Terlebih bagi generasi muda, Sumpah Pemuda harusnya dimaknai sebagai peristiwa sejarah dan dijadikan sebuah memori yang abadi.
"Apalagi pemuda dari jaman dahulu dan sampai saat nanti akan selalu mempunyai energi yang paling besar dalam melakukan perubahan terhadap bangsa Indonesia," ucapnya.
Selain itu, ia melihat kualitas pemuda Indonesia yang jauh berbeda dengan para pendahulu atau founding fathers.
Saat ini pemuda Indonesia justru kurang memiliki budaya literasi yang tinggi.
Bahkan, ia cenderung melihat bahwa saat ini banyak generasi muda yang ketergantungan gadget (HP) yang mewabah di masyarakat.
Menurutnya hal ini cukup berbahaya. Apalagi, saat ini generasi muda atau milenial sedang menghadapi revolusi industri 4.0.
"Jika kita ke Pantai Kuta, ada bule ada orang lokal, bulenya baca buku, orang lokal main gadget," bebernya.
Sementara, Akademisi Undiknas Dr.Nyoman Subanda juga melihat fenomena globalisasi yang menerpa anak muda sebagai bagian positif dalam membangun peradaban Indonesia menuju kejayaan di 2045.
"Fenomena globalisasi sekarang yang berupa Interaksi kultural lebih banyak melalui media massa, berkurangnya peran negara, munculnya wabah kebersamaan yang dibangun generasi muda," jelas dia. (*)