WWF di Bali
Strategi Keamanan di WWF ke-10 Bali: Klaster Wilayah, Alat Deteksi Wajah Teroris, Residivis
Tinggal hitungan hari event WWF KE 10 berlangsung pada 18-26 Mei 2024 di Bali, Polda Bali sudah menyiapkan strategi khusus Pengamanan event tersebut.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: I Made Wira Adnyana Prasetya
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pelaksanaan World Water Forum (WWF) ke 10 tahun 2024 di Bali tinggal hitungan hari berlangsung pada 18-26 Mei 2024 dengan banyak venue yang disinggahi para kepala negara negara dan peserta.
Kepala Bidang Humas Polda Bali, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan S.I.K., M.H menyampaikan, bahwa Polda Bali sudah menyiapkan strategi khusus Pengamanan event tersebut.
Pengamanan dilakukan melalui Operasi Kepolisian terpusat dengan sandi “Ops Tribrata Agung 2024”, selama 10 hari pada 18 sampai dengan 27 mei 2024,
Kekuatan penuh diterjunkan termasuk personel BKO (Bawah Kendali Operasi) dari Mabes Polri, Polda Jatim dan Polda NTB (Nusa Tenggara Barat) berjumlah sekitar 5.791 personil.
Kekuatan tersebut belum termasuk dari TNI dan instansi terkait lainnya.
"Kekuatan tersebut disiagakan di beberapa titik strategi atau disebut Klaster seperti Klaster Nusa Dua, Jimbaran, Kuta dan Sanur, Klaster tersebut memiliki tanggung jawab di zona pengamanan masing-masing," kata Kombes Pol Jansen, di Denpasar, pada Jumat 10 Mei 2024.
Diperkirakan sebanyak 33 kepala negara menghadiri event berskala internasional ini dengan jumlah peserta yang juga diprediksi mencapai 50 ribu orang dari berbagai penjuru dunia.
Adapun WWF memiliki 172 negara anggota, memiliki fokus pada konservasi tiga bioma yang berisikan sebagian besar keragaman hayati dunia, yaitu hutan, ekosistem air tawar, samudra dan pantai.
Selain itu WWF juga menangani masalah spesies yang terancam punah, polusi dan perubahan iklim.
Dalam hal ini Polda Bali juga telah menyiapkan strategi Pengamanan sejak awal tahun 2024, oleh jajaran Ditbinmas mulai dari sosialisasi dan menyampaikan pesan-pesan Kamtibmas kepada masyarakat, para tokoh masyarakat maupun tokoh agama, mengajak agar mendukung dan menyukseskan WWF.
"Masyarakat diajak dengan cara pro aktif menjaga keamanan lingkungan masing-masing, karena kesuksesan WWF pastinya membawa dampak yang sangat positif bagi sektor pariwisata Bali kedepan," kata dia.
Polda Bali juga rutin melakukan melaporkan perkembangan situasi Kamtibmas dan berkoordinasi dengan Mabes Polri, Kodam/IX Udayana maupun Pemprov Bali, untuk memperkuat sinergitas kita baik dalam tugas rutin maupun dalam rangka Pengamanan WWF nanti.

Baca juga: Akses Persimpangan Jalan Airport Ngurah Rai Akan Ditutup Antisipasi Kepadatan Lalu Lintas Selama WWF
Baca juga: MALUKAT Akan Jadi Agenda Bagi Delegasi WWF, Sekolah Daring Saat WWF Masih Belum Jelas!
Polda Bali memiliki 2 Command Center (CC) yang mempunyai peran vital dalam Pengamanan WWF, dan CC tersebut dilengkapi peralatan canggih, operator ahli dan terlatih beroperasi di CC ITDC Nusadua dan CC di Mako Polda Bali, yang mana keduanya saling terintegrasi.
CC Polda Bali memiliki lebih dari 1700 titik CCTV yang terpasang di berbagai lokasi strategis di seluruh Bali, seperti kawasan wisata Nusa Dua, Kuta, Sanur, Ubud, Jatiluwih, Kintamani, Bedugul dan sejumlah kawasan lainnya.
Kemudian ada di pintu masuk Bali seperti Bandara Ngurah Rai, Pelabuhan Gilimanuk, Benoa, Padangbai dan Pelabuhan Celukan Bawang.
CCTV juga terpasang di terminal-terminal antar Provinsi, dan di jalan-jalan protokol, kawasan kota, termasuk tempat-tempat umum lainnya dan lokasi yang dianggap rawan gangguan Kamtibmas lainnya.
"Seluruh CCTV tersebut terkoneksi langsung ke layar-layar monitor di ruang CC Polda Bali," ujarnya.
Dijelaskannya, CC memiliki peran yang sangat penting dalam pengawasan dan pengamanan, serta memiliki berbagai fitur canggih dalam pengendali Operasi Kepolisian yang terhubung dengan aplikasi informasi vital.
Seperti informasi cuaca dan bencana alam, pemantauan arus lalulintas dan alat penghitung kendaraan yang melintas dan pendeteksi kerumunan orang, serta deteksi plat nomor kendaraan yang terintegrasi langsung dengan database Koorlantas Polri.
Lalu, alat deteksi indentifikasi wajah yang terintegrasi langsung dengan database Dukcapil dan Pusinafis Bareskrim Polri, meliputi Red Notice baik WNA maupun WNI, termasuk data teroris dan residivis, kemudian monitoring GPS Ranmor Patroli dan Pengawalan, serta monitoring Drone di lokasi pelaksanaan WWF.
"Melalui layar monitor di ruang CC Polda Bali yang terkoneksi dengan seluruh CCTV tersebut, serta berbagai aplikasi, fitur modern dan canggih dalam Posko CC inilah yang dimanfaatkan para Operator dan Pimpinan pengendali Operasi untuk melakukan pengawasan dan mengendalikan keamanan dalam dinamika Operasi dilapangan," jelasnya.
Bahkan Kabaharkam Polri bersama Kapolda Bali sudah mengecek langsung kesiapan Pengawasan dan Pengamanan pada Comand Center Polda Bali di ITDC dan mengecek lokasi-lokasi (venue) yang diagendakan akan dikunjungi oleh peserta WWF.
Beberapa venue yang dikunjungi meliputi Garuda Wisnu Kencana, Kura-Kura Bali atau Bali Turtle Island Development (BTID), Tahura Mangove Ngurah Rai, Kuta Tsunami Shelter.
Water Museum Subak Tabanan, Jatiluwih UNESCO World Heritage Site Tabanan, Pura Danau Beratan Bedugul Tabanan, Danau Batur Kintamani Bangli dan Cultural Village Ubud di Gianyar.
"Pengamanan tersebut betul-betul kita setting mulai dari lokasi yang dikunjungi maupun pengamanan rute-rute yang akan dilalui," bebernya.
Kabid Humas memastikan kesiapan Polda Bali dalam pengamanan WWF tidak diragukan lagi, pihaknya berharap kesiapan pengamanan tersebut mendapat sambutan positif dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat khususnya Bali.
"Apabila nanti dalam pelaksanaan WWF ada gangguan lalulintas seperti pengalihan arus ataupun kemacetan lalulintas, kami mohon maaf kepada seluruh masyarakat pengguna jalan, agar dimaklumi, selalu patuhi aturan lalulintas dan ikuti petunjuk-petunjuk petugas dilapangan," pungkas Kabid Humas.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.