Berita Karangasem
Galungan di Tenganan Pegeringsingan Tanpa Memenjor, Sarana Upacara Yakni Banten Uduan
Galungan di Tenganan Pegeringsingan Tanpa Memenjor, Sarana Upacara Yakni Banten Uduan
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Fenty Lilian Ariani
AMLAPURA, TRIBUN-BALI.COM - Suasana di Desa Adat Tenganan Pegeringsingan, Kecamatan Manggis nampak beda dengan desa lainnya saat Galungan, Rabu (28/2/2024).
Penjor merupakan ciri khas Hari Raya Galungan tak terlihat di Tenganan Pegeringsingan.
Bau dupa sekitar pemukiman tak tercium. Begitu juga canang.
Yang terlihat hanya buah isi jaje (jajan) khas bali, dan daging babi yang di tata menyerupai gunung.
Yang menata yakni ibu - ibu di Desa Tenganan Pegeringsingan.
Setelah ditata, jajan bali, buah, serta daging babi akan diangkat dan dihaturkan masyarakat ke Pura Puseh, Pura Ulun Suarga dan Pura Bale Agung Tenganan.
Klian Tenganan Pegeringsingan, Putu Suarjana, mengatakan, prosesi serta sarana pra sarana upacara Hari Galungan di Tenganan Pegeringsingan berbeda dengan desa umumnya.
Mulai prosesi persembahyangan, banten, hingga suasana desa saat Galungan.
Untuk sarana mengunakan banten uduan. Penjor tak pakai.
Baca juga: World Water Forum 2024 di Bali Akan Dihadiri Hingga 50 Ribu Peserta
Banten uduan terdiri dari buah - buah, daging babi, dan jajan tradisional berukuran besar.
Seperti jajan tradisional uli menyerupai gunung, serta jajan lainnya yang dibuat langsung oleh krama perempuan.
Untuk buah diambilkan dari kebun di Tenganan Pegeringsingan. Diantaranya buah durian, dan buah yang lainnya.
Banten uduan yang sudah siap nantinya dihaturkan krama ke Pura Puseh.
Dilanjutkan ke Pura Ulun Suarga dan Bale Agung Tenganan Pegeringsingan.
Prosesi upacaranya di mulai pagi hari hingga selesai.
Banten uduan yang dibawa ke Pura Bale Agung Tenganan Pegeringsingan bertujuan untuk mengupacarai peta wilayah.
Harapannya agar wilayah Tenganan Pegeringsingan diberikan keutuhan.
Sehingga wilayah Tenganan Pegeringsingan tetap. Tidak mengalami pengurangan atau penambahan.
Wilayah Tenganan Pegeringsingan meliputi hutan, permukiman, dan pertanian.
Terbanyak yakni lahan perhutanan, dan persawahan.
"Setelah dihaturkan, banten uduan dibawa ke Bale Banjar untuk dimakan bersama dan dibagikan ke krama. Setelah persembahyangan, warga kembali beraktivitas seperti biasanya,"imbuh Suarjana
Baca juga: Kenaikan Gaji ASN Bangli Mulai Dinikmati Per Maret
Untuk makna Hari Raya Galungan di Tenganan Pegeringsingan sama.
Merayakan kemenangan dharma atas adharma. Memohon keselamatan, serta mengucapkan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rezeki yang berlimpah. Galungan adalah prosesi untuk introspeksi diri jadi lebih baik
"Kalau makna Galungan di Tenganan Pegeringsingan sma dengan daerah lainnya. Kemenangan dharma atas adharma. Sebagai introspeksi diri. Yang beda sarana dan prasarananya. Disini tak ada memasang penjor. Warga pasang penjor saat sambah,"ungkap Suarjana, sapaan akrabnya.
Perayaan Galungan tanpa penjor di Tenganan Pegeringsingan sudah dilaksakan dari leluhur serta nenek moyang sebelumnya.
Banten yang digunakan untuk prosesi upacara yakni banten uduan.
Sumber bahannya hasil pertanian, serta jajan khas Bali. Seperti tumpeng, angine, iwel, godoh, semangka, jeruk, dll.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.