Hari Raya Galungan
Makna Hari Penyajaan Galungan 23 September 2024, Umat Hindu Lakukan Hal Ini
Penyajaan Galungan dilaksanakan dua hari sebelum Galungan, pada hari Soma Pon wuku Dunggulan, yang pada terdekat jatuh pada Senin, 23 September 2024.
TRIBUN-BALI.COM - Penyajaan Galungan adalah salah satu rangkaian penting dalam persiapan menyambut Hari Raya Galungan bagi umat Hindu di Bali.
Penyajaan Galungan dilaksanakan dua hari sebelum Galungan, yaitu pada hari Soma Pon wuku Dunggulan , yang pada terdekat jatuh pada Senin, 23 September 2024.
Pada hari ini, umat Hindu mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun spiritual, untuk menyambut hari kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan).
Secara tradisional, hari Penyajaan dimanfaatkan untuk membuat berbagai jenis jajan atau makanan tradisional yang akan digunakan dalam persembahan pada hari Galungan.
Salah satu jajan yang umum dibuat adalah jaje uli , yang berbahan dasar ketan.
Jaje uli merupakan simbol kemakmuran dan kekuatan spiritual, yang dipercaya membantu umat Hindu dalam menghadapi tantangan hidup.
Selain jaje uli, umat Hindu juga mempersiapkan sarana upakara (persembahan) lainnya, termasuk yang terbuat dari janur, slepan (daun kelapa kering), dan ron (dedaunan).
Upakara ini nantinya akan digunakan sebagai persembahan untuk para dewa dan leluhur, simbol rasa syukur dan doa permohonan akan berkah.
Namun, persiapan fisik bukanlah satu-satunya fokus pada hari Penyajaan. Secara filosofi, kata "Penyajaan" berasal dari kata "saja" , yang dalam bahasa Bali berarti sungguh-sungguh.
Baca juga: Besok Purnama dalam Kalender Bali, Ini Hal yang Harus Dilakukan Umat Hindu
Hari ini dimaknai sebagai momen bagi umat Hindu untuk memperkuat kesungguhan dalam menyambut Galungan.
Hal ini terkait erat dengan makna spiritual Penyajaan, di mana umat Hindu diharapkan lebih tekun dalam melakukan pengendalian diri , baik dari segi pikiran, emosi, maupun tindakan.
Penyajaan adalah saat yang tepat untuk melakukan introspeksi , membersihkan pikiran dari unsur-unsur negatif, serta meningkatkan spiritualitas dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam Lontar Sundarigama , naskah kuno yang menjadi pedoman ritual umat Hindu di Bali, disebutkan bahwa pada hari Soma Pon wuku Dunggulan , seseorang dianjurkan untuk melakukan yoga samadhi , atau meditasi, dengan memusatkan pikiran kepada para Bhatara (dewa-dewa).
Hal ini dimaksudkan agar seseorang dapat membersihkan jiwanya dari pengaruh adharma dan siap menyambut kemenangan dharma pada hari Galungan.
Oleh karena itu, hari Penyajaan disebut sebagai hari untuk memfokuskan pikiran dan menenangkan diri dari segala bentuk gangguan duniawi.
Pada hari ini juga diyakini bahwa Sang Bhuta Dungulan , salah satu dari tiga kekuatan negatif (bhuta) yang hadir menjelang Galungan, mulai turun ke dunia.
Bhuta Dungulan melambangkan kekacauan, keraguan, dan godaan negatif yang dapat mengganggu ketenangan batin manusia.
Sebelum hari Penyajaan, Bhuta Galungan yang melambangkan nafsu dan ambisi telah turun, sehingga pada saat ini, umat Hindu harus mampu menaklukkan Bhuta Dungulan dengan kesungguhan hati dan pengendalian diri yang lebih kuat.
Selama Penyajaan, umat Hindu dianjurkan untuk mawas diri dan mempersiapkan diri secara rohani, mengingat tantangan yang dihadapi akan semakin berat menjelang Galungan.
Hari ini merupakan waktu yang penting untuk membersihkan pikiran dan hati, mengendalikan hawa nafsu, serta memohon perlindungan dari para dewa agar diberikan kekuatan dalam menghadapi godaan-godaan negatif.
Dengan melakukan hal ini, umat Hindu diyakini akan mampu melewati hari-hari berikutnya dengan penuh keberanian dan kesucian hati, hingga tiba pada puncak perayaan Galungan.
Sebagai bagian dari proses spiritual ini, Penyajaan juga menjadi pengingat bahwa kemenangan dharma atas adharma tidak dapat dicapai tanpa usaha yang sungguh-sungguh .
Pengendalian diri, introspeksi, dan kesungguhan dalam beribadah adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang seimbang dan harmonis.
Inilah esensi dari Penyajaan Galungan, di mana umat Hindu diingatkan untuk bersiap secara lahir dan batin dalam menyongsong hari yang suci, dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan hati.
Dengan demikian, Penyajaan Galungan bukan hanya merupakan persiapan fisik berupa pembuatan jajan dan sarana upakara, tetapi juga merupakan persiapan spiritual yang lebih dalam.
Melalui pengendalian diri dan peningkatan kesungguhan, umat Hindu mempersiapkan diri untuk merayakan kemenangan kebaikan atas keburukan, dengan hati yang lebih bersih dan pikiran yang lebih fokus.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.