Berita Jembrana
Turun, 82 Kasus DBD Ditemukan di Jembrana Bali, Kesadaran Masyarakat dan Edukasi Petugas Jadi Kunci
masyarakat harus tetap waspada akan potensi timbulnya kasus DBD di wilayah masing-masing.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Tren kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jembrana menunjukkan penurunan.
Penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti ini masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu dengan periode yang sama.
Namun begitu, masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi kenaikan kasus terutama saat musim pancaroba atau peralihan musim.
Menurut data yang berhasil diperoleh, jumlah kasus DBD hingga pertengahan Juni 2025 ini tercatat sebanyak 82 kasus.
Baca juga: WASPADA Demam Berdarah! Dinkes Jembrana Catat 287 Kasus DBD Per 9 Bulan, Turun Dibandingkan 2023
Rinciannya 24 kasus di Januari, 20 kasus di Februari, 14 kasus di Maret, 15 kasus di April dan 9 kasus di bulan Mei. Sementara untuk bulan Juni masih nihil ditemukan kasus DBD.
Sementara itu, pada tahun 2024 lalu tercatat ada 332 kasus DBD dalam setahun.
Bulan April, Mei dan Juni ditemukan kasus paling tinggi yakni sebanyak 153 kasus. Jumlah ini sangat jauh berbeda dengan tahun ini.
"Tahun ini tren kasus DBD menurun dibandingkan tahun lalu. Jika tahun lalu, dalam tiga bulan terakhir pada periode yang sama tercatat ratusan. Tahun ini hanya puluhan saja. Berbanding terbalik dengan tahun lalu," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jembrana, dr I Gede Ambara Putra saat dikonfirmasi.
Menurut Ambara, penurunan kasus DBD saat ini tak lepas dari pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan.
Di samping itu, edukasi petugas dari Puskesmas/Pustu di wilayah masing-masing juga menjadi penyebab keberhasilan menekan kasus.
"Dari sisi pencegahan yang efektif dengan memutus sarang atau membasmi jentik nyamuk sudah banyak dilakukan masyarakat. Artinya sudah mulai sadar akan kesehatan dan kebersihan lingkungan," katanya.
Namun, kata dia, masyarakat harus tetap waspada akan potensi timbulnya kasus DBD di wilayah masing-masing.
Sebab, peralihan musim biasanya sangat cepat terjadi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti ini.
Wilayah yang sangat berpotensi adalah wilayah padat penduduk dan lingkungan yang kumuh.
"Kami terus ingatkan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Lakukan pencegahan dengan pemberantasan sarang nyamuk secara berkala. Dan jika menunjukkan gejala DBD agar segera dilarikan ke faskes terdekat untuk menerima perawatan medis," imbaunya.
Kumpulan Artikel Jembrana
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.