bisnis
Ada yang Naik, Ada yang Turun! Indeks Harga Konsumen Deflasi Tiga Bulan Beruntun
Harga rata-rata sejumlah komoditas pangan secara nasional di tingkat pedagang eceran terpantau turun, Jumat (2/8), namun ada juga yang naik.
TRIBUN-BALI.COM - Harga rata-rata sejumlah komoditas pangan secara nasional di tingkat pedagang eceran terpantau turun, Jumat (2/8), namun ada juga yang naik. Berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 14.50 WIB, harga mayoritas komoditas pangan pokok tercatat turun dibanding sehari sebelumnya.
Antara lain, harga kedelai biji kering yang turun 0,58 persen menjadi Rp 11.930 per kilogram (kg), harga bawang merah turun 1,03 persen menjadi Rp 26.900 per kg, harga cabai merah turun 0,32 persen menjadi Rp 43.350 per kg, harga daging ayam ras turun 0,20 persen menjadi Rp 34.380 per kg, harga telur ayam ras turun 0,58 persen menjadi Rp 28.970 per kg.
Harga gula konsumsi turun 0,17 persen menjadi Rp 17.940 per kg, harga minyak goreng kemasan sederhana turun 0,33 persen menjadi Rp 18.010 per liter, harga tepung terigu curah turun 0,39 persen menjadi Rp 10,230 per kg, harga minyak goreng curah turun 0,12 persen menjadi Rp 16.010 per liter, harga jagung tingkat peternak turun 1,40 persen menjadi Rp 5.640 per kg.
Baca juga: Virtual Office - Solusi Working Space di Bali yang Efisien untuk Bisnis
Baca juga: Masyarakat Terancam Sulit Beli Rumah! Kuota Kredit Subsidi FLPP Berkurang Tahun Ini
Sementara itu harga komoditas pangan lainnya tercatat naik hari ini. Antara lain, harga beras medium yang naik 0,07 persen menjadi Rp 13.580 per kg, harga beras SPHP naik 0,16 persen menjadi Rp 12.590 per kg.
Harga bawang putih bonggol naik 0,03 persen menjadi Rp 39.930 per kg, harga cabai rawit merah naik 0,06 persen menjadi Rp 69.490 per kg, harga daging sapi murni naik 0,22 persen menjadi Rp 135.300 per kg dan harga tepung terigu kemasan naik 0,08 persen menjadi Rp 13.320 per kg.
Sementara itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi selama tiga bulan beruntun yakni pada Mei, Juni, dan Juli 2024. Pada Juli 2024, Badan Pusat Statistik melaporkan IHK Juli 2024 tercatat deflasi sebesar 0,18 persen month to month (mtm). Deflasi ini lebih dalam bila dibandingkan Juni 2024 yakni sebesar 0,08 persen mtm.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, deflasi terjadi selama tiga bulan berturut-turut karena adanya penurunan harga pangan. Hal ini terbukti dari kelompok volatile food melanjutkan deflasi.
Kelompok volatile food pada Juli 2024 mengalami deflasi sebesar 1,92 persen mtm, lebih dalam dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,98 persen mtm. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 3,63 persen year on year (yoy), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,96 persen yoy.
“Nah, kalau deflasi pangannya turun (secara tahunan), kan tambah sejahtera rakyatnya. Kan pangan itu sebagian besar untuk rakyat, kan?,” tutur Perry dalam konferensi pers KSSK, Jumat (2/8).
Adapun deflasi kelompok volatile food disumbang terutama oleh komoditas bawang merah, tomat dan daging ayam ras. Penurunan harga komoditas pangan didukung oleh peningkatan pasokan seiring dengan berlanjutnya musim panen dan penurunan harga pakan untuk komoditas daging ayam ras.
Ke depan, BI memperkirakan inflasi volatile food tetap akan terkendali didukung oleh sinergi pengendalian inflasi Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Adapun secara tidak langsung, Perry menyebut deflasi terjadi secara tiga bulan berturut-turut tidak menunjukkan daya beli masyarakat turun. Ini terbukti dari kondisi inflasi inti pada Juli 2024 tercatat sebesar 0,18 persen mtm, lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,10 persen mtm.
“Dan gerakan naik inflasi inti ini menunjukkan permintaannya naik. Ingat, inflasi inti itu adalah perbedaan antara permintaan dengan pasokannya,” jelasnya. Meski bergerak naik, namun Perry memastikan bahwa kondisi inflasi inti masih terkendali rendah. Hal ini karena masih berada dibawah level 2,5 persen.
Untuk diketahui, realisasi inflasi inti tersebut disumbang terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan, kopi bubuk, dan biaya sekolah, seiring dengan berlanjutnya peningkatan harga komoditas global khususnya emas dan dimulainya tahun ajaran baru, di tengah ekspektasi inflasi yang tetap terjangkar dalam sasaran. Secara tahunan, inflasi inti Juli 2024 tercatat sebesar 1,95 persen yoy, meningkat dari inflasi inti bulan sebelumnya sebesar 1,90 persen yoy. (kontan)
konsumen
POTENSI Pajak Baru di Badung, Bapenda Badung Akan Lakukan Validasi Sekitar 19.829 |
![]() |
---|
DEMO di Seluruh Indonesia, Ritel Tetap Buka & Pastikan Stok Kebutuhan Pokok Aman, Ini Kata Aprindo! |
![]() |
---|
Inisiatif Strategis Telkom Solution, Komitmen Sebagai Digital Transformation Enabler |
![]() |
---|
USUNG 4 Pilar Strategis, Telkom Indonesia AI Center of Excellence Hadir Sebagai Enabler Ekosistem AI |
![]() |
---|
PMI Manufaktur Indonesia Kembali Ekspansi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.