Breaking News

Berita Bali

Konservasi Penyu di Denpasar Bali, Lebih dari 4.000 Tukik Diselamatkan dan Dikembalikan ke Laut

Dalam upaya pelestarian ini, BTID turut berperan untuk menjaga satwa dan ekosistem laut di Pulau Serangan. 

istimewa
Pelestarian penyu di Pulau Serangan masih berlangsung hingga kini. Konservasi Penyu di Denpasar Bali, Lebih dari 4.000 Tukik Diselamatkan dan Dikembalikan ke Laut 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Pelestarian penyu di Pulau Serangan masih berlangsung hingga kini. Pulau ini menjadi rumahnya satwa langka, penyu. 

PT Bali Turtle Island Development (BTID), selaku pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, memberikan akses kepada warga Desa Serangan dan Turtle Conservation and Education Center (TCEC) untuk menjalankan upaya konservasi di wilayah tersebut.

Dalam satu tahun terakhir, lebih dari 7.600 telur penyu berhasil ditemukan dan diselamatkan. 

Dari jumlah itu, sekitar 4.000 telur berhasil menetas menjadi tukik dan telah dilepasliarkan ke habitat aslinya. 

Baca juga: Bali Menuju Pusat Wisata Wellness Dunia, Momentum Baru dari KEK Sanur, Wamenpar Serukan Kolaborasi

Dalam upaya pelestarian ini, BTID turut berperan untuk menjaga satwa dan ekosistem laut di Pulau Serangan. 

“BTID selalu bersinergi dan mempermudah akses kami ke dalam. Tidak pernah ada hambatan ketika kami meminta izin untuk monitoring dan mendata penyu di kawasan,” ujar Ketua TCEC Serangan, I Wayan Indra Lesmana, Sabtu 5 Juli 2025. 

Menurutnya, pantai Serangan di kawasan Kura Kura Bali merupakan salah satu titik penting tempat penyu singgah dan bertelur. 

Untuk menjaga keamanan dan tanggung jawab bersama, setiap aktivitas monitoring selalu dilakukan dengan prosedur izin yang tertib melalui pihak keamanan setempat.

“Kami tidak bisa sembarangan masuk karena ada aktivitas proyek. Tapi selama ini, BTID sangat kooperatif. Begitu kami mengajukan izin untuk kegiatan konservasi, langsung diberikan akses,” jelasnya.

Monitoring dan Relokasi Telur Penyu

Dalam pelaksanaan konservasi, tim TCEC rutin memantau area pantai yang berada di dalam KEK Kura Kura Bali maupun sekitarnya. 

Bila ditemukan telur penyu di lokasi yang dianggap berisiko, telur-telur tersebut direlokasi ke pusat konservasi untuk proses penetasan yang lebih aman.

Namun, jika kondisi pantai dinilai aman, telur dibiarkan menetap dan menetas secara alami di tempat semula.

Mayoritas penyu yang menitipkan telurnya di Pulau Sarangan berjenis penyu lekang (Lepidochelys Olivacea), penyu hijau (Chelonia Mydas), dan penyu sisik (Eretmochelys Imbricata). 

Penyu-penyu ini secara alami mempercayakan Pantai Serangan sebagai lokasi bertelur. 

Hal ini tidak hanya berdampak pada kelangsungan hidup mereka, tetapi juga memberikan manfaat bagi perekonomian Desa Serangan.

Ia berharap kolaborasi antara BTID, pemerintah, Desa Adat Serangan, dan masyarakat lokal Pulau Serangan tetap terjaga. 

Menurutnya, hanya dengan sinergi yang kuat, penyu dapat kembali bertelur di Serangan sebagai rumah mereka, sehingga memudahkan untuk melakukan pemantauan secara berkelanjutan.

TCEC Jadi Magnet Ribuan Pengunjung, Termasuk Delegasi Internasional

Selain konservasi, TCEC juga aktif dalam edukasi lingkungan dan pelestarian penyu. 

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kota Denpasar, sepanjang tahun 2024, TCEC tercatat telah menerima lebih dari 59.000 kunjungan. Mereka berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, wisatawan domestik dan mancanegara, hingga tamu kenegaraan.

“Kami sering dilibatkan oleh BTID dalam momen-momen penting seperti pelepasan tukik, kegiatan edukasi penyu, bahkan saat kunjungan delegasi besar seperti KTT G20 dan acara pemerintah,” ungkap Indra.

TCEC Serangan dan Desa Adat Serangan menjadi perintis terdepan dalam mengedukasi publik tentang pentingnya menjaga kelestarian penyu. 

Banyak sekolah dan institusi pendidikan menjadikan pusat ini sebagai tempat pembelajaran lingkungan setiap awal tahun ajaran.

Anak-anak sekolah sangat antusias. Banyak yang baru pertama kali melihat tukik secara langsung dan belajar tentang siklus hidup penyu. 

Kunjungan ini juga memberikan pemasukan untuk desa adat setempat dalam menjaga tanah leluhur dengan menjalankan proses ritual di Pura-Pura suci di Pulau Serangan

Konservasi penyu di Pulau Serangan bukan hanya melestarikan satwa langka, tapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan warisan budaya lokal yang telah lama menyatu dengan laut.

Dengan dukungan berkelanjutan dan sinergi semua pihak terkait, harapannya Serangan akan tetap menjadi rumah pulang yang aman bagi para penyu.

Kumpulan Artikel Denpasar

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved