bisnis

Bisa Rugikan Industri Makanan-Minuman, Gapmmi Sebut PP 28/2024 Tempatkan Beban ke Produsen

Pemerintah baru-baru ini telah merilis Peraturan Pemerintah (PP) No 28 Tahun 2024 terkait pelaksanaan Undang-Undang No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehata

Kontan/Sabrina Rhamadanty
BERI PENJELASAN - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi Lukman memberi penjelasan di Jakarta, baru-baru ini. Gapmmi menyebut PP No 28/2024 bisa merugikan industri makanan-minuman. 

Dengan situasi ekonomi terutama keadaan kelas menengah ke bawah yang sepi, kemungkinan yang sanggup bayar itu kelas menengah atas. Ia meminta agar rencana penerapan PPN 12% agar ditinjau ulang. Menurutnya, untuk mencapai perkembangan industri yang maksimal, sebaiknya pemerintah tidak memberlakukan aturan yang menganggu kinerja.

"Sebetulnya Q1 sudah 5,8% (kenaikannya) tapi turun lagi karena sepi ya, kami berharap tidak ada aturan yang mengganggu-ganggu lagi, jadi bisa terjaga diatas 5%," katanya. (kontan)


Harga Belum Berubah

GABUNGAN  Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menanggapi dampak penguatan kurs rupiah yang terjadi secara cepat terhadap kelangsungan industri makanan-minuman (mamin).

Merujuk Bloomberg, kurs rupiah bertengger di level Rp 15.436 per dolar AS pada Selasa (20/8) atau menguat 0,74 persen dibandingkan hari sebelumnya. Laju penguatan ini berlangsung cukup cepat, mengingat bulan Juli lalu rupiah masih terjerembab di level Rp 16.000 per dolar AS.

Ketua Umum Gapmmi, Adhi S Lukman menilai, kurs rupiah saat ini sebenarnya belum stabil mengingat pergerakannya sangat bergantung terhadap kebijakan The Fed dan situasi Pemilu di AS. "Karena kurs belum stabil, biasanya perusahaan tidak akan melakukan perubahan harga jual," ujar dia, Rabu (21/8).

Kendati demikian, Gapmmi tetap memandang positif tren penguatan rupiah akhir-akhir ini. Sebab, apresiasi rupiah untuk sementara sedikit mengurangi beban kurs dalam pembelian bahan baku impor. Biaya transportasi dan produksi juga sedikit terpangkas ketika rupiah menguat. "Namun, di sisi lain pendapatan ekspor akan terdampak karena dolar AS melemah," tandas dia.

Sekadar catatan, Gapmmi belum lama ini memangkas target pertumbuhan sektor makanan dan minuman pada 2024 dari awalnya 7%-9% seperti sebelum pandemi Covid-19 menjadi hanya 5%. Proyeksi ini dipengaruhi oleh tingkat daya beli masyarakat yang belum stabil, terutama di kelas menengah dan menengah ke bawah. (kontan)

 

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved