Longsor di Klungkung
Longsor di Desa Pikat Klungkung Sisakan Duka Mendalam, Keluarga Sangat Terpukul
Suasana duka juga menyelimuti keluarga dari I Wayan Nata dan Nengah Mertayasa di Desa Pesinggahan.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Longsor di Desa Pikat Klungkung Sisakan Duka Mendalam, Keluarga Sangat Terpukul
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Suasana duka juga menyelimuti keluarga dari I Wayan Nata dan Nengah Mertayasa di Desa Pesinggahan.
Keduanya menjadi korban meninggal dunia dalan musibah longsor di Desa Pikat, Klungkung, Bali, Minggu malam (19/1/2025).
I Wayan Nata dan Nengah Mertayasa tinggal dalam 1 pekarangan rumah, bertetangga langsung dengan korban lainnya, I Wayan Mudiana.
Kerabat dari Wayan Nata dan Nengah Mertayasa, Ketut Subrata (50) tidak kuasa menahan tangis.
Saat mengetahui kerabatnya menjadi korban dalam musibah longsor.
"Saya kemarin paruman di banjar, dapat informasi saudara saya kena musibah," ungkap Ketut Subrata dengan meneteskan air mata, Senin (20/1/2025).
Ketut Subrata mengatakan, walau mereka bersaudara dekat, namun jarang komunikasi.
Baca juga: VIDEO Bencana Tanah Longsor di Jalan Ken Dedes Denpasar Bali Tewaskan 2 Orang
Sehingga Subrata tidak mengetahui kedua kerabatnya itu melakukan aktivitas apa di sebuah pesraman di Lingkungan Celuk, Desa Pikat.
"Saya tidak tahu, karena memang jarang komunikasi. Tiba-tiba ada kabar seperti ini," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Walau jarang komuniaksi, Subrata mengaku sangat terpukul dengan kepergian keduanya.
Nengah Mertayasa selama ini sehari-hari sebagai nelayan, dan meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.
Baca juga: Kisah Korban Longsor di Pikat Klungkung Bali, Wayan Mudiana Sempat Minta Canang Sebelum Kejadian
Sementara Wayan Nata merupakan pensiunan PNS, meninggalkan 2 orang anak.
Sementara pihak keluarga masih berunding, terkait dengan upacara pemakaman keduanya.
Rencananya jenazah korban baru akan diupacarai setelah rahina Buda Wage Klawu yang jatuh, Rabu (22/1/2025).
Mudiana Sempat Minta Canang
Suasana duka menyelimuti kediaman keluarga, I Wayan Mudiana asal Banjar Timbul, Desa Pesinggahan, Senin 20 Januari 2025.
Wayan Mudiana merupakan satu dari 4 korban meninggal dunia, dalam musibah tanah longsor di Lingkungan Celuk, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali pada Minggu 19 Januari 2025.
Istri dari Mudiana, Ni Nengah Rengkig tidak kuasa menahan sedih.
Ia terus menangis, mengetahui suaminya menjadi korban musibah tanah longsor di sebuah pasraman di Desa Pikat.
"Kemarin tahu musibah ini dari handphone," ungkap Rengkig sembari terus menangis.
Ia mengatakan, sebelum musibah itu suaminya sempat minta canang. Namun Rengkig tidak mengetahui suaminya hendak kemana, dan bersama siapa
"Kemarin dia (Mudiana) minta canang, tidak bilang mau kemana," ungkap Rengkig dengan meneteskan air mata.
Rengkig mengaku tidak mengetahui, suaminya mengikuti kegiatan spiritual di Desa Pikat.
Karena Mudiana tidak pernah bercerita terkait kegiatan tersebut.
"Tidak pernah ada cerita mau kemana," ungkapnya.
Mudiana sehari-harinya diketahui bekerja sebagai buruh bangunan.
Ia meninggalkan tiga orang anak, dan seorang di antaranya sudah menikah.
Sebelumnya diberitakan, longsor disertai batu besar berdiameter lima meter menghantam bangunan yang saat itu digunakan untuk kegiatan spiritual oleh warga dari luar Desa Pikat.
Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada, mengapresiasi kerja keras TRC, pihak kepolisian, dan warga setempat dalam evakuasi korban meski dihadapkan pada medan sulit dan hujan deras.
Penjabat Bupati Klungkung, I Nyoman Jendrika, bersama Wabup Klungkung terpilih, Tjokorda Surya Putra, langsung meninjau lokasi bencana.
Jendrika mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati menghadapi cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana serupa.
"Mari bersama-sama menjaga keselamatan diri, mengingat cuaca ekstrem belakangan ini terus terjadi," ujarnya.
Tjokorda Surya menambahkan, warga di daerah rawan bencana harus lebih waspada dan mematuhi imbauan pemerintah untuk mengurangi risiko bencana.
Bendesa Adat Pikat, Komang Puja Sudarsana, mengungkapkan bahwa pihak desa adat akan segera menggelar paruman untuk membahas langkah yang perlu diambil setelah musibah ini.
Ia juga menegaskan perlunya aturan yang lebih ketat untuk mengawasi aktivitas warga luar yang menggunakan fasilitas desa tanpa pemberitahuan resmi.
Pasraman yang diterjang longsor diketahui sering digunakan untuk kegiatan spiritual, seperti meditasi dan pengelukatan, tanpa sepengetahuan desa adat.
"Ke depan, kami akan memperketat aturan agar aktivitas seperti ini tidak terjadi tanpa koordinasi," tegas Puja Sudarsana.
Daftar Korban Tanah Longsor di Desa Pikat, Klungkung
Korban Meninggal Dunia
1. Wayan Nata
- Asal: Banjar Klodan, Desa Pesinggahan
2. Ketut Surata
- Asal: Dusun Glogor, Desa Pikat
3. I Wayan Mudiana
- Asal: Banjar Timbul, Desa Pesinggahan
4. I Nengah Mertayasa
- Asal: Banjar Timbul, Desa Pesinggahan
Korban Luka-Luka
1. Ketut Mumbul
- Asal: Desa Sading, Badung
2. I Gede Aswin
- Asal: Desa Sading, Badung
3. I Gusti Made Ariasa
- Asal: Beringkit, Badung
4. I Wayan Kicen
- Asal: Dusun Timbul, Desa Pesinggahan
(*)
Berita lainnya di Longsor di Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.