Wakil Menteri Berdarah Bali
Widiyanti Jadi Menpar dan Ni Luh Puspa Wamenpar, Ketua PHRI Badung: Kolaborasi Bagus
Menpar merupakan seorang pengusaha, sehingga dapat paham dengan kebutuhan dari stakeholder pariwisata.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali dan Badung menyambut baik dipilihnya Widiyanti Putri Wardhana sebagai Menteri Pariwisata dan Ni Luh Enik Ermawati atau lebih dikenal Ni Luh Puspa sebagai Wakil Menteri Pariwisata pada Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.
“Pemilihan Menteri dan Wakil Menteri merupakan hak prerogatif Presiden. Ini kolaborasi yang bagus, baik dan kita harapkan dapat bekerja sama dengan kami,” ujar Ketua PHRI Badung sekaligus Wakil Ketua PHRI Bali, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, Selasa 22 Oktober 2024.
Disinggung mengenai bagaimana latar belakang Menpar dan Wamenpar?
Gung Rai menyampaikan bahwa kalau ia melihat dari profil Menpar ini cukup handal karena beliau dengan background pendidikannya dan pengalaman kerjanya sebagai Komisaris dan CEO, serta melakukan banyak hal aktivitas sosial untuk tentu sangat bagus.
Baca juga: Sosok Ni Luh Puspa, Masa Kecil Penuh Tantangan, Kini Jadi Wakil Menteri Pariwisata
Menpar juga merupakan seorang pengusaha, sehingga dapat paham dengan kebutuhan dari stakeholder pariwisata.
“Mudah-mudahan bisa melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dari Mas Sandiaga Uno. Untuk visi dan misi dari Ibu Menpar ini sangat bagus, di mana setiap Destinasi Super Prioritas akan mendirikan sekolah unggulan pariwisata untuk menciptakan SDM yang unggul di bidang pariwisata,” ungkap Gung Rai.
Menurutnya jadi dari SDM-nya dulu kemudian destinasinya, kemudian infrastrukturnya, lalu pemasarannya yang akan berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan dan stakeholder yang ada itu akan sangat bagus hasilnya.
Karena sangat tidak mungkin dengan bekerja satu Kementerian saja, di mana segalanya akan terkait.
Misalnya dengan Kemenlu, Keimigrasian mengenai VoA, Kemenhub dalam transportasi udara, dan lain sebagainya banyak keterkaitannya antara Kementerian Pariwisata dengan Kementerian/Lembaga lainnya.
“Ini sangat bagus menurut saya (dipilihnya Widiyanti sebagai Menpar), itu untuk Bu Menteri yang baru dan saya atas nama PHRI Bali serta Ketua PHRI Badung mengucapkan selamat kepada Bu Menteri. Semoga bisa meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Indonesia dan khususnya ke Bali, karena Bali merupakan hub internasional tourism daripada Indonesia,” imbuhnya.
Dengan target-target yang akan terus ditingkatkan baik angka kunjungan, kualitas wisatawan, meningkatkan juga spendingnya sehingga bisa memberikan dampak yang bagus terhadap pertumbuhan perekonomian Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.
“Itu harapan kita dan dapat menciptakan destinasi baru serta terus melakukan promosi dan berkolaborasi dengan seluruh stakeholder itu yang sangat penting buat kita semuanya,” ucap Gung Rai.
Kemudian untuk Wamenpar tentu saya mengapresiasi juga dimana dari Ni Luh Puspa asal Bali terpilih untuk mendampingi Ibu Widiyanti.
Menurutnya Wamenpar baru cukup energi dan memberikan harapan untuk mendampingi Bu Menteri.
“Wamennya sudah berpengalaman di bidang komunikasi dan jurnalistik. Ini kolaborasi yang baik,” ungkapnya.
Dan terhadap Menteri dan Wakil Menteri Pariwisata yang baru, Gung Rai memiliki empat poin fokus harapan terhadap pariwisata Bali.
Pertama fokus untuk pariwisata Bali tentu kita berkolaborasi dan bekerja sama yang baik nanti untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Dan untuk meningkatkan kunjungan ini tentu harus mempunyai kerja sama dan mendorong dengan maskapai menambah penerbangan langsung internasional ke Bali.
