bisnis

WOW HARGA Beras Tembus Rp103.000 Per 5 Kg? Warga Keluhkan Harga Beras Premium Melonjak 33 Persen

Saat ia mampir ke sebuah supermarket awal Agustus 2025 lalu, harga beras premium yang selama ini ia beli mendadak meroket dari harga normal. 

kompas.com
ILUSTRASI - Lonjakan harga beras premium di ritel modern, ditambah kabar soal kasus beras oplosan, membuat banyak konsumen mengubah kebiasaan belanjanya.  Kini, pasar tradisional justru kembali menjadi pilihan utama masyarakat karena harga lebih bersahabat dan kualitas beras dianggap tidak kalah.  

Baik Kris maupun Dea menekankan hal yang sama: pemerintah harus segera turun tangan. Bagi mereka, beras adalah kebutuhan pokok yang tak bisa digantikan.  Lonjakan harga beras premium saat ini menunjukkan tekanan nyata yang bukan hanya menyasar kelompok berpendapatan rendah, tapi juga mulai mencengkeram kelas menengah. 

Dengan kenaikan yang drastis, ruang gerak rumah tangga untuk mengatur pengeluaran makin menyempit, apalagi di tengah biaya hidup lain yang juga kian merangkak. Kini, lorong beras di supermarket bukan lagi sekadar tempat orang mengambil kebutuhan bulanan, melainkan juga cermin keresahan sosial-ekonomi, bagaimana mungkin kebutuhan pokok sehari-hari mendadak menjadi barang yang mencekik bahkan bagi kelompok masyarakat yang relatif mapan? 

Lonjakan harga beras premium di ritel modern, ditambah kabar soal kasus beras oplosan, membuat banyak konsumen mengubah kebiasaan belanjanya.  Kini, pasar tradisional justru kembali menjadi pilihan utama masyarakat karena harga lebih bersahabat dan kualitas beras dianggap tidak kalah. 

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengatakan harga beras premium di pasar tradisional hanya sekitar Rp 13.000 per kilogram (kg), jauh lebih rendah dibanding di ritel modern yang menembus Rp 17.000 hingga Rp 18.000 per kg. 

Amran menilai kondisi langkanya beras premium di ritel modern sebenarnya tidak sepenuhnya buruk. Justru, pedagang kecil dan penggilingan beras skala kecil ikut diuntungkan. Ia menerangkan, pasokan beras ke pasar tradisional sebagian besar memang berasal dari penggilingan kecil dan menengah. 

Sementara itu, ritel modern umumnya dipasok oleh pabrik besar. Data Kementerian Pertanian mencatat, Indonesia saat ini memiliki 1.065 pabrik besar dengan kapasitas giling 30 juta ton gabah per tahun, 7.300 pabrik menengah dengan kapasitas 21 juta ton, serta 161.000 penggilingan kecil yang sanggup menggiling hingga 116 juta ton gabah per tahun. Dengan kapasitas nasional gabah yang hanya sekitar 65 juta ton, Amran meyakini penggilingan kecil mampu menopang kebutuhan beras dalam negeri. 

Namun, ia mengingatkan adanya persaingan harga yang kerap membuat penggilingan kecil terdesak. Pabrik besar dinilai berani membeli gabah dengan harga lebih tinggi, di kisaran Rp 6.700 hingga Rp 7.000 per kilogram, sementara standar harga hanya Rp 6.500 per kilogram.

“Pemerintah menginginkan penggilingan kecil jangan sampai tertindas. Ini ekonomi kerakyatan, makanya pemerintah intervensi lewat subsidi pangan. Tahun ini Rp 150 triliun, dan tahun depan naik jadi Rp 160 triliun,” tutur Amran saat ditemui beberapa waktu lalu. (kontan)

Operasi Pasar Tak Berdampak 

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) heran harga beras di seluruh daerah tetap tinggi meskipun pemerintah telah melakukan operasi pasar beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Sekretaris Jenderal Kemendagri Tomsi Tohir menilai ada yang janggal dengan kenaikan harga beras di tahun ini. Apalagi operasi pasar sudah berjalan satu bulan namun kenaikan harga beras tetap sulit di redam. 

“Baru tahun ini, satu bulan sudah disalurkan tapi harganya tetap naik. Ini yang betul betul menjadi tantangan karena tahun sebelumnya 2 minggu saja kita salurkan SPHP itu harga langsung turun,” katanya dalam Rapat Pengendalian Inflasi, Selasa (19/8). 

Melihat kondisi ini, Tomsi meminta Bulog untuk mempercepat penyaluran beras SPHP ke daerah daerah. Ia juga meminta kepada daerah untuk aktif melakukan operasi pasar guna menekan harga beras. “Dari Bulog tidak bisa kerja sendiri bapak kepala daerah yang hadir untuk segera masifkan, bantu memasifkan beras SPHP agar harganya bisa turun,” ujar Tomsi. 

Sementara itu, Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Rini Andrida mengatakan, pihaknya saat ini terus melakukan percepatan penyaluran beras SPHP. Apalagi saat ini harga beras di pasar telah melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. 

Rini bilang hingga 19 Agustus 2025 realisasi penyaluran beras SPHP telah mencapai 38.811 ton atau baru 2,94?ri target pemerintah sebesar 1,3 juta ton hingga akhir tahun nanti. 

Halaman
123
Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved