TKI Meninggal di Jepang
Keluarga TKI yang Meninggal di Jepang Mohon Bantuan Semua Pihak, Dana Pemulangan Layon Rp120 Juta
Keluarga TKI yang Meninggal di Jepang Mohon Dukungan, Proses Pemulangan Layon Butuh Dana Rp120 Juta
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Kartika Viktriani
NEGARA, TRIBUN-BALI.COM - Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Jembrana mendampingi pihak keluarga dalam proses mediasi pemulangan jenazah TKI Ida Bagus Subali, Rabu 24 Januari 2024.
Mediasi tersebut juga difasilitasi BP3MI Bali di Denpasar.
Karena terkendala biaya, pihak keluarga almarhum memohon dukungan kepada semua pihak serta masyarakat yang peduli untuk membantu.
Kabid Penempatan Tenaga Kerja, Disnakerperin Jembrana, Putu Agus Arimbawa mengatakan, telah mendampingi pihak keluarga untuk melakukan mediasi yang juga difasilitasi pihak BP3MI Bali di Denpasar.
Secara umum, almarhum Ida Bagus Subali merupakan salah satu korban pemberangkatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke Luar Negeri dengan cara yang anprosedural alias illegal atau tanpa melalui prosedur yang benar.
"Karena itu, proses pemulangan layonnya dilakukan oleh pihak keluarga secara mandiri. Estimasi biayanya mencapai Rp120 Juta," ungkapnya.
Baca juga: Ida Bagus Subali, TKI asal Bali yang Bekerja di Jepang Meninggal Dunia, Tinggalkan 3 Orang Anak
Agus Arimbawa menyampaikan, dengan kondisi saat ini pihak keluarga sedang berupaya untuk memohon dukungan kepada para pihak baik pemerintah maupun organisasi sosial agar bisa segera memulangkan layon Ida Bagus Subali.
"Pihak keluarga melalui IB Susena juga memberikan kesempatan kepada masyarakat yang peduli untuk memberi kukungan berupa donasi," ungkapnya.
"Kami harap Semeton Bali yang peduli mari bersama-sama membantu untuk proses pemulangan layon saudara kita dari Jepang menuju Bali," harapnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Jembrana, Bali meninggal dunia di Jepang.
Informasi tersebut baru diterima pihak keluarga, pada Senin 22 Januari 2024 kemarin.
Diketahui, TKI tersebut bernama Ida Bagus Subali.
Ia disebutkan meninggal dunia karena menderita sakit.
Baca juga: Pemulangan Jenazah TKI Asal Bali yang Meninggal di Jepang, Pihak Keluarga Kirim Email ke Menlu
Perbekel Batuagung, I Nyoman Sudarma mengatakan, pihaknya telah menerima informasi terkait adanya warga Banjar Anyar, Desa Batuagung yang menjadi TKI di Jepang.
Pria yang diketahui bernama Ida Bagus Subali dari Griya Penida berusia 56 tahun.
"Informasinya, yang bersangkutan meninggal dunia karena sakit," kata Perbekel.
Ketua Umum Puskor Hindunesia, Ida Bagus Ketut Susena mengatakan semeton Bali yang berpulang tersebut masih kerabatnya.
"Beliau misan (sepupu) saya. Dan kami dari Puskor Hindunesia bersama elemen lainnya tengah berupaya memulangkan jenazah beliau," katanya saat dihubungi Selasa, 23 Januari 2023.
Pihaknya mengaku telah bersurat ke Kementerian Luar Negeri melalui KBRI Tokyo, juga ditembuskan ke Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Bali.
Dalam proses pemulangan ini Puskor Hindunesia juga bekerjasama dengan krama banjar di Tokyo, hingga asosiasi warga Bali yang ada di Jepang.
Jenazahnya pun sudah divisum dan diotopsi oleh pihak terkait di Jepang.
Selanjutnya akan dilakukan investigasi untuk mengklarifikasi kematiannya.
Sudah 3 Tahun Bekerja di Jepang
Lebih lanjut, ia menambahkan jika Ida Bagus Subali telah berangkat ke Jepang sejak Januari 2020 lewat jalur resmi.
Kemudian sempat bekerja di Jepang dengan sistem kontrak.
Namun dikarenakan pandemi, ia tak bekerja lagi dan kemudian sakit.
Dalam kondisi sakit, ia kemudian bekerja serabutan di Jepang.
"Karena pandemi beliau keluar dari kontrak pekerjaannya. Kemudian mencari pekerjaan serabutan termasuk dalam bidang pertanian dan perkebunan. Juga tinggal berpindah-pindah," katanya.
Susena menambahkan, yang bersangkutan aslinya berasal dari Jembrana.
Kemudian besar di Lombok bersama orang tuanya yang menjadi tentara.
Setelah itu kembali merantau ke Bali dan bekerja dalam bidang perhotelan.
Selain itu, juga sempat bekerja ke Australia.
Sebelum berangkat ke Jepang, menurut Susena, yang bersangkutan tinggal di wilayah Tuban, Badung.
"Sudah berkeluarga dan punya tiga anak yang masih sekolah," imbuhnya.
Susena secara pribadi maupun melalui Puskor Hindunesia berharap agar jenazah bisa dipulangkan tanpa dikenakan biaya apapun.
"Kami berharap, agar pemerintah bertanggungjawab terhadap warganya di luar negeri. Jadi setiap warga negara berhak mendapat perlindungan, tidak ada alasan tidak bisa memulangkan termasuk mendukung pembiayaan. Apalagi dia adalah pahlawan devisa, mendapatkan devisa untuk negara," katanya. (sup)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.