Bisnis

Suku Bunga Acuan Januari 2024 Tetap 6 Persen, BI: Agar Inflasi Tetap Terkendali

Suku Bunga Acuan Januari 2024 Tetap 6 Persen, BI: Agar Inflasi Tetap Terkendali

Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Fenty Lilian Ariani
Tribunnews/Jeprima
Ilustrasi Uang - Suku Bunga Acuan Januari 2024 Tetap 6 Persen, BI: Agar Inflasi Tetap Terkendali 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI Rate sebesar 6 persen pada Januari 2024

Hal ini disampaikan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan pertama tahun ini.  Adapun tingkat suku bunga acuan tersebut tidak berubah sejak Oktober 2023. 

Bank sentral juga tidak mengubah suku bunga deposit facility sebesar 5,25%. Begitu pula dengan suku bunga lending facility yang bertahan di level 6,75%.   

Dalam data yang dikutip Tribun Bali melalui akun instagram @bank_indonesia_bali, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah. 

Selain itu, keputusan menahan suku bunga acuan sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali di sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.  

Sementara, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga. 

Adapun, BI memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,7%-5,5% pada 2024. Hal itu ditopang oleh permintaan domestik, terutama berlanjutnya konsumsi masyarakat yang kuat serta dampak positif penyelenggaraan pemilu. 

Selain itu, BI juga melihat akan adanya kenaikan investasi khususnya bangunan sejalan dengan keberlanjutan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Sementara itu, untuk ekonomi global BI memperkirakan adanya pertumbuhan sebesar 3% (yoy) pada 2023 dan melambat 2,8% (yoy) pada 2024. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. 

Baca juga: PHRI Apresiasi Upaya Pemkab Badung Jalankan Pajak Hiburan 15 Persen


Di sisi lain, ekonomi China melambat seiring dengan lemahnya konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai dampak lanjutan dari sektor properti dan terbatasnya stimulus fiskal. Lebih lanjut, penurunan inflasi AS dan negara maju masih berlanjut tetapi masih di atas sasaran bank sentral. 

Sementara itu, siklus kenaikan suku bunga Fed Fund Rate diperkirakan telah berakhir meskipun masih tinggi di semester I/2024. BI melihat potensi penurunan FFR baru akan terjadi pada semester II/2024. Sebagai informasi, per 21 Desember 2023, BI mengumumkan untuk kembali menggunakan nama BI-Rate sebagai suku bunga kebijakan menggantikan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate. 

Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat komunikasi kebijakan moneter. Meski demikian, BI menegaskan bahwa penggantian nama ini tidak mengubah makna dan tujuan BI-Rate sebagai stance kebijakan moneter Bank Indonesia. Operasionalisasinya juga tetap mengacu pada transaksi reverse repo Bank Indonesia tenor tujuh hari.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved