Bank sampah itu menampung sampah-sampah, khususnya non-organik, yang disetorkan warga dan kemudian ada imbalan berupa duit kepada warga penyetor.
Namun, menurut Rai Mantra, kehadiran “mesin sampah berduit” ini diharapkan lebih mempercepat proses penampungan sekaligus makin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai sampah, khususnya yang non-organik.
Bank-bank sampah di Kota Denpasar dapat memanfaatkan mesin penampung sampah yang dikelola oleh PT Irditech Ecojos Plastindo dan ASIA PURA itu.
Di seluruh Provinsi Bali, jumlah timbunan sampah selama tahun 2014 mencapai 10.005,83 meter kubik per hari.
Komposisinya: sampah plastik sebanyak 13 persen dan sampah non-organik lainnya 20 persen, dan sisanya 67 persen adalah sampah organik.
Sampah plastik dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi momok yang menakutkan di Bali, karena jika dibakar menimbulkan dioksin yang mencemari udara.
Jika ditanam memerlukan waktu yang sangat lama untuk terdegradasi.
Sampah plastik diproduksi terbanyak oleh rumah tangga.
"Apabila dibakar juga dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan karena menghasilkan dioksin yang merupakan salah satu bahan paling berbahaya di dunia karena dapat menimbulkan penyakit kanker," ujar Asisten Ekonomi, pembangunan dan Kesra Sekdaprov Bali, Ketut Wija, Jumat (31/7/2015), di sela-sela acara bersih-bersih sampah plastik yang dipusatkan di Pura Besakih, Karangasem.
Dampak negatif lain yang disebabkan oleh sampah plastik adalah adanya pelepasan berbagai jenis logam berat dan bahan kimia lain.
Bahan-bahan kimia tersebut larut dalam air dan terikat di tanah, kemudian masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan minuman.
"Sampah plastik menjadi ancaman sangat serius bagi lingkungan dan memerlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk terdegradasi," imbuhnya.
Pemprov Bali sendiri telah mencanangkan bahwa Bali menjadi bebas sampah plastik pada 2018.
Peningkatan jumlah sampah di Bali, menurut Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, salah-satunya terkait dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,4 persen per tahun.
Selain itu juga tren komersialisme dan materialisme dalam gaya hidup masyarakat di Bali.