Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Menjelang malam perayaan tahun baru, banyak masyarakat yang mencoba peruntungan guna mengais rejeki lebih.
Beberapa di antara mereka memanfaatkan momentum tahun baru dengan berjualan.
Ada yang berjualan trompet, ikan, sate hingga kembang api.
Namun di antara barang jualan tersebut, keberadaan para penjual terompet nampak semakin sedikit, khususnya di Kota Denpasar.
Pantauan Tribun Bali diseputaran Denpasar, beberapa tahun lalu biasanya banyak masyarakat yang berjualan terompet di sepanjang jalan PB Sudirman.
Namun saat ini, jalan tersebut justru lengang dari para penjual terompet.
Tribun Bali mencoba menelusuri beberapa ruas jalan lain di Kota Denpasar.
Akhirnya Tribun Bali bertemu dengan salah satu penjual terompet di Jalan Bypass Ngurah Rai Denpasar, tepatnya di dekat persimpangan menuju Pantai Sanur.
• Doa Awal dan Akhir Tahun Baru Disertai Artinya Versi Islam: Mohon Kelancaran di Tahun 2020
• Kontrak Berakhir Hari ini, Melvin Tegaskan Merapat ke Bali United, Lalu Siapa Pemain yang Terpental?
Penjual terompet bernama Andi Santoso mengatakan, memang dari tahun ke tahun penjualan terompet semakin menipis.
Hal itu seiring dengan semakin menipisnya masyarakat yang menggunakan terompet untuk merayakan tahun baru.
Andi mengaku bahwa dirinya hanya berjualan terompet ini hanya menjelang perayaan tahun baru.
Setiap tahun menjelang malam tahun baru ia berjualan di lokasi tersebut bersama dengan masyarakat lain yang berjualan ikan.
"Tapi dari tahun ke tahun semakin susut pembelinya," kata dia, Selasa (31/12/2019).
• Kapal China Maling Ikan & Langgar ZEE di Natuna, Kemenlu Protes Keras
Berbeda dengan masyarakat yang berjualan ikan, Andi mengatakan bahwa dirinya melihat jualan ikan nampak selalu ramai.
Andi mengatakan, pada tahun sebelum-sebelumnya lebih ramai jika dibandingkan sekarang.
"Tahun lalu saya bisa untung Rp 2 Juta dalam waktu dua hari satu malam," jelasnya.
Menurut pengamatannya, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, para penjual terompet semakin berkurang.
Selain disebabkan karena pembeli yang menipis, juga seringnya para penjual yang dirazia oleh Satuan Polisi Pamong Praja.
"Kemarin siang teman saya kena Satpol PP di Jalan Malboro dan barangnya disita," tuturnya.
Andi mengatakan, guna berjualannya saat ini ia membutuhkan modal sekitar Rp 2 juta dan mendapatkan terompet sekitar 300 buah.
• Jelang Tahun Baru, Copet di Kuta Ditangkap, Sekali Tepuk Iphone WN Bahrain Lenyap
• Resolusi 2020, Cegah Kanker dan Tetap Hidup Sehat dengan 6 Cara Ini
300 buah terompet itu ia bagi dua untuk dijual bersama istrinya Zaimatus Soleha.
Dirinya membawa terompet jenis naga dengan harga Rp 20 ribu, terompet biasa dan kecil Rp 10 ribu serta terompet biasa yang besar Rp 15.000.
Selain terompet, ia juga menjual bando dengan yang bisa kelap-kelip dengan harga Rp 35 ribu.
Andi mengaku mendapat barang dagangannya itu dari salah satu pembuatnya di wilayah Denpasar.
Andi mengatakan, jika tak ada momentum tahun baru dirinya sehari-hari berjualan nasi goreng.
Lokasi berjualannya berada di Jalan Cokroaminoto, tepatnya di sebelah selatan Tiara Grosir. (*)