Berita Denpasar
RSUD Wangaya Denpasar Bali Rawat 636 Pasien DBD Selama 2025, Satu Orang Meninggal
Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencatat lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada awal tahun 2025.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar mencatat total 636 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang tahun 2025 ini.
Di mana 636 pasien tersebut dirawat di RSUD Wangaya hingga Juni ini.
Data ini disampaikan oleh Kepala Unit Humas dan Promosi RSUD Wangaya, Anak Agung Ayu Dewi Purnami, Selasa 24 Juni 2025.
Dari laporan bulanan yang dihimpun pihak rumah sakit, jumlah kasus DBD yang dirawat tertinggi terjadi pada bulan Maret, yakni sebanyak 158 kasus.
Baca juga: Kasus DBD di Gianyar Bali Capai 1.398 Kasus Per 5 Bulan
Disusul Februari sebanyak 135 pasien, Januari sebanyak 111 pasien, dan April sebanyak 109 pasien.
"Sementara itu, jumlah pasien DBD mulai menurun signifikan pada Mei dengan 79 kasus, dan Juni tercatat hanya 44 kasus," paparnya.
Dari total 109 pasien yang tercatat pada April, satu pasien meninggal dunia.
"Ada yang meninggal dunia satu orang di bulan April," paparnya.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencatat lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada awal tahun 2025.
Hingga Juni 2025, tercatat sebanyak seribu lebih kasus DBD di seluruh wilayah Kota Denpasar.
“Kasus DBD di awal tahun ini memang tinggi, terutama pada bulan Januari dan Februari, namun di bulan Mei sudah mengalami penurunan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, AA Ayu Agung Candrawati.
Untuk Januari 2025, tercatat 167 kasus, lalu Februari melonjak tajam menjadi 316 kasus.
Pada Maret 2025, tercatat 243 kasus, menurun dibandingkan Februari.
Untuk April dan Mei tahun ini masing-masing tercatat 202, dan 96 kasus hingga 25 Mei.
Dari data yang disampaikan Dinas Kesehatan juga menunjukkan ada 5 orang meninggal dunia akibat DBD selama periode Januari hingga Mei 2025.
Faktor cuaca juga menjadi penyebab penting dalam peningkatan kasus ini.
“Musim hujan yang dimulai lebih awal sejak Oktober 2024 membuat penyebaran nyamuk Aedes Aegypti lebih cepat, sehingga kasus DBD mulai meningkat sejak Januari 2025,” jelas Candrawati.
Selain itu, masih ada kendala dalam penanganan, salah satunya kurangnya kesadaran masyarakat mengenali gejala awal DBD, sehingga pasien sering datang terlambat ke fasilitas kesehatan.
Sebagai upaya pencegahan, Dinas Kesehatan melakukan berbagai langkah strategis seperti penyuluhan, edukasi, penyelidikan epidemiologi, pengaktifan Pokjanal DBD di tingkat desa dan kelurahan, serta fogging massal Ultra Low Volume (ULV) di jalan-jalan kota yang sudah dimulai sejak awal April 2025.
“Kami ajak masyarakat menjaga kebersihan lingkungan, mengenali gejala DBD, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran Jumantik Mandiri di setiap rumah tangga agar kasus DBD dapat ditekan dan angka kematian bisa diminimalkan,” katanya. (*)
Kumpulan Artikel Denpasar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.