37 Peternakan Babi di Jembrana Intensif Semprot Biosecurity, Antisipasi Virus ASF

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana
Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto ilustrasi kandang babi

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Bidang Kesehatan Hewan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana intensif menyemprotakn biosecurity.

Hal itu menyusul dengan adanya ternak babi mati di sejumlah daerah di Bali.

Apalagi, di Jembrana sempat ada beberapa kucit (anak babi) mati akibat cuaca ekstrem di Desa Manistutu Kecamatan Melaya.

Saat ini, Jembrana miliki 37 Peternakan dengan populasi 10 hingga 1.500 ekor babi di lima kecamatan yang menjadi nauangannya.

Terkuak, Sosok Penipu Putri Arab Saudi di Bali Senilai Rp 515 Miliar, Ternyata Eks Karyawannya Ini

Selain Air Putih, 5 Minuman Ini Punya Manfaat yang Baik untuk Kesehatan

Jalan Didepan Dermaga Kedisan Bangli Rusak, Gamayana Harapkan Jalan Paving Diganti Aspal

Dokter hewan dan paramedis hewan di masing-masing kecamatan pun berkeliling ke peternak babi.

Biosecurity berfungsi untuk membersihkan kandang, serta antisipasi terjadinya virus ASF.

Kabid Keswan Kesmavet pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Jembrana, drh I Wayan Widarsa mengatakan, antisipasi virus ASF pada babi sudah dilakukan sejak Desember 2019 lalu. 

Meskipun, hingga kemarin (30/1/2020) belum ada kejadian ternak mati karena virus tersebut.

Tetapi dengan kejadian babi mati di Badung dan Tabanan, maka harus ada intensifitas untuk kewaspadaan.

Meskipun, babi yang mati di Badung dan Tabanan belum tentu positif ASF.

"Yang perlu ditekankan itu bahwa babi mati di beberapa daerah masih diperiksa di laboratorium yang kompeten. Kami pun melakukan upaya antisipasi di wilayah Jembrana," ucapnya, Kamis (30/1/2020).

Untuk kematian babi yang merebak seperti di Badung dan Tabanan, hingga saat ini Jembrana belum mengalami.

Hanya beberapa kucit yang mati dan terjadi tahun 2019 lalu.

Kematian itu pun diidentifikasi karena kandang kurang bersih dan cuaca ekstrem.

Setelah dilakukan pembinaan pada warga, hingga saat ini tidak terjadi lagi.

Ia berkata yang terpenting ialah peternak babi menjaga kebersihan kandang, penyemprotan disinfektan hingga menjaga agar kandang dan sekitarnya tetap kering menghindari binatang lain untuk berkembangbiak.

Sedangkan untuk data awal jumlah populasi babi di Kabupaten Jembrana hingga 30 Januari 2020 kemarin, lebih dari 2000 ekor yang terdata.

"Sejak Desember lalu sudah kita sosialisasikan, para peternak melakukan biosecurity," jelasnya.

Selain peternak, sosialisasi juga dilakukan ke pengusaha yang berkaitan dengan mata rantai ternak Babi tersebut seperti penjual bibit babi keliling, jagal (tukang potong) babi dan masyarakat penerima bantuan bibit babi serta tokoh masyarakat.

Sosialisasi yang dilakukan lebih mengarah upaya antisipasi agar tidak terjangkit penyakit dan bagaimana menjamin kesehatan hewan setelah dipotong.

"Kalau peternak babi kita punya 37. Peternakan skala besar itu, 1 peternak memiliki 200 ekor babi. Dan kita sudah sosialisasikan hal itu ke peternak kecil dan besar," ucapnya. (*).

Berita Terkini