Kuliner Bali
Kuliner Bali : Nasi Jinggo Warna Ungu Dari Ubi Ungu, Buat Konsumen Penasaran
Kuliner Bali : Nasi Jinggo Warna Ungu Dari Ubi Ungu, Buat Konsumen Penasaran
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Unik terdapat nasi jinggo berwarna ungu di Kota Denpasar hasil kreasi Adi Kharisma.
Nasi jinggo sendiri merupakan nasi dengan bungkus daun pisang lengkap berisikan lauk pauk.
Alasan Adi mengkreasikan warna ungu dari ubi ungu pada nasi jinggo, sebab ubi ungu yang dikenal memiliki segudang manfaat positif untuk kesehatan.
Dalam misinya memasyarakatkan ubi ungu, ia menjual ‘nasi jinggo now’ atau nasi jinggo kekinian dengan bahan baku ubi ungu.
Awalnya ide ini tercetus lantaran ia melihat banyak penyakit seperti kanker dan solusinya untuk menghindari itu mesti mengonsumsi makanan yang berwarna ungu, hitam, dan merah tua.
Dari semua itu yang bisa dikonsumsi setiap hari yakni ubi.
“Ubi yang paling bagus adalah ubi ungu karena mengandung antioksidan, jadi dialah yang menyerap racun, kanker, dan saya sudah punya teman setelah konsumsi ini jadi netral penyakitnya. Termasuk yang paling utama ya kanker. Selain itu pastinya pencernaan juga jadi lebih sehat karena mengandung serat tinggi,” kata, Adi pada Kamis 14 Maret 2024.
Akhirnya, ia menemukan inovasi baru untuk mengonsumsi ubi ungu dengan cara baru.
“Di Bali inikan nasi sela tradisinya, makanya saya mau buat nasi sela yang bisa dikonsumsi anak-anak muda karena mereka tidak mau mengonsumsi nasi sela yang dicacah itu. Jadi untuk inovasinya, ubinya saya lembutkan, kemudian digiling. Kemudian saat menanak nasi, barulah kita campur. Ubinya 20 persen, nasinya 80 persen,” bebernya.
Baca juga: Tidak Mampu Kuasai Mobil dan Mengantuk, Pengemudi Tabrak Tiang Listrik
Sebetulnya usaha ini, ungkap pria kelahiran Buleleng ini, sudah ia gandrungi sejak 15 tahun lalu.
Namun sebelumnya disebut nasi ubi ungu.
Sempat terhenti, barulah setelah pandemi ia mencoba memulainya kembali.
“Jadi melestarikannya kena, popularitasnya kena, dan juga masuk untuk kesehatan,” katanya.
Lauknya sendiri seperti nasi jinggo pada umumnya.
Mulai dari ayam suir, tempe orek, mie, sambal, kacang, serundeng dan telor dadar.
Selain nasinya, kemasan di sini juga sedikit berbeda yakni menggunakan plastik kerucut agar terlihat cantik dan unik.
Sementara untuk prosesnya sendiri, mulai dikerjakannya malam hari sebelumnya untuk beberapa lauk.
Sementara yang membutuhkan kesegaran seperti nasi, mie dan telor, ia kerjakan mulai dari pukul 03.00 Wita.
“Menanak nasinya cukup lama tidak seperti menanak nasi biasa. Jika sudah matang, harus didiamkan karena tidak boleh dibungkus dalam keadaan panas. Untuk ubinya, itu kita giling, dicampur air waktu nanak nasi. Tapi rasa ubinya tidak kuat, karena betul-betul sudah menyatu dengan nasi. Jadi seperti makan nasi pada umumnya,” terangnya.
Adi mengaku, untuk bahan utama ubi ungu ini mulanya ia peroleh dari kebunnya yang ia tanam sendiri.
Namun seiring berjalannya waktu karena keterbatasan, ia memutuskan untuk membelinya dari pasar induk.
“Saya beli dari pasar induk di Ubung, Denpasar. Ini sekali beli saya 50 kilogram dan saya proses dalam bentuk beku, jadi tinggal digunakan saja. Pasta ubi ini juga bisa dijadikan apa saja, mau cemilan, minuman, bisa karena sudah matang,” ucapnya.
Dalam sehari ia bisa memproduksi 40 bungkus diluar dari yang mesti dikirim ke ritel. Untuk sebungkusnya, ia mematok tarif Rp 7.500.
“Saya kirim ke ritel Grand Lucky Udayana dan Sunset Road, Bintang Hayam Wuruk dan Bali Jaya. Kami juga tersedia online,” sebutnya.
Baca juga: Buntut Pawai dengan Sound System Horeg, Pemkot Denpasar Bahas Ranperda Pelestarian Ogoh-Ogoh
Lebih lanjut dikatakan Adi, harapannya ia dapat menciptakan inovasi-inovasi lainnya dengan bahan utama ubi ungu.
Ia juga berencana untuk memproduksi kembali lontong ubi ungu yang sebelumnya sempat tak ia lanjutkan.
“Sudah sempat buat, tapi karena saya kekurangan orang, berhenti. Nantinya gado-gado ini akan saya jalankan lagi,” tutupnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.