Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Vinicchaye thatva sayam pamaya, uddham sa lokasmim vivadameti; Hitvana sabbani vinicchayani, na medhagam kubbati jantu loketi (Culabyuhasuttam, 900).
Artinya:
Dengan hanya berpijak pada pandangan dirinya sebagai ukuran, seseorang terus terperosok jatuh ke dalam pertengkaran di dunia. Namun, ia yang meninggalkan pandangan itu, tidak lagi menciptakan pertengkaran di dunia.
Itulah pesan dalam perayaan Trisuci Waisak 2563/2019.
Pada Minggu (19/5/2019) pukul 16.30 Wita bertempat di Vihara Buddha Sakyamuni, Jalan Gunung Agung Denpasar digelar acara Abhayadana atau pelepasan burung.
Acara ini merupakan rangkaian dari Hari Raya Trisuci Waisak.
Baca: Hari Raya Waisak Tahun 2019, Ini Makna Api Alam yang Disemayamkan di Candi Mendut
Baca: Miliki Aristektur Unik, Mesjid di Denpasar Ini Tunjukkan Indahnya Keragaman
Sebelum dilaksanakan Abhayadana, terlebih dahulu dilaksanakan doa bersama yang berisi ajakan untuk selalu menjaga kedamaian.
Dalam doa tersebut ada ungkapan, “semoga semua makhluk berbahagia.”
Lebih dari 1.000 ekor burung pipit dan burung merpati dilepas dalam acara ini.
Burung yang awalnya diletakkan dalam sangkar kemudian dibiarkan terbang bebas.
Ketua Panitia Perayaan Tri Suci Waisak, Yuvan P. Gunawan mengatakan pelepasan burung ini memiliki makna kebahagiaan dan kebebasan.
Di mana yang awalnya burung diletakkan dalam sangkar dan tersiksa, kemudian dilepasliarkan.
Baca: TRIBUN WIKI – Mengenal 28 Nama Neraka dalam Ajaran Agama Hindu
Baca: Pelayanan Publik Saat Cuti Idul Fitri di Denpasar Buka hingga Pukul 12.00 Wita
“Ini adalah simbolis dengan melepaskan burung. Arti sesungguhnya tak hanya burung, namun semua makhluk memiliki hak untuk mendapat kebebasan dan kebahagiaan,” katanya.
Rangkaian Hari Raya Waisak ini telah dimulai sejak tanggal 19 April 2019.
Berbagai rangkaian digelar mulai dari pelaksanaan Pindapatta atau mempersembahkan makanan kepada bhikku, seminar keagamaan, dan pendalaman damma.
Hari Tri Suci Waisak ini merupakan peringatan tiga peristiwa suci yang tetjadi dalam kehidupan Buddha Gotama, yaitu kelahiran, pencerahan sempurna dan kemangkatan.
Tiga peristiwa itu terjadi pada hari yang sama, hari pumama raya, pada bulan Waisak, dengan tahun yang berbeda.
Baca: Dikenal Dermawan & Hendak Antar Zakat, Bos Kosmetik asal Malaysia Ini Tewas Kecelakaan di Thailand
Baca: Kenakan Baju Putih, Ratusan Umat Penuhi Vihara Asoka Arama untuk Rayakan Waisak
Kelahiran Siddhartha, calon Buddha, pada tahun 623 SM, di Taman Lumbini, Kapilavasthu, Nepal.
Pencerahan Sempuma Buddha tahun 588 SM, di bawah Pohon Bodhi, Bodhgaya, India.
Serta kemangkatan Buddha Gotama tahun 543 SM, pada usia 80 tahun, di Kusinara, India.
Sementara itu, Ketua Dayaka Sabha Vihara Buddha Sakyamuni, Oscar NW mengatakan tema perayaan Waisak pada tahun ini yakni “Mencintai Kehidupan Berbudaya dan Menjaga Persatuan.”
Menurutnya ini sangat relevan mengingat masih dalam suasana pilpres.
“Kita memiliki budaya yang beragam, dan sudah barang tentu kita harus melepaskan ego dalam diri sehingga tercipta toleransi. Kita menerima perbedaan sehingga hidup menjadi harmonis,” kata Oscar.
Ia juga menyampaikan pesan untuk selalu menjaga persatuan jelang pengumuman hasil Pemilu tanggal 22 Mei 2019 mendatang.
“Mari kita jaga persatuan, saling menghargai. Masalah pemilu kalah atau menang merupakan realita yang menang merangkul yang kalah, dan yang kalah harus menerima dengan lapang,” harapnya. (*)