TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Sebanyak 15 orang warga Desa Tri Eka Buana, Kecamatan Sidemen beralih menjadi petani arak setelah di PHK oleh perusahaan hotel dan restaurant di Denpasar.
Mereka banting setir jadi petani arak sejak pertengahan Bulan Maret 2020, setelah merebaknya Covid - 19.
Perbekel Tri Eka Buana, Ketut Derka mengungkapkan, warga yang beralih profesi mencapai 10 sampai 15 orang.
Mengingat petugas belum mendata keseluruhan. Intinya, kata Derka, warga beralih profesi karena tak ada pemasukan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya setiap harinya.
• PMI di Denpasar Akan Diisolasi 2x14 Hari Sebelum Bisa Komunikasi dengan Masyarakat Sekitar
• Biznet Perpanjang Upgrade Bandwidth Gratis dan Hadirkan Program Biznet Member Get Member
• Terkenal Emosional dan Sensitif, 4 Fakta Zodiak Cancer yang Perlu Kamu Tahu: Murah Hati dan Rumah
"Dulu memang sempat jadi petani arak. Tapi setelah itu beralih ke sektor pariwisata menjadi sopir, kerja di hotel & restaurant.
Sekarang, mereka di PHK hotel dan restaurant akibat merebaknya penyebaran virus corona.
Hampir semua hotel restaurant tutup,"ungkap I Ketut Derka, Senin (20/4/2020) siang.
Ditambahkannya, peralihan profesi disebabkan oleh merebaknya penyebaran virus corona. Ditambah, permintaan minuman arak mengalami peningkatan setelah merebaknya corona.
Mengingat minuman arak bisa digunakan sebagai hand sanitizer, dan terpenting yakni sebagai penghangat tubuh.
Ketut Derka menjelaskan, permintaan arak di Karangasem mengalami peningkatan setelah ada penemuan jika arak bisa dipakai untuk bahan buat haand sanitizer ditengah merebaaknya penyebaran corona di Indonesia.
Peningkatannya hingga capai 10 persen dibanding sebelum corona.
Pembeli arak di DesaTri Eka buana berasal dari Denpasar, Tabanan, Badung, serta Gianyar, dan Buleleng.
Hampir sebagian pembeli mengaku membeli arak untuk buat hand sanitizer, dan penghangat tubuh.
Perorangnya bisa beli arak sekitar 15 sampai 25 liter. Mereka datang langsung ke Desa.
"Semua petani arak di Tri Eka Buana mampu jual arak 500 liter lebih per hari. Permintaan meningkat drastis usai Polda Bali bersama UNUD mmbuat hand sanitizer dari arak, permintaan jadi meningkat sekitar 10 persen,"aku Derka, Perbekel Tri Eka Buana.
Hingga sekarang warga / instansi yang hendak membeli arak langsung ke lokasi, dan koperasi.
Harga per liternya bervariatif, tergantung jenis arak. Pihaknya berharap permintaan arak terus mengalami peningkatan, sehingga petani arak tetap dapat penghasilan di tengah pendemi virus corona.
Pihaknya menduga, kemungkinan permintaan arak akan terus meningkat saat kondisi seperti ini.
Mengingat petugas kesulitan mendapatkan alkohol untuk buat hand sanitizer.
"Di Bali kesulitan mendapatkan alkohol. Makanya banyak yang beli arak untuk hand sanitizer,"imbuh Ketut Derka.
Meningkatnya harga arak per liter mnjadi pemicu peralihan profesi di Tri Ekabuana. Terutama warga yang kena PHK. Saat ini harga arak per liternya meningkat sekitar 5 - 10 ribu, dari 25 ribu menjadi 35 ribu per liter.
"Karena meningkatnya harga, warga yang di PHK bertani arak,"tambah Derka.
Pihaknya menduga, kemungkinan warga yang di PHK dan beralih menjadi petani arak akan terus bertambah di Tri Eka Buana.
Mengingat kondisi perekonomian warga lesu, serta alami penurunan drastis pasca merebak penyebaran virus corona."Mungkin akan terus bertambah,"prediksinya.
Apakah warga yang beralih profesi akan terus bertahan jadi petani arak ?
I Ketut Derka belum bisa memastikanya. Yang jelas, kata Derka, jumlah petani arak di Tri Eka Buana bertambah beberapa orang.
Jumlah KK di Tri Eka Buana sekitar 600 KK, berprofesi sebagai petani arak hampir 435 KK.(*)