bisnis

Beban Utang Pemerintah Kian Berat! Ekonom Ingatkan Terus Bertambah 4 Bulan Terakhir

Ia memperkirakan, ke depan kebutuhan berutang yang besar meningkatkan risiko pembiayaan dalam pengelolaan fiskal.

Antara Foto/Sigid Kurniawan
UANG DOLAR - Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, baru-baru ini. Beban utang pemerintah semakin berat, ekonom ingatkan utang terselubung. 

Pemerintah Tarik Utang Baru

KEMENTERIAN Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi pembiayaan utang atau penarikan utang baru mencapai Rp 347,6 triliun hingga akhir Agustus 2024. Realisasi ini setara 53,6 persen dari target penarikan utang tahun ini yang sebesar Rp 648,1 triliun.

Wakil Menteri Keuangan I Suahasil Nazara merinci, dari total tersebut, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto sebesar Rp 310,4 triliun. Ini mencapai 46,6 persen atau tumbuh tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 183 triliun.

"Tentu dengan pendanaan APBN yang lebih besar, kita merealisasikan Rp 310,4 triliun, tetapi kita menerima incoming inflow di pasar SBN," ujar Suahasil dalam Konferensi Pers APBN, Senin (23/9).

Adanya inflow tersebut, menurutnya akan menguntungkan Indonesia dikarenakan memperbaiki yield dan biaya penerbitan utang atau biaya bunga. "Kita lihat bahwa incoming flow ke emerging market termasuk Indonesia telah kembali pulih dan karena itu  dengan incoming flow tersebut bahkan kita bisa mempertahankan dan memperbaiki yield serta biaya bunga kita," katanya.

Sementara itu, realisasi utang yang berasal dari pinjaman (neto) mencapai Rp 37,2 triliun. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp 15,7 triliun.

Di sisi lain, pembiayaan non utang tercatat sebesar Rp 55,7 triliun hingga akhir Agustus 2024. Angka ini juga lebih tinggi jika dibandingkan pembiayaan non utang tahun lalu yang sebesar Rp 37,6 triliun. Dengan begitu, realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp 291,9 triliun. "Kita terus mengukur supaya pembiayaan 2024 dilakukan secara prudent dan mempertimbangkan outlook defisit APBN serta likuiditas pemerintah," katanya.

"Dan nanti ketika memasuki kuartal IV, tentu kita terus mencermati dinamika pasar serta menyiapkan kewaspadaan untuk pelaksanaan APBN 2025 terutama di kuartal I," imbuh Suahasil.

Asal tahu saja, kenaikan pembiayaan utang pemerintah ini selaras dengan defisit APBN yang semakin melebar. Tercatat, defisit APBN hingga Agustus 2024 sebesar Rp 153,7 triliun atau setara 0,68 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). (kontan)

 

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved