Desak Made Rita Raih 4 Medali di Kejurnas Panjat Tebing Junior dan Kelompok Umur Tahun 2018

Atlet Panjat Tebing Bali, Desak Made Rita Kusuma Dewi memperoleh empat medali di Kejurnas Panjat Tebing Junior dan Kelompok Umur tahun 2018

Penulis: Putu Dewi Adi Damayanthi | Editor: Irma Budiarti
Istimewa
Desak Made Rita Kusuma Dewi saat menerima penghargaan di kategori boulder, Minggu (30/9/2018). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Atlet Panjat Tebing Bali, Desak Made Rita Kusuma Dewi memperoleh empat medali di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Panjat Tebing Junior dan Kelompok Umur tahun 2018, di Riau tanggal 22-29 September 2018.

Rita merupakan atlet panjat tebing Bali yang menyumbangkan 2 medali emas di nomor Speed World Record Youth A Putri, Boulder Youth A Putri, 1 medali perak di nomor Lead Youth A Putri, dan 1 medali perunggu di kategori combien putri.

Ia mengatakan, perolehan medali tersebut melebihi target sebelumnya yang hanya ingin memperoleh medali emas di kategori Speed World Record Youth A Putri.

Rita pun mengaku bangga dengan hasil yang ia peroleh.

“Perasaan saya sangat bangga terhadap medali yang saya dapatkan. Ini melebihi target, sebelumnya saya menargetkan satu medali emas di kategori speed word record,” ucapnya saat dihubungi Tribun Bali, Minggu (30/9/2018).

Gadis yang memiliki kulit sawo matang ini bercerita, saat perlombaan berlangsung ia merasa tertantang saat memanjat di katagori boulder, karena baginya memanjat di kategori tersebut membutuhkan kecerdasan dalam membaca jalur.

Ia juga mengaku sempat kesulitan saat memanjat di papan boulder.

“Di kategori boulder (merasa tertantang, red), karena saya jarang sekali memanjat boulder dan di boulder butuh kecerdasan yang tinggi untuk membaca jalur. Saya sempat kesusahan membaca jalur dikarenakan saya jarang berlatih memanjat boulder, dan sedikit mempunyai pengalaman memanjat papan boulder,” ucapnya.

Perasaan gugup sempat menyelimuti Rita saat perlombaan berlangsung, jantungnya berdetak kencang saat namanya dipanggil untuk giliran memanjat.

“Gugup banget, setiap nama saya dipanggil untuk giliran memanjat jantung saya berdetak kencang sekali, tapi dengan mendengar teriakan teman-teman yang menyemangati saya, saya tambah semangat manjatnya. Saya gugup karena lawan dan fall start, karena kalau sudah fall start langsung diskualifikasi,” katanya.

Walau merasa gugup namun semangatnya tetap berkobar saat Kejurnas tersebut.

Ia berkata sumber semangatnya berasal dari keluarga dan teman-teman yang selalu mendukungnya.

“Yang bikin semangat yaitu orang tua saya yang selalu mendukung saya dan teman-teman juga. Yang saya pikirkan saat memanjat yaitu saya harus menampilkan yang terbaik untuk Bali bukan menjadi sang juara,” tuturnya.

Tidak hanya membawa pulang medali, gadis yang tinggal di Buleleng ini mengatakan bahwa ia juga mendapatkan pelajaran berharga saat mengikuti Kejurnas tersebut, seperti kebersamaan tim dan kedisiplinan.

Ia juga menemukan beberapa kekurangan yang ingin ia perbaiki agar lebih baik lagi di kejuaraan berikutnya.

“Kekurangan saya dalam memanjat banyak sekali, jadi sepulang Kejurnas ini saya berlatih lebih giat lagi untuk persiapan Kejurnas tahun depan. Contohnya, berat badan saya yang kurang ideal jadi saya masih berusaha menurunkan berat badan (menjadi 50 kg) supaya saat manjat lebih ringan lagi, dan mempelajari teknik-teknik pemanjatan,” kata Siswi SMK Negeri 3 Singaraja.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved