Berita Karangasem
Peternak Ayam Mengeluh, Harga Jagung Meningkat Jadi Rp 10 Ribu per Kilogramnya
Harga Jagung Meningkat Rp 10 Ribu per Kilogramnya, Peternak Ayam Mengeluh
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Fenty Lilian Ariani
AMLAPURA, TRIBUN-BALI.COM - Peternak ayam bertelur di Kab. Karangasem mengeluh lantaran harga jagung untuk pakan ternak meningkat drastis.
Kenaikan ini terjadi sebulan terakhir. Naiknya diperkirakan mencapai sekitar 30 sampai 35 persen.
Semula 7 ribu, kini menembus angka 10 ribu perkilogram.
I Ketut Edi Santa, peternak ayam asal Sebudi, Kecamatan Selat, mengaku, harga makanan ternak naik sejak akhir Bulan Desember 2023 secara bertahap.
Dari 7 ribu perkilogram, kini menjadi 10 ribu.
Seandainya di kalkulasi, ada peningkatan 3 ribu rupiah perkilogram dalam sebulan. Kondisi ini dikeluhkan peternak.
"Peternak banyak mengeluh setelah naiknya harga jagung. Kondisi ini tidak sesuai dengan harga telur di pasar. Makanya banyak peternak yang merugi lantaran ini. Bayangkan harga telur per trainya hanya 34 ribu,"kata Edi, Senin (15/1).
Perhari peternak mengalami kerugian hingga ratusan ribu perhari.
Mengingat setiap harinya mengeluarkan puluhan kilo jagung untuk ribuan ternak.
"Parahnya, stok makanan ternak (jagung) menipis di pasaran. Sehingga peternak kesulitan mendapatkannya. Makanya banyak yang mengeluh peternak,"tambah Edi
Baca juga: Terkait Pajak Hiburan Naik 40 Persen, PHRI Badung : Judicial Review atau Demo Solusinya
Pihaknya tak mengetahui penyebab meningkat harga pakan ternak, serta langka stok.
Kemungkinan dikarenakan pengiriman jagung dari luar jumlahnya sedikit, sehingga jagung lokal naik lumayan drastis.
Banyak perusahaan besar mengambil alih pasokan jagung, sehingga stok di pasaran berkurang.
Pihaknya berharap harga pakan ternak dan telur kembali normal seperti bulan sebelumnya.
Harga pakan ternak bisa normal, sehingga peternak tidak mengeluh.
Minimal pengeluaran berserta pemasukannya seimbang, tak merugi.
Untuk saat ini harga pakan ternak dengan penghasilannya tidak seimbang.
"Karena setiap hari merugi, terpaksa jumlah ternak dikurangi. Ayam yang produktifitasnya menurun terpaksa di jual. Telur yang dihasilkan sudah sedikit. Sekarang ternak yang masuk sampai ribuan ekor. Semoga kondisi kembali membaik,"harap Ketut Edi. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.