Seputar Bali
Waspada Inflasi Januari 2024, Sektor Hortikultura Jadi Penggerak Utama Inflasi Tinggi
Inflasi pada Januari 2024 perlu diwaspadai akibat peningkatan harga rokok, dan potensi masih berlanjutnya kenaikan harga hortikultura
Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Ngurah Adi Kusuma
Laporan Wartawan Tribun Bali, Arini Valentya Chusni
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Inflasi pada Januari 2024 perlu diwaspadai akibat peningkatan harga rokok, dan potensi masih berlanjutnya kenaikan harga hortikultura (cabai, bawang merah) seiring dengan berakhirnya musim panen.
Di sisi lain, penurunan harga BBM non subsidi per 1 Januari 2024 rata-rata sebesar -5,60 persen dan potensi penurunan tarif angkutan udara pasca tingginya permintaan pada libur Natal dan Tahun Baru diperkirakan akan menjadi penyumbang deflasi pada Januari 2024.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, R. Erwin Soeriadimadja mengatakan pada Desember 2023, inflasi bersumber dari kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, emas perhiasan, canang sari dan cabai rawit.
“Kenaikan harga komoditas cabai terutama disebabkan oleh penurunan pasokan seiring dengan berakhirnya musim panen raya,”
Baca juga: DPRD dan Pemda Klungkung Target Tuntaskan 12 Ranperda Sepanjang 2024
“Kemudian, kenaikan tarif angkutan udara terjadi seiring dengan peningkatan permintaan selama periode libur panjang Natal dan Tahun Baru 2024,” ujar Erwin.
Sementara itu, kenaikan harga emas perhiasan didorong oleh kenaikan harga emas di pasar internasional dan kenaikan harga canang sari disebabkan oleh peningkatan permintaan dalam rangka penyelenggaraan beberapa upacara keagamaan.
Di sisi lain, komoditas penyumbang deflasi adalah ikan tongkol segar dan diawetkan, dan aneka buah (mangga, papaya, jeruk) seiring dengan peningkatan pasokan.
Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, tekanan harga gabungan dua kota di Provinsi Bali (Denpasar dan Singaraja) pada Desember 2023 tercatat inflasi sebesar 0,48% (mtm), sehingga secara keseluruhan inflasi tahun 2023 sebesar 2,77% (yoy), berada dalam target sasaran 3±1%.
Baca juga: Bertugas di Bareskrim, Kombes Pol I Wayan Jiartana Serahkan Jabatan Wakapolresta Denpasar
TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali secara konsisten melakukan pengendalian inflasi melalui kerangka 4K antara lain:
i) intensifikasi penyelenggaraan operasi pasar murah untuk menjaga stabilitas harga dan pemantauan harga dengan koordinasi antar Lembaga;
iI) pemberian subsidi ongkos angkut khususnya dalam kegiatan operasi pasar;
iiI) perluasan ekosistem agribisnis komoditas hortikultura melalui kemitraan Close Loop;
iv) mendorong peran Perumda Pangan se-Bali dan Distributor dalam menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga pangan;
v) memperluas dan meningkatkan Kerja sama Antar Daerah (KAD); dan vi) mempercepat rencana pembentukan pasar induk di Provinsi Bali.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.