Berita Jembrana
WASPADA Demam Berdarah! Dinkes Jembrana Catat 287 Kasus DBD Per 9 Bulan, Turun Dibandingkan 2023
Jumlah ini masih jauh menurun dibandingkan kasus di tahun 2023 lalu yang notabene disebutkan menjadi siklus lima tahunan.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Peralihan musim dari kemarau menuju penghujan nampaknya sudah mulai terjadi di Bali khususnya Kabupaten Jembrana. Di masa pancaroba sering menyebabkan kasus demam berdarah dengue (DBD) melonjak.
Menurut data yang berhasil diperoleh dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jembrana, sejak Januari-September 2024 ini tercatat ada 287 kasus DBD yang terjadi di wilayah Kabupaten Jembrana.
Jumlah ini masih jauh menurun dibandingkan kasus di tahun 2023 lalu yang notabene disebutkan menjadi siklus lima tahunan.
Sementara, dalam kurun waktu lima tahun terakhir atau 2020-2024, tahun 2023 menjadi temuan kasus yang terbanyak. Pada 2020 tercatat ada 267 kasus, kemudian di 2021 menurun drastis menjadi 96 kasus. Di 2022 kembali naik menjadi 347 kasus dan di 2023 menjadi puncak tertinggi mencapai 435 kasus.
Baca juga: CEGAH Bullying di Sekolah Dasar, Polsek Klungkung Beri Edukasi di SDN 2 Tegak!
Baca juga: Target PAD Rp9,6 T, APBD TA 2025 Badung Dirancang Rp10,4 Triliun, Lebih Kecil dari Perubahan 2024
Namun tak menutup kemungkinan, dalam waktu tiga bulan terakhir tahun ini atau di musim pancaroba kasus bakal bertambah jika masyarakat abai dengan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungannya masing-masing.
“Dalam tiga bulan terakhir ini, jumlah kasus cenderung menurun,” kata Kepala Dinkes Kabupaten Jembrana, dr Made Dwipayana saat dikonfirmasi, Rabu (9/10).
Selain itu, kata dia, faktor lain yang menjadi pendukung peningkatan kasus DBD. Adalah soal migrasi virus dari wilayah zona merah ke Jembrana.
Hal ini disebabkan mobilitas masyarakat terutama saat berkunjung ke daerah yang tinggi kasusnya. Jadi kemungkinan besar terinfeksi di luar Jembrana kemudian disebarkan nyamuk di rumahnya ke orang lain.
“Kita tetap berupaya untuk menekan kasus seminimal mungkin terutama kasus lokal. Namun diakui ada juga kasus import. Artinya, warga yang kena di luar ada gejala sakit, ketika pulang ke Jembrana ternyata DBD,” ungkapnya.
Disinggung mengenai potensi lonjakan kasus dalam tiga bulan terakhir di tahun 2024 ini, Dwipayana menyebutkan jika sesuai tren yang sebelumnya, pihaknya bersama petugas dilakukan rata-rata jumlahnya tidak begitu signifikan. “Astungkara dan semoga saja tidak melonjak,” kata dia.
Sementara itu, jumlah kasus meninggal dunia akibat DBD secara keseluruhan di Provinsi Bali, dari Januari hingga April 2024 ini menurun dibanding tahun sebelumnya.
Secara total tahun 2023 sebanyak 19 orang meninggal dunia berasal dari Denpasar, Tabanan, Karangasem, Klungkung, Gianyar, dan Badung, dan pada periode Januari-April 13 kasus.
Di tahun 2024, pada Februari ada 1 di Klungkung, Maret ada 2 di Denpasar, dan 1 Gianyar. Lalu April, 1 di Tabanan, jauh menurun dari tahun lalu yaitu Januari 2, Februari 1, Maret sebanyak 6, dan April sebanyak 4.
Dinkes Bali menyebut secara jumlah kasus positif DBD juga tahun ini menurun, namun angkanya tetap tinggi karena Januari hingga Maret merupakan puncak musim penghujan.
Adapun jumlah kasus terjangkit DBD tahun ini adalah 4.177 kasus mulai dari Januari 709 kasus, Februari 910 kasus, Maret 1.659 kasus, dan April sampai hari ini 899 kasus.
NYAWA Widiana Tak Tertolong! Pria 48 Tahun Tewas Tertimpa Kayu Bayur di Melaya Jembrana |
![]() |
---|
NIAT MEMBANTU, Namun Ajal Menjemput, Putu Widiana Tewas di Banjar Moding Kaja Jembrana |
![]() |
---|
Ribuan Tukik Dilepasliarkan Hingga Aksi Bebas Sampah Plastik di Pantai Jembrana |
![]() |
---|
Niat Bantu Tarik Kayu yang Akan Ditebang, Putu Widiana Tewas Tertimpa Kayu Bayur di Jembrana |
![]() |
---|
2 Peserta PPPK Mengundurkan Diri! Status Dua Orang Lulus Seleksi PPPK Jembrana Dibatalkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.