WIKI BALI

Tidak Banyak yang Tahu, Inilah 5 Catatan Sejarah Kelam Gempa Bumi di Bali

Penulis: Busrah Ardans
Editor: Ady Sucipto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

peta sejarah gempa di Bali

TRIBUN-BALI.COM, - Akhir-akhir ini bencana alam di Indonesia begitu maraknya. Mulai dari gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, angin kencang, merambat hampir seluruh wilayah Indonesia.

Namun yang paling menyita perhatian masyarakat baru-baru ini ialah bencana alam gempa bumi.

Yang mana terjadi di Lombok, kemudian Sulawesi yang mengakibatkan korban jiwa tidak sedikit. Ini pun menjadi atensi seluruh masyarakat Indonesia.

Bukannya harus takut menghadapi bencana, melainkan kita dituntut mengetahui mitigasinya karena bencana seperti ini datangnya tak terduga.

Tak terkecuali di Bali. Sejarah akan bencana gempa bumi pun menjadi renungan bersama, sebagaimana tercatat beberapa gempa yang melanda Bali.

Berikut tribun-bali.com mengutip dari situs tribun-bali.com, BMKG wilayah Denpasar dan Wikipedia mengenai sejarah kelam gempa bumi di Bali.

1. 'Gejer' Bali,

'Gejer' bali merupakan gempabumi besar yang pernah melanda Bali.

Tepatnya 22 November 1816, terjadi gempa bumi Bali yang berpusat di Buleleng, Selatan, Kerajaan Buleleng.

Gempa bumi itu menelan 10.252 korban jiwa.

Dalam wawancara tribun-bali.com denganI Made Kris Adi Astra dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bali dalam diskusi 200 Tahun ‘Gejer Bali’, akhir 2015 lalu di Puri Kanginan Singaraja, dia mengatakan, gempa Bali itu masih berkaitan dengan letusan Gunung Tambora tujuh bulan sebelumnya.

“Efek letusan Tambora menyebabkan perubahan iklim yang sangat drastis, tidak ada panas, hujan terus menerus, saat gempa bumi terjadi, tanah menjadi rapuh dan diikuti air bah, ini juga diceritakan dalam Babad Buleleng dan Babad Panji Sakti,” ungkapnya kala itu.

Dikatakan, pegunungan-pegunungan ketika itu rapuh dan menjadi longsor.

Menurutnya pegunungan di Bali menjadi satu kesatuan sampai pegunungan di Alor.

“Di Bali ini dikelilingi pegunungan purba yang menjadi satu kesatuan dan sudah rapuh. Ada pegunungan purba di Pulaki, ada Batukaru, Buyan, Beratan, Tamblingan, Batur, Rinjani, Tambora, jadi satu jalur ini mereka,” katanya.

Halaman
1234

Berita Terkini