Sponsored Content

Dukung Wisata Bali Otentik & Berkelanjutan, Gojek dan Majelis Desa Adat Bali Luncurkan RajegBali

Gojek berkomitmen menghadirkan pariwisata otentik Bali dengan mengutamakan partisipasi aktif komunitas adat dan aksesibilitas yang nyaman dan aman.

istimewa
Suasana acara peluncuran dan diskusi Jelajahi Wisata Lokal Bareng Gojek #RajegBali yang berlangsung di Bali Timbungan pada Kamis (17/10/2024). 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Pasca pandemi, wisata telah menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat, terutama generasi muda.
 
Hal ini juga berlaku pada wisata domestik, termasuk destinasi wisata di Bali.
 
Data dari Dinas Pariwisata Bali menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan domestik ke Bali mengalami lonjakan signifikan.
 
Pada akhir tahun 2023, tercatat sebanyak 5,1 juta wisatawan domestik mengunjungi Bali, naik sebesar 15 persen dari tahun 2022 yang mencapai 4,4 juta wisatawan.
 
Seiring dengan pertumbuhan ini, berbagai opsi wisata baru di Bali terus bermunculan dengan beragam keunggulan, mulai dari wisata kuliner hingga destinasi rekreasi modern.
 
Kondisi ini menimbulkan tantangan bagi destinasi wisata otentik Bali, yang mengedepankan orisinalitas, lokalitas, dan kualitas, karena perlahan mulai terpinggirkan oleh arus wisata yang lebih modern dan komersial.
 
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh destinasi wisata otentik Bali adalah dalam hal metode pemasaran yang efektif kepada audiens wisatawan.
 
Selain itu, ada kebutuhan akan penyampaian informasi yang menarik melalui gaya story telling yang memikat, serta tentunya kemudahan akses transportasi menuju destinasi tersebut.
 
Gojek berkomitmen menghadirkan pariwisata otentik Bali dengan mengutamakan partisipasi aktif komunitas adat dan aksesibilitas yang nyaman dan aman.
 
Sebagai pionir dalam inovasi layanan digital di sektor transportasi, pesan-antar, dan logistik di Indonesia, Gojek berupaya memastikan pariwisata otentik Bali yang digerakkan oleh masyarakat lokal dapat tumbuh dan berkembang melalui ekosistem digital Gojek.
 
Majelis Desa Adat, yang menaungi lebih dari 1.500 desa adat di Bali, berkomitmen mendukung Gojek dalam menciptakan kolaborasi yang inklusif dan berdampak nyata di tingkat akar rumput.
 
Kekuatan kolaboratif antara kedua pihak ini akan mendorong perkembangan pariwisata Bali yang otentik, dengan dukungan masyarakat lokal serta jangkauan pemasaran yang luas dan terintegrasi.
 
"Semakin kesini kita melihat bahwa ketika berbicara tentang krama Bali tidak bisa lepas dari pawidangan Desa Adat dan ketika kita melihat konteksnya desa adat kami sepakat bahwa majelis desa adat adalah stakeholder yang memiliki semua akses kalau saya bilang untuk bisa berkolaborasi lebih jauh dan meningkatkan Gojek dengan masyarakat desa adat itu sendiri," ujar District Head Gojek Wilayah Bali, Rayi Bimantara, saat ditemui pada Kamis (17/10/2024) di Bali Timbungan.
 
Rayi menyampaikan secara konkret ada dua yang dikolaborasikan Gojek dengan Majelis Desa Adat, pertama adalah program memperkenalkan pengalaman transportasi terbaik bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali.
 
Di pintu masuk utama Pulau Dewata di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Gojek menyediakan layanan GoCar Instant Bandara.
 
Layanan ini memungkinkan wisatawan untuk langsung melanjutkan perjalanan tanpa harus menunggu.
 
Kini layanan GoCar Bandara semakin ditingkatkan dengan kehadiran armada mobil listrik, sejalan dengan upaya menyediakan transportasi yang lebih ramah lingkungan.
 
Untuk layanan GoCar Bandara di Bali dengan mobil listrik saat ini berjumlah 25 armada dari berbagai brand ternama.
 
"Itu adalah salah satu hal effort atau upaya kami menunjukkan kepada khalayak ramai pengguna bahwa Gojek mendukung pariwisata berkelanjutan dengan menghadirkan armada mobil listrik dan bisa mendatangi obyek-obyek wisata otentik yang di Bali dengan mobil ramah lingkungan," imbuh Rayi.
 
Pihaknya melihat jika lokusnya di Bali tentu banyak memiliki tempat wisata otentik yang luar biasa beragam dan memiliki kualitas value berbeda dengan daerah lain.
 
Program kedua yang akan dikerjasamakan dengan Majelis Dewan Adat Bali adalah membuat satu pilot project di satu desa adat sebagai titik pijak kerjasama jangka panjang.
 
"Kedua ada program yang akan mencoba pilot project satu desa adat namun masih kita diskusikan desa adatnya dimana. Nanti desa adat itu kita akan buatkan beberapa inisiatif program ekonomi digital, bersih-bersih lingkungan desa maupun bersih-bersih pura bersama mitra dan pengguna Gojek," ucapnya.
 
Program ekonomi digital yang dimaksud adalah membuka pintu seluas-luasnya untuk Desa Adat tersebut untuk bergabung ke dalam ekosistem Gojek.
 
Siapa yang punya hobi masak, keinginan untuk punya warung bisa buka di GoFood.
 
Pun bagi yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan kita juga membuka untuk bergabung dengan layanan transportasi kami baik GoRide maupun GoCar.
 
Selain itu banyak hal lainnya seperti menggerakkan pelanggan dan driver untuk bersih-bersih area Desa Adat, bersih-bersih sungai yang ada disana termasuk bersih-bersih Pura.
 
"Dimana semuanya itu nanti akan menjadi satu entitas besar yang tujuannya kontinyu karena kalau lokusnya terlalu besar tidak bisa dimonitor. Ketika lokusnya itu sangat fokus kita bisa monitor dan berkelanjutan, nanti kita bisa lihat perkembangannya setelah program itu selesai," papar Rayi.

Jadi Solusi Dari Permasalahan Pemerataan Ekonomi di Bali

Suasana kegiatan acara peluncuran dan diskusi Jelajahi Wisata Lokal Bareng Gojek #RajegBali yang berlangsung di Bali Timbungan pada Kamis (17/10/2024).
Suasana kegiatan acara peluncuran dan diskusi Jelajahi Wisata Lokal Bareng Gojek #RajegBali yang berlangsung di Bali Timbungan pada Kamis (17/10/2024). (istimewa)

 Sementara itu, Patajuh Bandesa Agung Bidang Kerjasama, Informasi, Inovasi dan Pengelolaan Data, Majelis Desa Adat Provinsi Bali, I Made Abdi Negara, menyampaikan bahwa kami melihat program ini sebagai sebuah solusi dari beberapa permasalahan atau kendala yang ada.
 
"Menjadi solusi dari beberapa permasalahan yang kami hadapi yakni bagaimana akses ekonomi pada industri pariwisata bisa dinikmati secara merata. Lalu dari pemerataan itu desa adat disana bisa mengambil peluang apa saja," ucap Abdi.
 
Ia menambahkan jika ada yang bisa melakukan kajian dan penelitian mengenai wisata otentik itu tentu akan banyak sekali ditemukan wisata otentik.
 
Mungkin yang muncul sekarang dipermukaan baru sekian persennya, sangat kecil mungkin tidak lebih dari 10 persen.
 
Karena pertama setiap jengkal tanah di Bali dibagi habis oleh pawidangan Desa Adat, dan setiap pawidangan Desa Adat itu memiliki banyak sekali tradisi, seni, budaya yang otentik.
 
Tidak hanya dari tradisi yang kita kenal seperti gerak laku atau dikenal tarian dan semacamnya sampai pada tradisi kulinernya, interaksi masyarakatnya sangat menarik.
 
"Kendala kami sebelumnya ketika tidak ada pemerataan ekonomi maka desa adat-desa adat yang secara ekonomi masih terbelakang tidak seperti di Bali Tengah dan Bali Selatan. Padahal mereka (desa adat di luar Bali Tengah dan Selatan) punya banyak potensi tetapi susah kami dalam mendorongnya," ungkap Abdi.
 
Ia menyampaikan bahwa potensi yang ada itu bisa menjadi satu daya tarik wisatawan dan setelah itu bisa memberikan manfaat secara ekonomi.
 
Kenapa susah? Karena kendala di transportasi, tetapi transportasinya sudah dibuatkan solusi oleh Gojek bahkan dibuatkan edukasi juga.
 
"Tentu ini menjadi gayung bersambut kalau secara pepatah. Jadi kami melihat ini adalah solusi dari kendala yang kami hadapi. Gojek tidak hanya mengambil ranum buahnya pariwisata tetapi juga ikut memikirkan bagaimana berkontribusi terhadap akarnya, itu tentu kami tidak ada alasan untuk menyambutnya dengan baik," jelasnya.
 
Dan program-program berkaitan dengan seni, budaya, adat dan tradisi yang dilakukan oleh Gojek ini kami perlu hadir ditengah-tengahnya.
 
Jangan sampai program seperti ini kita tidak dilibatkan, atau tidak melibatkan diri lalu tiba-tiba nanti ada hal-hal yang terlalu berlebih atau over eksploitasi dimana ujung-ujungnya nanti kita juga yang akan repot.
 
"Jadi lebih baik dari awal kita dampingi, dari awal kita hadir disana menjadi teman diskusi yang baik sehingga teman-teman Gojek juga paham," kata Abdi.
 
Harapan kami semoga program ini benar-benar bisa menjadi program yang dapat memberikan dampak besar bagi Desa Adat dan Krama Desa Adat.
 
Tidak hanya program yang sekedar dibuat tetapi tidak berdampak bahkan memberikan ekses negatif kan tidak kami inginkan itu.

Layanan GoBandara di Bali Gunakan Armada Ramah Lingkungan

Salah satu armada GoBandara di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai yang ramah lingkungan.
Salah satu armada GoBandara di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai yang ramah lingkungan. (istimewa)

Head of Corporate Affairs GoTo Jawa Timur, Bali, Nusra, I Gde Armyn Gita menambahkan ragam layanan di ekosistem Gojek, terus dipercaya menjadi andalan masyarakat saat menjelajahi destinasi wisata, termasuk Bali sebagai salah satu destinasi wisata favorit wisatawan domestik dan mancanegara.
 
"Kepercayaan tersebut terus kami jaga dan kali ini kami berinovasi dengan memperkuat armada GoCar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sebagai penyedia layanan transportasi yang mengoperasikan armada mobil listrik," ucapnya.
 
Selain ramah lingkungan, pengalaman berkendara yang lebih nyaman menjadi nilai tambah dari armada mobil listrik.
 
"Inovasi layanan transportasi ini merupakan langkah konkrit kami sebagai bagian dari kampanye #RajegBali, wujud komitmen dukungan Gojek bagi pariwisata Bali yang mengedepankan titik wisata otentik dengan berlandaskan prinsip wisata berkelanjutan," ucap Armyn.
 
Abdi Negara pun turut mengapresiasi dukungan Gojek terhadap pariwisata Bali melalui
kampanye #RajegBali, khususnya kemudahan aksesibilitas yang dihadirkan GoCar, serta promosi destinasi wisata otentik di dalam aplikasi Gojek.
 
"Kolaborasi antara Majelis Desa Adat Bali, pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan platform digital seperti Gojek dalam kampanye #RajegBali sangatlah strategis," ungkapnya.
 
Promosi yang dilakukan dengan bantuan teknologi digital, akan mendorong lahirnya banyak obyek wisata baru di dalam 1.500 kawasan Desa Adat di Bali.
 
Desa Adat akan terbantu dengan inovasi platform digital karena mempermudah akses wisatawan ke destinasi wisata otentik di Bali. Ini adalah awal yang baik untuk memaksimalkan potensi ekonomi Desa Adat di bidang pariwisata.
 
Dengan adanya layanan seperti GoCar, kawasan wisata alam dan budaya di segenap titik pulau Bali dapat diakses dengan mudah.
 
"Selain itu, promosi melalui teknologi digital juga mempercepat penyebaran informasi tentang keunikan wisata lokal yang otentik. Program ini akan sangat bermanfaat bagi Desa Adat yang ingin mengembangkan berbagai tujuan wisata otentik baru melalui Badan Usaha Padruwen Desa Adat (BUPDA)," urainya.
 
Usaha Gojek dalam #BerjuangUntukIndonesia kali ini diharapkan dapat berkontribusi menciptakan manfaat ekonomi yang luas.
 
Berdasarkan data dari BPS dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sektor pariwisata berkontribusi sebesar 3,8 persen pada PDB Indonesia tahun 2023 dan ditargetkan akan meningkat sebesar 10 hingga 12 persen dalam 10 sampai 15 tahun kedepan.
 
Kehadiran Gojek lewat ragam layanan dan inisiatifnya diharapkan dapat semakin mempermudah aktivitas pariwisata masyarakat, sehingga mampu meningkatkan dampak positif ekonomi dari sektor pariwisata.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved