Positif Wabah Flu Babi di Bali, Ini Langkah dan yang Harus Dilakukan Peternak
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pemerintah Bali menyatakan positif babi yang mati terwabah African Swine Fever (ASF).
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan, penyakit ASF atau flu babi Afrika ini tidak zoonosis atau tidak menular kepada manusia.
“Dia hanya menular kepada babi. Ke peternak lain tidak apalagi manusia,” kata Wisnuardhana saat ditemui di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Rabu (5/2/2020).
Sebagai upaya menghentikan penyebaran virus ASF ini, Wisnuardhana mengaku bahwa pihaknya melakukan isolasi kepada babi yang positif supaya tidak menular kepada babi yang sehat.
Sementara babi yang mati haruslah dikuburkan dan yang sehat harus senantiasa dijaga kebersihan kandangnya.
Ia meminta kepada para peternak untuk jangan sesekali untuk membuang babi yang mati ke sungai.
Pihaknya juga mengaku telah memberikan bantuan disinfektan sebanyak 5 ribu liter kepada para peternak babi di Bali untuk mensterilisasi kandang babinya.
Disinfektan itu disebarkan sudah dari seminggu yang lalu dan saat ini sudah dipakai oleh para peternak.
Sejauh ini, angka kematian babi di Bali sudah mencapai 888 ekor.
Sedangkan jumlah populasi babi di Bali saat ini mencapai di angka 890 ribu ekor.
“Pertanyaan mengapa virus ini bisa berkembang di Bali, karena populasi babi di Bali banyak,” jelasnya.
Ia juga mengimbau peternak tidak menggunakan makanan sisa hotel, restoran dan katering (Horeka) untuk pakan babi.
Jika tidak ada pilihan lain, dirinya meminta agar pakan sisa tersebut direbus atau dimasak dahulu sebelum diberikan kepada ternak babi.
Menurutnya, virus babi ini tidak akan berkembang jika sudah berada dalam suhu panas.
Selain dipanaskan, perkembangan virus juga bisa dihambat dengan pemberian disinfektan atau alkohol.
Sejauh ini, angka kematian babi di Bali sudah mencapai 888 ekor.
Sedangkan jumlah populasi babi di Bali saat ini mencapai di angka 890 ribu ekor.
Dari 888 kematian babi tersebut paling banyak berada di Badung dengan 598 kematian dan kemudian disusul oleh Tabanan 219, Denpasar 45, Gianyar 24 serta Karangasem dan Bangli masing-masing 1 kematian.
“Tapi yang pertama di Sanggaran malah, di Denpasar. Setelah itu baru Badung,” kata dia.
Wisnuardhana juga mengatakan, dengan terjangkitnya ASF di Bali maka pengiriman babi ke luar sudah dihentikan. Mengenai hal ini juga sudah ada pelarangan dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar. (*)
VIDEO BERITA : Kematian Babi di Bali Positif Terkena ASF, Diduga Tertular dari Makanan Sisa Hotel