3 Pura di Denpasar Ramai Didatangi Pemedak Saat Malam Siwaratri

Penulis: Putu Supartika
Editor: Irma Budiarti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Umat Hindu melaksanakan persembahyangan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Rabu (26/12/2018). 3 Pura di Denpasar Ramai Didatangi Pemedak Saat Malam Siwaratri

3 Pura di Denpasar Ramai Didatangi Pemedak Saat Malam Siwaratri

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari ini, Kamis (23/1/2020), umat Hindu merayakan hari raya Siwaratri.

Hari ini merupakan payogan Sang Hyang Siwa dan dipercaya saat malam Siwaratri sebagai malam yang paling gelap.

Dalam melaksanakan Siwaratri ini, umat akan melaksanakan brata mulai dari puasa, jagra, maupun ada yang melaksanakan mona brata.

Pelaksanaan Siwaratri ini juga berkaitan dengan kisah seorang pemburu bernama Lubdaka dalam kakawin Siwaratri Kalpa karya Mpu Tan Akung.

Menurut Wakil Ketua PHDI Bali, Pinandita Ketut Pasek Swastika Hari Raya Siwaratri yang dilaksanakan saat Sasih Kepitu, pada hakikatnya adalah Namasmaranam pada Nama Siwa.

Artinya selalu mengingat dan memuja Siwa dalam upaya melenyapkan segala kegelapan batin. 

"Keutamaan Siwaratri diuraikan dalam kitab-kitab Purana yaitu Siwa Purana, Skanda Purana, Garuda Purana dan Padma Purana," paparnya.

Brata Siwaratri yang hendaknya dilaksanakan menurut berbagai Purana tersebut, yaitu Upawasa yang biasanya dilaksanakan mulai matahari terbit. 

Menurut Agni Purana artinya "kembali suci", yang dimaksud adalah dilatihnya indria melepaskan kenikmatan makanan atau dengan kata lain yaitu berpantang terhadap makanan, melatih untuk tidak terikat dengan kelezatan makanan sebagai bentuk melatih pengendalian indria-indria duniawi. 

Kedua, yaitu Mona Brata yang artinya berdiam diri tidak bicara. 

"Mona bertujuan melatih diri dalam hal bicara agar terbiasa bicara dengan penuh pengendalian sehingga tidak keluar ucapan-ucapan yang tidak patut diucapkan. Mona adalah melatih pembicaraan pada diri sendiri dengan merenungkan kesucian. Mona Brata biasa dilaksanakan secara total mulai pagi hari hingga sore hari," jelasnya.

Brata ketiga, yakni Jagra atau sadar, dimana selalu menjaga kesadaran buddhi. 

"Menjaga kesadaran agar selalu mengarah pada Sang Pencipta. Dalam upaya menjaga kesadaran inilah mereka yang totalitas melaksanakan Brata Mahasiwaratri biasanya pada malam harinya melakukan Japa Seribu Nama Siwa atau men-Japa-kan nama-nama Siwa yang jumlahnya seribu," katanya. 

Jagra ini dilaksanakan selama 36 jam.

Untuk merayakan Siwaratri ini, biasanya saat malam Siwaratri umat atau pemedek akan sembahyang ke pura.

Adapula yang memilih untuk melakukan pakemitan di pura tersebut.

Untuk di Denpasar ada tiga pura yang biasanya selalu ramai didatangi pemedek saat malam Siwaratri.

Berikut tiga pura tersebut.

1. Pura Agung Jagatnatha Denpasar

Pura Agung Jagatnatha tentu sudah tak asing lagi bagi umat Hindu yang khusunya berada di Kota Denpasar.

Setiap hari raya Hindu, pura ini selalu ramai dikunjungi seperti Galungan, Kuningan, Saraswati, bahkan saat Puranama maupun Tilem.

Tak terkecuali juga saat malam Siwaratri, pura ini memang selalu dipadati oleh pemedek untuk melakukan persembahyangan.

Masyarakat melakukan persembahyangan di Pura Agung Jagatnhata, Denpasar, Bali, Rabu (30/5/2018). (Tribun Bali/Ahmad Firizqi Irwan)

Pura ini berada di sebelah timur Lapangan Puputan Badung atau di Jalan Surapati, Denpasar.

Biasanya mereka yang melakukan persembahyangan ke pura ini didominasi oleh muda mudi.

Dengan membawa sarana canang, banten maupun sarana persembahyangan lainnya.

Namun bagi pemedek yang bersembahyang ke pura ini diingatkan untuk tidak membawa kresek atau plastik sebagai wadah canang maupun banten.

Hal ini sesuai dengan Perwali dan Perda tentang pengurangan penggunaan kantong plastik sekali pakai.

Nantinya juga akan ada pecalang yang melakukan screening plastik di depan pintu masuk pura.

2. Pura Campuhan Windu Segara

Pura ini berada di Jalan Pantai Padanggalak, Kesiman, Denpasar.

Tak hanya Pura Jagatnatha Denpasar, pura ini juga menjadi tempat para pemedek untuk bersembahyang saat malam Siwaratri.

Selain itu, Pura Campuhan Windhu Segara ini merupakan tempat melukat yang sangat dikenal oleh masyarakat khususnya yang ada di Kota Denpasar.

Sehingga esoknya, umat juga akan ramai melakukan pelukatan di pura ini.

Untuk menjangkau pura ini pun sangat mudah dan terletak di Padang Galak, Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Denpasar, Bali.

Umat Hindu melaksanakan pengelukatan agung di Pura Campuhan Windu Segara yang berada di pesisir Pantai Padang Galak, Kesiman, Denpasar, Bali, Minggu (29/11/2015). Ada sejumlah tempat pengelukatan di pura tersebut. Beberapa di antaranya yakni dengan bungkak (kelapa kading), dan dengan menyiram patung lingga yoni, dan kemudian mebasuh diri usai menyirami patung tersebut. (Tribun Bali/ I Wayan Erwin Widyaswara)

Pemedek yang akan melukat ke pura ini cukup mengikuti jalan menuju ke arah Taman Festival Padang Galak, kemudian belok ke arah utara di sisi timur taman festival, maka akan sampai pada sebuah pura dan itulah Pura Campuhan Windhu Segara.

Masyarakat biasanya juga banyak melukat di pura ini saat Kajeng Kliwon, Purnama, Tilem dan Banyupinaruh, Ngembak Geni, juga pada umanis Galungan maupun Kuningan.

Pura ini mulai dibangun tanggal 7 Juli 2005, dan lokasinya merupakan pertemuan antara air laut di Padang Galak dan air tawar yang mengalir dari aliran sungai Ayung.

Untuk melukat di pura ini, sarana yang dibawa yaitu banten pejati yang dihaturkan di tempat penglukatan Ida Bhatara Wisnu serta klungah kelapa gading.

Selain itu dengan membawa sarana berupa canang sari masyarakat juga sudah bisa melukat di pura ini.

3. Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap

Setiap hari raya Hindu, Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap juga ramai didatangi pemedek untuk melaksanakan persembahyangan.

Termasuk saat malam Siwaratri, pura ini juga akan dipadati oleh pemedek untuk bersembahyang.

Pura ini berlokasi di Desa Pemogan, Denpasar, dan jika ingin ke sana, harus melewati Jalan Baypass Ngurah Rai, lalu menuju ke arah selatan dengan menyusuri pinggirian sisi timur Tukad Badung dengan jarak kurang lebih 600 meter.

Namun ingat, usai melakukan persembahyangan, sampah sisa sembahyang dibuang ke tempat sampah ya.

Selain di tiga pura ini, umat juga biasanya melaksanakan persembahyangan di merajan maupun pura kawitan serta kahyangan tiga di desa masing-masing.

Selamat merayakan Siwaratri, semoga pikiran yang baik datang dari segela penjuru.

(*)

Berita Terkini