Konflik Palestina Vs Israel
Barat dan Uni Eropa Mulai Tinggalkan Israel, Tuntut Kekerasan Dihentikan di Tepi Barat
Barat dan Uni Eropa mulai berpaling dari Israel, serukan kekerasan dihentikan di Tepi Barat.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Negara-negara Barat seperti dan Uni Eropa mulai berpaling dari Israel, serukan kekerasan dihentikan di Tepi Barat.
Beberapa negara mendesak Israel untuk menghentikan kekerasan dan kekejaman yang terjadi di wilayah Tepi Barat, Kota Jenin terhadap warga Palestina.
Hal ini secara terang-terangan diserukan oleh Negara Barat dan Uni Eropa seperti Australia, Inggris, Kanada, Perancis, Uni Eropa, dan beberapa negara Eropa lainnya.
Lantaran beberapa serangan yang dilakukan oleh para pemukim ekstrimis Israel sejak awal Oktober.
Baca juga: Brigade Al-Qassam Jadi Ladang Kematian Untuk Israel, Hamas Bunuh 36 Tentara IDF dan Ratakan 72 Tank
Beberapa negara tersebut menyebutkan jika hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan menyoroti banyak kasus kekerasan yang menimpa warga Palestina di sana.
Diketahui, jika penyerangan dan kasus kekerasan telah membunuh delapan warga Palestina dan melukai setidaknya 83 warga sipil di Tepi Barat.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan Jerman masih getol menjadi tameng negara ini.
Oleh karena itu, dalam pernyataan bersama yang diterbitkan pada Jumat (15/12/2023). mereka menuntut langkah pasti dan tegas untuk menghentikan kekerasan di Tepi Barat.
Israel pun dianggap wajib melindungi warga sipil Palestina dan memberikan hukuman yang setimpal pada orang-orang yang melakukan aksi penindasan yang tak berprikemanusian ini.
Dilansir Kompas.com, mereka mengungkapkan beberapa poin penting dari seruan ini.
"Sebagai kekuatan pendudukan, Israel harus melindungi warga sipil Palestina di Tepi Barat dan menyeret mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan ini ke pengadilan," ungkap mereka dalam pernyataan tersebut.
Pernyataan Jumat itu muncul beberapa hari setelah kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen mendukung pemberlakuan sanksi terhadap para pemukim "ekstremis" Israel -meskipun tidak semua dari 27 negara anggota blok itu setuju.
Sementara beberapa anggota seperti Spanyol mengkritik tajam respon Israel terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober, yang lain termasuk Jerman berdiri teguh di belakang negara itu.
Baca juga: Israel Kalah di Jenin, Hamas Tewaskan 10 Tentara IDF Setelah 3 Hari Perang di Tepi Barat
Israel telah menduduki Tepi Barat sejak perang Arab-Israel tahun 1967, dan dalam beberapa bulan terakhir pasukannya telah melakukan serangan mematikan berulang kali di kamp pengungsi Jenin di utara wilayah itu.
Lebih dari 280 warga Palestina telah terbunuh oleh pasukan Israel atau pemukim di Tepi Barat sejak perang di Gaza meletus pada 7 Oktober, kata para pejabat Kementerian Kesehatan di wilayah Palestina.
Selama periode yang sama, lebih dari 18.700 orang dilaporkan telah terbunuh dalam serangan Israel di Gaza.
Perang pecah dengan serangan oleh militan Hamas di Israel selatan, yang menurut para pejabat Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera, di mana 105 orang di antaranya telah dibebaskan dan beberapa lainnya terbunuh.
Baca juga: Pertahanan IDF Melamah, Hamas Klaim Berhasil Tewaskan 15 Tentara Israel Usai Bentrokan Jarak Dekat
10 Tentara Tewas di Brigade Al-Qassam
Sebanyak 10 tentara Israel tewas setelah serangan yang dilakukan Brigade Al-Qassam di Jalur Gaza.
Serangan ini dianggap sebagai serangan paling mematikan selama perang Hamas Palestina dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Jalur Gaza.
Serangan mematikan tersebut memakan nyawa tentara Israel sebanyak 10 orang.
Dilansir Tribunnews.com dikutip Al Jazeera, Brigade Al-Qassam menjelaskan jika mereka menyerang empat tank Markeva Israel.
Selain itu, juga empat mereka juga melakukan penyerangan ke empat pengangkut personel militer di Sheikh Radwan, Gaza.
Israel sendiri mengakui jika serangan yang dilakukan al-Qassam adalah serangan maut paling mematukan sejak dilakukannya invasi darat ke jalur Gaza.
Semantara itu, Perdana Menteri Isral Benjamin Netanyahu krtik dan berbagai tekanan membanjiri pemerintah Israel dalam invasi militer yang dilakukan.
Benjamin menolak tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata dengan kelompok Palestina Hamas.
Namun Benjamin bersumpah untuk tetap melakukan serangan sampai akhir.
Hal ini kemudian memunci kemarahan dari berbagai masyarakat internasional, salah satu yang paling gencar adalah masyarakat Amerika Serikat yang mengkritik pemerintahan Israel setelah pembunuh terhadap ribuan warga sipil.
| Prabowo Siap Evakuasi 1.000 Warga Gaza Terluka ke Indonesia, Kerahkan Pesawat untuk Gelombang 1 |
|
|---|
| Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 Halaman 137, Observing and Asking Question: Routines |
|
|---|
| 107 Hari Sejak Serangan Pertama, Korban Tewas Perang di Gaza Capai 25.000 Orang |
|
|---|
| Hamas Ajukan Berakhirnya Perang Gaza Jadi Syarat Pembebasan Sandera, Netanyahu: Tolak Mentah-Mentah! |
|
|---|
| Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 9 Halaman 123 124 125, Chapter 6: We There Last Sunday |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.