Satreskrim Masih Tunggu Hasil Labfor, Pastikan Penyebab Keracunan Massal di Mendoyo Jembrana
Kasus keracunan massal yang menimpa warga Mendoyo Dauh Tukad, masih diselidiki Dinas Kesehatan Pemkab Jembrana dan Tim Labfor Mabes Polri Denpasar
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Irma Budiarti
Satreskrim Masih Tunggu Hasil Labfor, Pastikan Penyebab Keracunan Massal di Mendoyo Jembrana
TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Berita Jembrana hari ini, Kasus keracunan massal yang menimpa warga Mendoyo Dauh Tukad, beberapa waktu lalu masih diselidiki Dinas Kesehatan Pemkab Jembrana dan Tim Labfor Mabes Polri Cabang Denpasar.
Pihak Dinkes Jembrana mengaku belum bisa memastikan penyebab keracunan dari barang-barang atau sampel yang diambil.
Kepala Dinas Dinkes Jembrana, dr Putu Suasta menyatakan, pihaknya sudah mengambil air minum matang, air mentah, usap rekal dan bahan makanan sebagai sampel untuk dilakukan pemeriksaan.
Hanya saja, untuk hasil itu belum bisa dipastikannya beberapa waktu ke depan. Meskipun, ada penyebab yang membuat keracunan massal itu.
"Pasti ada (penyebabnya). Tapi belum tentu semua bisa diungkap. Karena melihat waktunya, dan bahan makanan yang sudah habis atau minimnya jumlah sampel," ucapnya, Selasa (23/7/2019).
Suasta menuturkan, selain bahan sampel yang kurang, faktor waktu keracunannya yang telat dilaporkan, kemudian bahan makanan (nasi bungkus) itu sendiri sudah habis.
• Pemain Bali United Ini Tak Peduli dengan Kekuatan Persib Bandung, Brwa Nouri: Fighting Every Match
• Umanis Galungan, Usaha Penyewaan Kano di Pantai Sanur Sepi Pelanggan
"Yang dulu saja yang masih sisa bahan makanan itu saja belum diungkap. Intinya orang keracunan kan banyak faktor. Bisa faktor makanan dan daya tahan tubuh memengaruhi," imbuhnya.
Suasta menyebut, selain kasus keracunan massal di Porcam Kecamatan Mendoyo, kasus keracunan di Jembrana juga pernah terjadi di SMKN 3 Negara, kantin sekolah SD karena meminun sari kedelai, kasus keracunan di Melaya dan SMPN 1 Negara yang kejadian 15 tahun lalu.
Karena itu, Suasta menyebutkan, memang selalu mewanti-wanti masyarakat supaya lebih higienis dalam penyajian makanan yang dijual.
Sebab dari mulai membungkus sampai menyajikan, itu sangat rentan dengan perkembangan racun.
"Makanan itu bisa higienis. Tapi karena lama ada bakteri yang menimbulkan racun itu bisa berkembang. Contohnya ketika orang (penjual) bersin ketika membungkus. Di dalam bersin itu ada bakteri yang bisa menimbulkan racun," tegasnya.
Memang perkembangan bakteri itu tidak bisa sekejap saja, atau ketika seseorang itu makan dalam waktu satu atau dua jam.
• HP Indonesia Hadirkan Printer Baru, Dukung Geliat UKM di Indonesia
• Volume Sampah di Karangasem Meningkat Saat Galungan, Diprediksi hingga 900 Meter Kubik per Hari
Hanya saja, bakteri streptococus ketika sudah lebih dari enam jam akan memproduksi toksin. Nah, toksin inilah yang menimbulkan racun. Akhirnya seseorang bisa mual, muntah dan sedikit pusing.
"Makanya kami selalu anjurkan supaya dalam acara atau hajatan besar tidak membeli di satu tempat. Karena ketika membungkus hingga menyajikan itulah yang berbahaya. Meskipun makanan itu layak konsumsi," bebernya.