Kedua di bidang promosi pariwisata baik dalam negeri maupun luar negeri perlu ditingkatkan, itu yang kita harapkan.
Ketiga melakukan evaluasi kembali untuk aturan-aturan sesuai dengan yang kita harapkan, lalu in law forcement-nya harus ditegakkan dengan baik bersama stakeholder terkait.
Hal tersebut dapat memperbaiki kualitas dari destinasi-destinasi wisata kita.
Keempat meningkat pendidikan untuk SDM kita untuk memajukan SDM unggul dan berkualitas.
“Kita lihat 6 bulan ke depan nanti mudah-mudahan apa yang kita harapkan bisa tercapai, bisa terwujud dengan kedatangan Menteri Pariwisata dan Wakil Menteri Pariwisata yang baru. Karena saat ini Kementeriannya fokus di bidang pariwisata saja. Sudah dipisahkan pariwisata dan ekonomi kreatif tetapi tetap harus ada kerja sama antar dua kementerian ini. Lebih fokus saya lihat nanti kerjanya,” papar Gung Rai.
Ketua PHRI Badung ini juga berharap agar pembangunan Bandara Bali Utara dapat segera terealisasi selain untuk pemerataan ekonomi Pulau Dewata juga terdapat beberapa pertimbangan lain.
Kita flash back dulu bahwa Bandara di Bali Selatan yaitu Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai itu dapat menampung kapasitas 30 juta penumpang per tahun.
Dan saat ini sudah hampir mencapai 27 juta penumpang per tahun. Hal ini memang (Bandara Bali Utara) perlu dipikirkan.
Sudah ada VS atau visible study-nya (pembangunan bandara bali utara).
Kemudian di Bandara Ngurah Dai hanya punya satu runway, sedangkan untuk pariwisata kita butuhkan dua runway.
Namun untuk kita tambah runway di Bandara Ngurah Rai tentu tidak memungkinkan karena situasi dan kondisinya.
“Kalau ke barat itu laut kalau direklamasi tentu akan menyebabkan abrasi dan akan ditolak, kalau memperluas ke utara biayanya lebih besar karena sudah ada banyak kawasan wisata dan harganya tidak memungkinkan untuk kita memberikan kompensasi. Ke selatan tidak mungkin juga karena ada desa adat dan pura-pura yang menjadi kawasan suci. Ke timur juga tidak mungkin dikembangkan karena sudah ada tol. Maka dari itu satu-satunya saat ini perlu dipikirkan alternatif yakni bandara di bali utara yang memungkinkan,” papar Gung Rai.
Di samping itu yang kedua pertimbangannya adalah untuk pemerataan ekonomi.
Lalu pertimbangan keempat secara teknis kalau nanti terjadi bencana alam erupsi Gunung Agung ketika debu vulkanik ke selatan kita tidak bisa memakai bandara selatan karena berbahaya terhadap keselamatan dan keamanan penerbangan tetapi jika ada bandara di Bali Utara penerbangan dapat dialihkan ke Utara.
Selain itu misalnya dilakukan perbaikan runway di Bandara Ngurah Rai karena hanya satu runway otomatis penerbangan ditiadakan sementara dan kita akan kelabakan bagaimana kedatangan wisman di hari itu.
Di samping semua pertimbangan tersebut harus didukung dengan aksesbilitas dan infrastuktur pendukung di Bali Utara segera tingkatkan, shortcut harus selesai, barangkali ada jalan lingkar, atau ada kereta subway itu sangat diperlukan.
Sehingga nanti Bandara Bali Utara dapat betul-betul efektif dalam rangka untuk mendukung peningkatan pariwisata.
Jika kita lihat saat ini kedatangan wisman hampir 21 ribu per hari, sudah krodit sekali di Bandara Ngurah Rai, ditambah masih ada slot penerbangan pada pukul 02.00 dini hari masih ada tetapi setelahnya tidak ada.
“Maka dari itu penting perlu dipikirkan alternatifnya (realisasi Bandara Bali Utara). Istilahnya saya mendukung untuk adanya Bandara Bali Utara,” demikian kata Gung Rai.(*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.