Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Ngotot Tak Akan Akui Israel: Perlawanan Akan Terus Berlanjut
Hamas ngotot tak akan akui keabsahan kedudukan Israel, sebut akan terus lanjutkan perlawanan di Gaza.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hamas ngotot tak akan akui keabsahan kedudukan Israel, sebut akan terus lanjutkan perlawanan di Gaza.
Kelompok militan Hamas mengklaim tak akan mengakui keabsahan negara Israel.
Dalam pernyataannya, Hamas menyebut Israel sebagai pendudukan yang merampas hak-hak rakyat Palestina.
Oleh karena itu, perjuangan mereka akan tetap berlanjut.
Baca juga: Israel Luncurkan Serangan Bertubi-Tubi, Korban Tewas di Gaza Kini Capai 20.000 Orang
Dilansir pernyataan Musa Abu Marzouk selaku Anggota Biro Politik Hamas, menyebut Hamas ingin bergabung dengan pemerintahan Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) di Tepi Barat untuk membentuk negara Palestina yang juga mencakup Jalur Gaza dan Yerusalem Timur.
Dilansir Tribunnews.com, Abu juga mengatakan akan kesiapan Hamas untuk menyatukan Palestina bersama PLO dalam wawancara dengan Al Monitor.
"Hamas siap menjadi bagian dari PLO sebagai langkah untuk mengakhiri perpecahan di antara faksi-faksi perlawanan Palestina. Anda harus mengikuti sikap resmi," kata Abu Marzouk kepada Al Monitor pada Rabu (13/12/2023).
Dalam wawancara itu, Abu Marzouk mengatakan Hamas akan menghormati komitmen PLO.
Al Monitor menganggap pernyataan Abu Marzouk terkait Hamas yang akan mengikuti komitmen PLO, termasuk mengakui Israel sebagai negara.
Abu Marzouk: Hamas Tak akan Mengakui Israel
Setelah berita terkait pernyataan Abu Marzouk viral, ia merevisi berita tersebut, dengan mengatakan Al Monitor salah mengartikan perkataannya.
“Ada kesalahpahaman terhadap pernyataan media, dan oleh karena itu saya menegaskan bahwa gerakan Hamas tidak mengakui keabsahan pendudukan Israel," tulis Abu Marzouk di X, Kamis (14/12/2023).
"Kami (Hamas) tidak menerima perampasan hak-hak rakyat Palestina kami, dan kami menegaskan bahwa perlawanan akan terus berlanjut sampai pembebasan dan kembalinya mereka," lanjutnya.
Baca juga: Israel Kembali Lancarkan Serangan Udara Ke Selatan Gaza, Targetkan Rumah Sakit Kuwaiti di Rafah
Ia merevisi bagian yang disalah artikan oleh Al Monitor.
“Saya ingin menekankan bahwa beberapa poin dan frasa yang muncul dalam wawancara saya dengan Al-Monitor telah terdistorsi dan tidak mengungkapkan posisi saya dan posisi gerakan, yang tidak ada perubahannya,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh mengatakan, mereka terbuka untuk membahas inisiatif apa pun yang mengarah pada penghentian agresi Israel di Gaza.
Ia juga membuka pintu untuk menertibkan rumah tangga Palestina.
"Kami terbuka untuk mendiskusikan ide atau inisiatif apa pun yang mengarah pada penghentian agresi, dan membuka pintu untuk menertibkan rumah Palestina di tingkat Tepi Barat dan Jalur Gaza,” kata Ismail Haniyeh, dikutip Anadolu.
Ismail Haniyeh mengingatkan Israel dan AS yang membuat rencana untuk membentuk pemerintahan di Jalur Gaza, menggantikan Hamas.
Ia mengatakan segala pengaturan pemerintahan di Jalur Gaza tanpa melibatkan Hamas hanyalah ilusi.
Baca juga: Tentara Israel Enggan Temui Benjamin Netanyahu, Kondisi Psikologis IDF Makin Memburuk
Korban Tewas di Gaza Capai 20.000 Orang
75 hari setelah konflik berkelanjutan antara pemerintah Israel dan kelompok militan Hamas, korban tewas Gaza sudah capai 20.000 orang.
Sudah 75 hari berlalu sejak 7 Oktober 2023 dimana Israel pertama kali menyerukan serua perang dengan kelompok militan Hamas.
Pasukan IDF rutin melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza.
Kini korban jiwa di Gaza mencapai angka akan terus bertambah setiap harinya.
Hari ini, 20.000 orang dikonfirmasi meninggal dunia sementara lebih banyak lagi luka-luka.
Mayoritas korban tewas merupakan anak-anak dan perempuan.
Serangan brutal tentara IDF dari berbagai arah memperburuk kondisi warga Palestina.
Selama 10 minggu, menurut laporan pemerintah setempat, korban jiwa mencapai angka yang memprihatinkan.
Setidaknya 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita termasuk di antara mereka yang tewas, kata Kantor Media Pemerintah Gaza, Rabu (20/12/2023).
Baca juga: Tentara Israel Enggan Temui Benjamin Netanyahu, Kondisi Psikologis IDF Makin Memburuk
Sejak gencatan senjata tujuh hari gagal pada 1 Desember 2023, perang telah memasuki fase yang lebih intensif.
Dilansir Al Jazeera, pertempuran darat yang sebelumnya terbatas pada bagian utara wilayah tersebut kini tersebar di seluruh wilayah.
“Jelas bahwa konflik akan berlanjut dan perlu dipindahkan ke fase intensitas yang lebih rendah," ujar Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
“Kami berharap untuk melihat dan ingin melihat peralihan ke operasi (Israel) yang lebih bertarget dengan jumlah pasukan yang lebih kecil yang benar-benar fokus menangani kepemimpinan Hamas, jaringan terowongan dan beberapa hal penting lainnya."
“Dan ketika hal itu terjadi, saya pikir Anda juga akan melihat bahwa kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil juga berkurang secara signifikan," jelas Blinken.
| Prabowo Siap Evakuasi 1.000 Warga Gaza Terluka ke Indonesia, Kerahkan Pesawat untuk Gelombang 1 |
|
|---|
| Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 Halaman 137, Observing and Asking Question: Routines |
|
|---|
| 107 Hari Sejak Serangan Pertama, Korban Tewas Perang di Gaza Capai 25.000 Orang |
|
|---|
| Hamas Ajukan Berakhirnya Perang Gaza Jadi Syarat Pembebasan Sandera, Netanyahu: Tolak Mentah-Mentah! |
|
|---|
| Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 9 Halaman 123 124 125, Chapter 6: We There Last Sunday |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.