UMKM Bali

Beejamur: UMKM Budidaya Jamur Tiram di Bali yang Sukses Bertahan Sejak 2009

Ni Wayan Purnami Rusadi, yang akrab disapa Emik, adalah sosok di balik berdirinya Beejamur. 

tribun bali/i made wira
Beejamur: UMKM Budidaya Jamur Tiram di Bali yang Sukses Bertahan Sejak 2009 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Beejamur adalah sebuah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Bali yang fokus pada budidaya jamur tiram sejak tahun 2009. 

Terletak di Jalan Ahmad Yani Utara, Gang Nusa Indah No. 2, Denpasar, UMKM ini terbentuk berkat dukungan dari Karang Taruna Desa Peguyangan Kaja. 

Beejamur memanfaatkan lahan sisa warga, yang dikenal sebagai teba, untuk budidaya jamur tiram. 

Dengan dua bangunan yang difungsikan sebagai gudang penyimpanan, masing-masing bangunan menampung sekitar 500 baglog—media tanam yang digunakan untuk menumbuhkan jamur tiram.

Baca juga: UMKM Dapat Kemudahan, Bali Jadi Wilayah yang Alami Kenaikan Tertinggi Tren Belanja Online

Ni Wayan Purnami Rusadi, yang akrab disapa Emik, adalah sosok di balik berdirinya Beejamur

Perempuan cerdas dan penuh semangat ini mendirikan usaha tersebut bersama Karang Taruna Desa Peguyangan setelah mengikuti serangkaian pelatihan yang diadakan oleh dinas-dinas di Denpasar. 

Salah satu pelatihan yang menarik minat mereka adalah budidaya jamur tiram.

"Pada tahun 2009-2010, saya dan Karang Taruna Desa Peguyangan mendapat kesempatan mengikuti program pelatihan dari Bapak Wali Kota Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra. Di situ kami tertarik dengan budidaya jamur tiram karena saat itu masih langka di Denpasar. Tidak perlu lahan luas dan mudah dibudidayakan," kata Emik.

Budidaya jamur tiram dimulai di teba dekat rumahnya, di mana Emik membangun sebuah rompok bedeg, atau gubuk sederhana yang berisi rak-rak untuk baglog. 

Baglog adalah campuran serbuk gergaji yang sudah diolah sedemikian rupa sebagai media tumbuh jamur. 

Jamur tiram membutuhkan lingkungan lembab untuk tumbuh, dan setiap baglog harus disiram 2-3 kali sehari.

"Pertama, tempat budidaya harus lembab, kemudian kita butuh bibit jamur yang sudah dalam bentuk baglog. Setelah disemprot air, sekitar 4-5 minggu kita sudah bisa panen. Satu baglog bisa menghasilkan 300-400 gram jamur selama tiga bulan, tapi bisa lebih banyak saat musim hujan di daerah Pupuan, Tabanan, bahkan mencapai 900 gram," jelas Emik. 

Namun, ia menambahkan bahwa kualitas hasil panen sangat dipengaruhi oleh cuaca dan kadar air, yang juga mempengaruhi daya simpan jamur.

Tantangan terbesar dalam budidaya jamur tiram ini adalah kondisi cuaca panas yang bisa mempengaruhi hasil panen. 

Walaupun dilakukan penyiraman teratur, pertumbuhan jamur bisa kurang maksimal.
 
Di musim panas ekstrem, Emik hanya mampu memanen sekitar 2 kilogram jamur per hari dengan harga jual di pasar berkisar antara 20.000 hingga 30.000 rupiah per kilogram. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved