TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menegaskan bahwa gerhana matahari total yang terjadi hari ini, Selasa (2/7/2019) tidak bisa teramati dari Indonesia.
Hal itu dijelaskan oleh Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Bambang Setiyo Prayitno melalui siaran persnya, Senin (1/7/2019) malam.
Dirinya mengatakan untuk gerhana matahari total kali ini, jalur totalitas akan melintasi sebagian Samudera Pasifik bagian Selatan, Chili bagian tengah, dan Argentina bagian tengah.
"Gerhana Matahari Sebagian akan dapat terlihat di sebagian besar Samudera Pasifik bagian Selatan dan Amerika Selatan bagian Barat," jelasnya.
Baca: Masuki Musim Kemarau Suhu di Bali Terasa Lebih Dingin dari Biasanya, Begini Kata BMKG Denpasar
Gerhana matahari sebagian dimulai pada pukul 16.55.13 UTC, yang pada saat itu di Indonesia, waktu sudah menunjukkan pukul 23.55.13 WIB.
Gerhana matahari total dimulai pada 3 Juli 2019 pukul 01.01.08 WIB dan puncaknya terjadi pada 3 Juli 2019 pukul 02.22.57 WIB.
Kemudian gerhana matahari total berakhir pada 3 Juli 2019 pukul 03. 44.46 WIB dan gerhana matahari sebagian berakhir pada 3 Juli 2019 pukul 04.50.34 WIB.
"Karena hal tersebut, artinya pengamat di wilayah Indonesia, tidak akan dapat mendapati peristiwa gerhana matahari total 2 Juli 2019," tuturnya.
Baca: Gerhana Matahari Hari Ini, Pahala Dana Punia Saat Gerhana 10 Kali Lipat Dibanding Rerahinan Ini
Gerhana matahari total ini, kata dia, terjadi ketika bulan dapat menutupi matahari secara keseluruhan.
Hal ini dapat menyebabkan terlihatnya korona matahari atau lapisan terluar pada struktur matahari.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar Imam Faturahman mengatakan gerhana matahari total itu memang tidak terjadi di langit Indonesia.
Imam menuturkan gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari.
“Jadi bulan itu di tengah kemudian ada matahari yang menyinari di belakangnya bulan. Ketika cahaya matahari tertutupi oleh bulan sehingga matahari tidak bisa dilihat kembali,” kata Imam saat dihubungi Tribun Bali, Senin (1/7/2019) sore.
Dijelaskan, gerhana total terjadi bila pada puncak gerhananya seluruh piringan matahari cahayanya tertutupi oleh bulan hingga penuh sehingga bumi menjadi gelap.
Tertutupnya matahari oleh bulan secara penuh ini karena ada perbedaan jarak antara matahari dengan bulan, padahal besaran matahari jauh lebih besar dari bulan.
Jarak bulan lebih dekat dengan bumi yang hanya sekitar 380 ribuan km, jika dibandingkan dengan matahari yang sekiranya 149 juta km.
Baca: Diputus Pacar Sesama Jenisnya Pria Jombang Ini Curi Obat HIV Rp 75 Juta, Terungkap Fakta Begini
Selain gerhana matahari total, juga terdapat gerhana matahari sebagian yang artinya tidak semua bagian matahari tertutupi oleh bulan.
Hal ini menyebabkan tidak semua sinar matahari terbedung oleh bulan.
Gerhana matahari sebagian ini bisa juga diamati saat terjadi gerhana matahari total saat proses bulan mulai menutupi matahari sebelum mencapai penuh.
Hal yang sama juga terjadi ketika bulan mulai meninggalkan matahari.
“Tidak akan lama itu terjadi, sekitar dua menitan karena gerakan bumi kan mengelilingi matahari dan berotasi. Itu yang membuat posisi si bumi juga berubah terhdap matahari,” tuturnya.
Kemudian ada juga disebut dengan gerhana cincin dimana posisi bulannya menutupi matahari tetapi piringan bulan lebih kecil dibandingkan matahari.
“Sehingga ada sinar matahari yang berupa cincin atau lingkaran yang keluar dari pinggir bulannya. Jadi seolah-olah cahanya itu dari pinggir-pinggir bulan itu keluarnya. Itu gerhana cincin,” kata Imam. (*)