Berita Karangasem

Peternak Ayam Mengeluh, Harga Jagung Meningkat Jadi Rp 10 Ribu per Kilogramnya

Harga Jagung Meningkat Rp 10 Ribu per Kilogramnya, Peternak Ayam Mengeluh

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Fenty Lilian Ariani
Istimewa
Peternak ayam di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kab. Karangasem sedang melihat kondisi kandang ayam, Senin (15/1/2024) siang hari. 

AMLAPURA, TRIBUN-BALI.COM - Peternak ayam bertelur di Kab. Karangasem  mengeluh lantaran harga jagung untuk pakan ternak meningkat drastis.

Kenaikan ini  terjadi sebulan terakhir. Naiknya  diperkirakan mencapai  sekitar 30 sampai 35 persen.

Semula 7 ribu, kini menembus  angka 10 ribu perkilogram.

I Ketut Edi Santa, peternak ayam asal Sebudi, Kecamatan  Selat, mengaku,  harga  makanan ternak naik sejak akhir Bulan Desember 2023 secara  bertahap.

Dari 7 ribu perkilogram, kini menjadi 10 ribu. 

Seandainya  di kalkulasi, ada  peningkatan  3 ribu rupiah perkilogram dalam sebulan. Kondisi ini dikeluhkan peternak.

"Peternak banyak  mengeluh setelah naiknya harga jagung. Kondisi ini tidak sesuai  dengan harga telur di pasar. Makanya banyak peternak yang merugi lantaran ini. Bayangkan harga telur per trainya hanya 34 ribu,"kata Edi, Senin (15/1).

Perhari peternak mengalami kerugian hingga ratusan ribu perhari.

Mengingat setiap harinya mengeluarkan puluhan kilo jagung untuk ribuan ternak.

"Parahnya, stok  makanan ternak (jagung) menipis di pasaran. Sehingga peternak kesulitan mendapatkannya. Makanya banyak yang mengeluh peternak,"tambah Edi

Baca juga: Terkait Pajak Hiburan Naik 40 Persen, PHRI Badung : Judicial Review atau Demo Solusinya


Pihaknya tak mengetahui penyebab meningkat harga pakan ternak, serta langka stok. 

Kemungkinan  dikarenakan  pengiriman jagung dari luar jumlahnya sedikit, sehingga  jagung lokal naik  lumayan drastis.

Banyak perusahaan besar mengambil alih pasokan jagung, sehingga stok di pasaran berkurang. 

Pihaknya berharap harga pakan ternak dan telur kembali normal seperti bulan sebelumnya.

Harga pakan ternak bisa normal,  sehingga  peternak tidak  mengeluh.

Minimal pengeluaran berserta pemasukannya seimbang, tak merugi.

Untuk saat ini harga pakan ternak dengan penghasilannya tidak seimbang.

"Karena  setiap  hari merugi, terpaksa jumlah ternak dikurangi. Ayam yang  produktifitasnya menurun terpaksa di jual. Telur yang dihasilkan sudah sedikit. Sekarang ternak yang masuk sampai ribuan ekor. Semoga kondisi  kembali membaik,"harap Ketut Edi. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved