Hari Raya Tumpek Landep
Makna Rerahinan Tumpek Landep, Pemujaan kepada Sang Hyang Pasupati, Berikut Ini Penjelasannya!
Makna Rerahinan Tumpek Landep, Pemujaan kepada Sang Hyang Pasupati, Berikut Ini Penjelasannya!
TRIBUN-BALI.COM - Hari Raya Tumpek Landep, kerap diartikan sebagai rerahinan motor/kendaraan.
Namun ternyata ada yang kurang tepat dari pengartian tersebut.
Simak penjelasannya berikut ini.
Setiap enam bulan sekali umat Hindu merayakan Tumpek Landep.
Tumpek Landep merupakan perayaan tumpek pertama dalam satu siklus wuku.
Tumpek juga merupakan pertemuan pancawara terakhir yakni Kliwon dengan saptawara terakhir yakni Saniscara atau Sabtu.
Sehingga Tumpek Landep dirayakan pada Sabtu Kliwon Landep.
Dan Tumpek Landep ini datangnya setiap enam bulan atau 210 hari sekali.
Terdekat, hari raya ini akan berlangsung pada Sabtu, 27 Juli 2024.
Baca juga: Hari Raya Saraswati, Berikut Makna dan Doa yang Dipanjatkan saat Rerahinan Ini
Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak mengatakan, Tumpek Landep merupakan pemujaan untuk Bhatara Siwa sebagai Sang Hyang Taksu atau Sang Hyang Pasupati.
"Dulu sering disebut jika landep bermakna lancip, untuk mengupacarai keris dan tombak," katanya kepada Tribun Bali.
Namun saat ini menurutnya, maknanya adalah ketajaman pikiran serta pembersihan Tri Sarira yang terdiri atas Stula Sarira, Suksma Sarira dan Antah Karana Sarira.
Selain itu, saat ini juga lumrah ditemui masyarakat mengupacarai kendaraan, komputer dan barang elektronik lainnya.
"Apakah salah? Tidak juga, karena itu adalah keyakinan umat kita," katanya.
Namun upacara itu bukan berarti memuja kendaraan tersebut.
Melainkan memohon kepada Sang Hyang Pasupati agar memberikan kekuatan sehingga alat tersebut bisa berguna dengan baik.
"Prinsifnya penajaman cita, budi dan manah. Memilah, memilih mana yang baik dan buruk," katanya.
Terkait persembahan, menggunakan banten pasupati.
Selain itu, juga semampu dan seiklas umat.
Sementara itu, dalam Lontar Sundarigama terdapat kutipan terkait Tumpek Landep sebagai berikut.
Kunang ring wara Landep, Saniscara Kliwon, puja wali Bhatara Siwa, mwah yoganira Sanghyang Paceupati, puja wali Bhatara Siwa tumpeng putih kuning adan-adanan, iwak sata sarupania, grih trasibang, sedah wah, haturakna ring sanggar.
Yoga Sanghyang Sri Pasupati, sesastra jayeng prang, sesayut kusuma yudha, suci, daksina, peras, canang wangi-wangi, astawakna ring sarwa sanjata, lendepaning prang.
Kalingania ring wwang, denia paceupati, landeping idep, samangkana talaksanakna kang japamantra wisesa Paceupati"
Artinya:
Tumpek Landep dirayakan saat Saniscara atau Sabtu Kliwon Landep.
Saat ini adalah pemujaan kepada Bhatara Siwa dan saat beryoganya Sang Hyang Pasupati.
Banten yang digunakan untuk memuja Bhatara Siwa meliputi tumpeng putih selengkapnya, lauknya ayam sebulu-bulu, grih trasibang (ikan asin dan terasi merah), sedali woh dan dihaturkan di Sanggar Pamujan (tempat pemujaan).
Kemudian banten pemujaan Sang Hyang Pasupati meliputi sesayut jayeng prang, sesayut kusuma yudha, suci, daksina, peras, canang wangi-wangi yang dihaturkan pada jenis senjata sehingga bertuah.
Makna dari Tumpek Landep ini ialah untuk menajamkan pikiran, sehingga lakukanlah pemujaan untuk mendapatkan anugerah Sang Hyang Pasupati.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.