UMKM Bali

UMKM Bali Nasi Kuning Bu Musri: Kisah Perjalanan dan Dedikasi Selama 23 Tahun

Setiap harinya, Bu Musri bersama keluarganya memulai aktivitas usaha mereka dengan penuh dedikasi dan kerja keras.

Tribun Bali/I Made Wira Adnyana
Bu Musri - UMKM Bali Nasi Kuning Bu Musri: Kisah Perjalanan dan Dedikasi Selama 23 Tahun 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - UMKM Nasi Kuning Bu Musri (55 tahun) terletak di Jalan Ratna, tepat di depan Griya Pande Tonja. 

Usaha ini telah dijalankan oleh Bu Musri sejak tahun 2001 sampai sekarang.

Setiap harinya, Bu Musri bersama keluarganya memulai aktivitas usaha mereka dengan penuh dedikasi dan kerja keras.

Setiap sore, Bu Musri bersama suami dan anak-anaknya mulai berbelanja bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak nasi kuning.

Baca juga: KISAH Putra-putri Bali Pencetak Sejarah di IKN Saat Kemerdekaan RI ke-79, Eci Kehabisan Kata-kata


 
Mereka membeli ayam, tempe, kacang, telur, dan bahan-bahan lain yang menjadi bagian dari sajian nasi kuning yang khas. 

Aktivitas memasak dimulai pukul 3 pagi, di mana mereka mempersiapkan segala kelengkapan seperti memasak nasi, mengiris dan menggoreng tempe, serta membuat jajan-jajan tradisional. 

Proses persiapan ini dilakukan dengan teliti agar semua makanan siap dijual mulai pukul 6 pagi hingga 10 pagi.

Bu Musri mengenang masa-masa awal usahanya dengan penuh kebanggaan. 

"Dulu waktu awal-awal saya jualan, masih belum ada saingannya. Setiap hari selalu ramai, biasanya jam 8 pagi saja sudah habis," katanya.

Pada masa itu, Bu Musri mampu menjual hingga 25 kilogram nasi kuning setiap harinya. 

Namun, seiring dengan bertambahnya penjual nasi kuning di sekitar daerah tersebut, jumlah penjualan menurun menjadi sekitar 11-12 kilogram sehari.

“Dulu biasanya bikin nasi sampai 25 kilo sehari dan habis, tapi sekarang karena sudah banyak yang jualan nasi kuning di sekitar, ya paling setengahnya 11/12 kilo begitu,” ucapnya.

Meskipun persaingan semakin ketat, Bu Musri tetap bersyukur karena tidak pernah mengalami kesulitan yang berarti selama berdagang. 

“Dulu saya di samping Griya Pande sempat, terus di depan Pura Ibu Sari, dan akhirnya menetap di sini sekarang” ungkapnya

"Alhamdulillah, meskipun sering pindah-pindah tempat jualan, usaha ini tetap berjalan lancar," tambahnya.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved