Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Besok Senin 12 Februari 2024: Jangan Menuntut dan Meninggalkan Tuhan
Renungan Harian Katolik Besok 12 Februari 2024: Jangan Menuntut dan Meninggalkan Tuhan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Renungan Harian Katolik Besok Senin 12 Februari 2024: Jangan Menuntut dan Meninggalkan Tuhan.
Renungan Harian Katolik Besok Senin 12 Februari 2024 diambil dari Bacaan Injil Yakobus 1:1-11, Mazmur 119:67.68.71.72.75.76 dan Markus 8:11-13.
Aku ini jalan, kebenaran, dan kehidupan, sabda Tuhan Tiada orang dapat sampai kepada Bapa tanpa melalui
Aku.
Sekali peristiwa datanglah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus.
Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari Surga.
"Maka mengeluhlah Yesus dalam hati dan berkata, "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu: Sungguh, kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberikan tanda."
Lalu Yesus meninggalkan mereka. la naik ke perahu dan bertolak ke seberang.
Kaum Farisi dan Yesus
Kaum Farisi adalah salah satu denominasi agama Yahudi yang paling teguh menjaga kemurnian ajaran Taurat.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 11 Februari 2024: Hari Orang Sakit Sedunia
Kaum Farisi merupakan perkembangan dari kelompok Hasidim, yakni kelompok yang menganggap dirinya saleh.
Tujuan sekte ini adalah memisahkan diri dari pengajaran bukan Yahudi yang dianggap mencemari idealisme Yahudi.
Mereka lebih memusatkan perhatian pada agama daripada politik.
Dengan pengkhususan tersebut orang-orang Farisi cenderung memandang rendah orang-orang yang bukan Farisi.
Orang- orang Farisi mendukung sepenuhnya gagasan Mesias sebagai agen perubahan untuk sebuah Israel yang merdeka.
Rasa ingin tahu yang tinggi akan Mesias membuat mereka selalu bertanya-tanya, apakah benar Yesus adalah Mesias.
Orang-orang Farisi sering berselisih dengan Yesus sebab menurut orang-orang Farisi ajaran Yesus terlalu longgar dan tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan.
Yesus tidak takut menyebut mereka sebagai orang munafik yang salah menafsirkan prinsip-prinsip agama.
Mereka mengajar dengan tekun, tetapi tidak tekun sama sekali untuk melakukan apa yang mereka ajarkan.
Mereka memasukkan banyak aturan yang keras, tetapi mereka sendiri tidak menjalankannya.
Yesus mengkritik cara hidup orang Farisi, bahkan memperingatkan orang Farisi dengan kalimat-kalimat yang sangat keras, misalkan: celakalah! Orang Farisi iri hati kepada Yesus, sebab Yesus sangat populer dalam waktu yang singkat.
Kehadiran Yesus dan popularitasnya seperti mengancam kedudukan mereka di tengah masyarakat. Dari berbagai sumber.
Sehingga dari Bacaan Injil tersebut dapat kita renungkan, bahwa Iri hati dapat digambarkan sebagai suatu rasa cemburu atas Ikemampuan, prestasi, dan kesuksesan orang lain.
Orang yang bersikap iri hati selalu merasa tidak puas atas kehebatan orang lain dan berusaha mencari celah untuk menjatuhkannya.
Mereka selalu menuntut untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik daripada orang lain tanpa usaha yang sepadan.
Injil hari ini berbicara tentang orang-orang Farisi yang iri hati dengan Yesus dan berusaha mencari celah untuk menjatuhkan- Nya.
Mereka mencobai Yesus dengan meminta tanda yang datang dari Surga.
Permintaan ini membuat Yesus kecewa, sebab sudah sekian lama Yesus bersama mereka namun mereka masih menutup hati mengakui Yesus sebagai Anak Allah.
Yesus pantas kecewa, sebab apa yang diperbuat-Nya bukan untuk mencari pengakuan Diri dan popularitas.
Yang Yesus butuhkan adalah iman kepada-Nya dan kepada Bapa yang mengutus-Nya.
Dia tidak melakukan keajaiban untuk sebuah pertunjukan spektakuler.
Dia bahkan tidak perlu membuktikan diri bahwa Diri-Nya adalah Anak Allah.
Sebagai pengikut Kristus di tengah pelayanan dan karya, kita mungkin berhadapan dengan situasi yang sama.
Ada orang yang karena keraguan akan Yesus lalu menjebak kita sedemikian rupa agar dapat menanggalkan iman kita.
Atau mungkin kita sendiri adalah orang-orang itu: lantaran tak kunjung mendapat tanda tertentu dari Surga, kita pun ingin meninggalkan Yesus.
Kita menuntut Tuhan untuk memenuhi keinginan pribadi. Bila hal itu tak terkabulkan, maka Tuhan pun kita tinggalkan.
Percayalah bahwa segala persoalan dan beban hidup yang kita alami merupakan kesempatan untuk memurnikan iman kita kepada Tuhan.
Yesus sendiri bersabda, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya..." (Yoh 20:29). Lebih baik mengembangkan sikap percaya kepada Tuhan, yang pasti menjamin hidup kita, daripada selalu menuntut agar keinginan kita harus terkabulkan.
Tuhan tidak akan pernah mengingkari janji-Nya, sekalipun kita selalu berpaling dari-Nya. [Fr. Bonefasius Afandi, O.Carm.]
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.