Berita Nasional
Kunjungan Wisdom Meningkat, Wamenpar Minta Jangan Ada Diskriminasi Wisatawan Lokal dan Turis
Jika diamati pergerakan wisatawan domestik ini juga menunjukkan tren positif dengan lebih dari 1 miliar perjalanan tercatat sepanjang tahun 2024.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pasca pandemi Covid-19, pariwisata Indonesia menunjukkan tren yang positif.
Tren pariwisata menunjukkan tren pemulihan ke arah yang baik.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, saat mengisi kuliah umum di Universitas Mahendradatta Denpasar, Sabtu 21 Juni 2025.
Jika dilihat dari jumlah kunjungan bagaimana naik turunnya setelah Covid-19, namun setelah pandemi Covid-19 jumlah kunjungan wisatawan melonjak dari 1,6 juta pada tahun 2021 menjadi 13,9 juta wisatawan, hampir mencapai 14 juta di tahun 2024.
Baca juga: 2.000 Pekerja Pariwisata Bali Akan Ikuti Pelatihan AI, Simak Penjelasannya!
Meskipun kalau dilihat memang angka tersebut belum mencapai pada saat pra pandemi yaitu di tahun 2019.
Sebab di tahun 2019, pada saat itu jumlah kunjungan wisatawan sudah mencapai 16,1 juta kunjungan.
“Kita belum mencapai ke sana tetapi kalau lihat trennya ini adalah tren pemulihan yang sangat signifikan dan sangat positif. Kalau kita lihat kemudian itu untuk wisatawan mancanegara karena kita membagi dalam dua kategori yaitu wisatawan mancanegara, kemudian wisatawan domestik,” jelas Ni Luh.
Untuk jumlah wisman dihitung melalui jumlah orang yang datang, sementara untuk wisatawan domestik menghitungnya adalah jumlah perjalanan yang mereka lakukan.
Jika diamati pergerakan wisatawan domestik ini juga menunjukkan tren positif dengan lebih dari 1 miliar perjalanan tercatat sepanjang tahun 2024.
Angka ini sudah melampaui capaian pra-pandemi yang berada di angka 722,2 juta perjalanan.
Ini juga menandakan pemulihan yang cukup kuat sekali dan juga cepat setelah pandemi Covid yang terjadi.
Dan ini juga menegaskan bahwa wisatawan domestik itu adalah tulang punggung pariwisata nasional.
“Jadi kita harus tidak boleh mendiskriminasi wisatawan, wisatawan mancanegara kita utamakan terus kemudian wisatawan domestiknya kita lupakan jangan karena kalau lihat dari data melihat pergerakan mereka yang sudah mencapai 1 miliar pergerakan ya ini adalah bukti kalau wisata domestik ini adalah tulang punggung dari pariwisata nasional dan ini menjadi faktor kunci untuk menjaga keberlanjutan sektor pariwisata Indonesia,” bebernya.
Mengenai pariwisata berkualitas adalah jangan sampai sektor pariwisata terjebak.
Bukan berarti karena berkualitas yang disasar hanya segmen tertentu saja.
Tetapi bagaimana berbenah di dalam, sehingga wisatawan yang datang mendapatkan experience, mendapatkan pengalaman berwisata yang berkualitas melalui lingkungan yang sehat. Kemudian tempat yang aman dan nyaman.
“Kemudian dia bisa menikmati dan berhubungan dengan masyarakat lokalnya dengan baik, tanpa ada rasa terancam, tanpa merasa didiskriminasi dan sebagainya dan kemampuan untuk menghormati masyarakat lokal. Jadi hal-hal seperti itu yang kita maksudkan dengan apa itu quality tourism itu,” tandasnya.
Ia juga menjelaskan bukan berarti pemerintah menginginkan quality tourism berarti tidak mau lagi ada turis-turis dengan budget murah datang ke Bali.
Ia menegaskan jika semua pihak mampu menciptakan hal tersebut, pasti Indonesia akan mendapatkan turis-turis yang juga berkualitas. Seperti misalnya di Singapura.
“Kalau kita datang ke Singapura, kita begitu tertib di sana, nyeberangnya nggak sembarangan, buang sampah nggak sembarangan. Kenapa? Karena pemerintah dan masyarakatnya di sana sudah menerapkannya. Sehingga ada rasa gengsi kalau misalnya, atau rasa malu gitu,” sambungnya.
Sama misalnya, kenapa turis di sini bisa jalan tidak pakai helm misalnya? Wamenpar meminta agar melakukan refleksi juga.
Apakah masyarakat sudah tertib juga ketika berada di jalan pakai helm. Hal tersebutlah dinilai membuat wisatawan mencontoh.
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.