"Dikirimnya sampel babi tersebut di Medan karena di daerah tersebut sudah lebih dahulu mengalami positif ASF sehingga mempunyai pengalaman untuk mengidentifikasi virus itu,” tuturnya.
“Jadi sekali lagi, isu virus ASF yang ramai di media saat ini, itu baru suspect. Namun demikian karena sudah menimbulkan kematian babi yang sudah signifikan tentu kita harus waspadai,” imbuhnya.
Mengenai uji labnya, Sekda Dewa Indra mengatakan bahwa pihaknya sudah meminta agar hasilnya cepat dikeluarkan sehingga ada kepastian penyebab kematian babi di Bali.
Namun ia mengatakan, ada hal yang lebih penting daripada menunggu hasil uji lab positif atau tidak.
Hal yang lebih penting itu yakni pengendalian yang sudah dilakukan saat ini.
Menurutnya, petugas di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang membidangi peternakan bersama dengan kabupaten dan kota serta Balai Veteriner sedang melakukan upaya untuk meredam penyebaran virus tersebut.
Upaya ini juga dibantu oleh Kementerian Pertanian khususnya Direktoran Jendral (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Upaya pengendalian tersebut, jelasnya, dilakukan dengan mengedukasi masyarakat supaya tidak menggunakan bahan pakan babi dari sisa hotel, restoran dan katering (Horeka).
“Kita tahu makanan babi dibeli dari bekas-bekas atau sisa makanan, entah dari warung, dari restoran, dari pesawat,” kata dia.
Baginya, pemberian pakan dari sisa makanan tersebut sebenarnya tidak ada masalah, yang terpenting harus dimasak sampai mendidih.
Kemudian yang kedua, masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan kandang babinya.
Pihaknya juga mengaku sedang membagikan disinfektan secara gratis kepada para peternak babi untuk terus disemprotkan pada kandang babi.
Eks Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali itu mengklaim bahwa kematian babi di Bali yang diduga suspect ASF sejak beberapa hari ini sudah tidak ada lagi.
Hal itu, kata dia, karena pihaknya secara terus melakukan upaya pengendalian. (*)