Sponsored Content
Tari Topeng Sanggar Seni Bajra Geni Mengwi Bali Suarakan Nilai-nilai Pelestarian Lingkungan di PKB
pesan ini begitu relevan bahwa pemimpin harus mampu menjaga harmoni antara manusia dan alam, antara buana agung dan buana alit.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Panggung Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, kembali menjadi saksi keindahan seni tradisional Bali dalam balutan cerita yang penuh makna.
Sanggar Seni Bajra Geni, Banjar Batu, Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, tampil istimewa dalam Rekasadana (Pagelaran) Topeng Bondres yang mereka pentaskan sebagai duta Kabupaten Badung dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47, Rabu 9 Juli 2025.
Dengan mengangkat judul “Damar Sasangka”, Sanggar Bajra Geni menyuguhkan pertunjukan sarat filosofi.
“Damar Sasangka” menjadi simbol dari sosok pemimpin sejati, seperti pelita di tengah kegelapan, dia hadir untuk menerangi, bukan sekadar memberi pembenaran, melainkan menyuarakan kebenaran.
Baca juga: Jadwal PKB 2025 Hari ini 13 Juli 2025: Parade Wayang Kulit hingga Pergelaran Calonarang Inovatif
Tokoh sentral dalam pertunjukan ini adalah Ida Cokorda Nyoman Mayun, Raja Kawya Pura, yang menghadapi dilema besar saat Subak Batan Tanjung mengalami kekeringan dan konflik internal.
Alih-alih mengambil keputusan secara terburu-buru, sang raja memilih laku tapa di Pucak Pengelengan untuk menyelaraskan dirinya dengan kehendak alam semesta.
Setelah menerima wahyu, solusi pun didapat, yakni sebuah upacara sakral bernama Aci Tulak Tunggul digelar di Dam Pura Taman Ayun.
Upacara tersebut menggunakan sarana pekelem ulam suci dan iringan Baris Keraras, tradisi yang hingga kini masih terus dilestarikan dalam piodalan di Pura Taman Ayun.
Cerita ini tidak hanya menggambarkan kepemimpinan spiritual dan penuh tanggung jawab, tetapi juga menyuarakan nilai-nilai pelestarian lingkungan, khususnya air sebagai sumber kehidupan dan pertanian.
Dalam konteks modern, pesan ini begitu relevan bahwa pemimpin harus mampu menjaga harmoni antara manusia dan alam, antara buana agung dan buana alit.
Sebelum masuk ke inti cerita, pementasan diawali dengan tabuh pembuka dan tiga penampilan Topeng khas, yakni Topeng Keras, Topeng Tua, dan Topeng Bondres Monyer Manis.
Ketiganya menampilkan dinamika karakter Bali, utamanya dari kekuatan dan kebijaksanaan hingga kelucuan dan sindiran sosial.
Anak Agung Bagus Sudarma selaku pembina tari menjelaskan bahwa pertunjukan ini terinspirasi dari Babad Mengwi, khususnya kisah tentang Aci Tulak Tunggul.
“Ini bagian dari upaya pelestarian pertanian dan kemakmuran masyarakat Subak Batan Tanjung. Cerita ini menggambarkan pentingnya air, bendungan, dan harmonisasi kehidupan,” ujarnya.
Ia menambahkan, persiapan pementasan telah dilakukan sejak Maret 2025, melibatkan sekitar 50 orang seniman penari dan penabuh.