Berita Bangli

Pendapatan Anjlok, Naiknya Harga Emas Membuat Perajin Aksesoris Pengantin Ketar-ketir

Pendapatan Narsa Anjlok Hingga 50 Persen Lebih >>> Naiknya Harga Emas Membuat Perajin Aksesoris Pengantin Ketar-ketir

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Fenty Lilian Ariani
Istimewa
Nyoman Narsa tunjukkan hasil karyanya 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Harga bahan baku emas yang terus meningkat membuat perajin aksesoris pengantin ketar-ketir.

Pasalnya ditengah harga yang melambung tinggi, perajin tak kuasa menaikkan harga produk karena khawatir pelanggan akan lari.

Seperti diungkapkan I Nyoman Narsa. Perajin aksesoris pengantin asal Banjar Pande, Kelurahan Cemapaga, Bangli ini mengungkapkan, dalam pembuatan aksesoris pengantin ia memanfaatkan beberapa bahan. Mulai dari emas, perak hingga tembaga. 

Namun terhitung sejak dua hingga tiga pekan terakhir, harga bahan baku khususnya emas diakui mengalami kenaikan cukup signifikan.

"Sebelumnya harga emas kisaran Rp 800 ribu per gram. Namun sekarang sudah mencapai Rp 1,1 juta per gram. Itu (bahan baku) yang paling mahal. Kalau perak dan tembaga tidak ada kenaikan," ucapnya Minggu (14/1/2024).

Naiknya harga emas tentu menjadi kendala bagi Narsa. Sebab biaya produksi yang tinggi, justru tidak bisa diimbangi dengan kenaikan harga produk.

Narsa khawatir jika menaikkan harga produk, ia akan kehilangan pelanggan. Sebab perajin aksesoris pengantin seperti dirinya cukup banyak. 

"Terpaksa kami masih jual dengan harga tetap. Walaupun dari segi pendapatan juga turun hingga lebih dari 50 persen. Misalnya sebelum harga naik, bisa menghasilkan sampai Rp 50 juta, saat ini hanya Rp 20 juta," ujar pria yang sudah menekuni usaha sejak tahun 1995 ini.

Lebih lanjut dikatakan, untuk menjalankan usahanya Narsa mengajak tenaga sekitar 9 orang. Ia menghasilkan beragam produk, mulai dari gelungan, bros, bunga dan lainnya.

Baca juga: Gigitan HPR Mencapai 6.231 Kasus Setahun, Stok VAR Aman Setahun Jika Kasus Tak Bertambah

Seluruh produk dibuat sesuai dengan permintaan dari pelanggan. 

"Biasanya pelanggan membawa contoh sesuai tren atau ciri khas di daerah asal. Mengenai pemasaran, saya jual di beberapa wilayah Kabupaten/Kota di Bali. Ada juga yang keluar Bali, seperti Lombok, Nusa Tenggara Barat," tandasnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved