristiwa itu membuatnya kaget ketika pertama kali mendengar.
Dia juga mengaku masih belum mengetahui motif di balik peristiwa nahas tersebut.
Ia mengatakan keluarga besar pendidik terpukul atas peristiwa tersebut.
Suwarjana menyebut peristiwa itu sebagai tragedi.
Saat ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang fokus untuk mendampingi satu orang anak yang selamat.
"Itu tragedi. Kami prihatin atas apa yang terjadi," ungkapnya.
DISCLAIMER:
Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri.
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling.
(*)
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Satu Keluarga Akhiri Hidup dengan Tragis Tersisa Satu Anak Kembar, Ini Kronologisnya,
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.