Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Satgas Covid-19 Banjar Tegeh Sari, Tonja, Denpasar Utara, Denpasar, Bali memberdayakan warga terdampak Covid-19 di Gang Sari Dewi dengan membudidayakan urban farming.
Ketua Satgas Covid-19 setempat, Gede Mantrayasa menjelaskan, pihaknya menginisiasi kegiatan budidaya ikan lele dan menyediakan media tanam sayur guna menjaga ketahanan pangan mandiri warga setempat di tengah pandemi virus corona.
Ada 30 KK yang bergabung dalam kelompok mina tani kolam lele dibentuk sejak 18 April 2020 lalu. Mereka mendapat pelatihan-penyuluhan budidaya ikan lele sehingga ilmunya nanti bisa dimanfaatkan warga secara komunal.
Gede menuturkan, warga setempat mendapat pinjaman lahan sekitar 1 are kemudian dimanfaatkan untuk pembuatan kolam lele terbuat dari terpal berbentuk melingkar dan dilengkapi oksigen untuk treatment, jumlahnya ada 2 kolam.
Dalam lahan tersebut tak hanya dimanfaatkan untuk kolam lele, namun juga untuk penanaman sayur, warga mendirikan bangunan mina tani itu secara gotong-royong dan memanfaatkan sumber daya setempat.
"Urban Farming ini untuk jangka pendek dan menengah, mereka kehilangan pekerjaan, ada yang kuli bangunan, ojek online dan serabutan, dari pada di rumah tidak ada aktivitas kita berdayakan dengan usaha ini, kalau sembako kan hanya bertahan 1-2 hari, mina tani ini bisa berkelanjutan," ujar Gede dijumpai Tribun Bali di lokasi, Kamis (30/4/2020)
Untuk mengembangkan model usaha ini, mereka mendapatkan support penuh dari Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) melalui program Kagama Care. Dari dua kolam tersebut setiap kolam akan diisi 1.000 bibit ikan lele.
"Nanti ada 1.000 ikan lele di setiap kolam, warga bisa membudidayakannya, bisa dimakan untuk kebutuhan sehari-hari, bisa dijual, bisa diolah masakan pepes, atau olahan lain. Sedangkan kalau sayur bisa ditanam yang umurnya pendek, pemeliharaan mudah dan bisa dikonsumsi, contohnya kangkung," papar dia.
Kedepan nantinya, mina tani yang dikelola warga ini bisa menjadi unit usaha baru, warga akan dibekali bagaimana teknis pengemasan makanan yang baik hingga strategi pemasaran sampai ke tempat pelanggan.
Melalui program mina tani ini, warga diedukasi untuk menjaga ketahanan pangan dan kepedulian terhadap lingkungan.
Hal ini sebagai langkah antisipasi sebab tidak bisa diprediksi kapan pandemi akan berakhir, dengan demikian hasil dari budidaya warga setempat juga dapat dimanfaatkan untuk masyarakat lain.
"Nanti di tempat lain saya akan lakukan hal yang sama namun dalam bentuk yang berbeda," katanya.
Menurut Gede, program mina lele kedepannya juga bisa dikembangkan di masing-masing pekarangan rumah warga dengan ukuran yang lebih kecil.
"Nanti kolam yang pertama ini jadi lab, warga lain melakukan di rumah bisa dengan ember, sebelahnya kangkung jadi kolam lele ember, kangkung di sampingnya. Nutrisinya bisa didapat kangkung daripada resisdu kotoran ikan lele terbuang. Satu ember 100 liter bisa menampung 25-50 ekor kan lumayan itu, kita ajak seperti ini, tanaman sayur juga kita tanam tanaman yang produktif seperti," jabarnya.
Tak berhenti di situ saja, Gede juga mengajarkan bagaimana pengolahan sampah agar menghasilkan maggot yang memiliki protein tinggi. Maggot itu nantinya untuk pakan lele.
"Masalah sampah juga terselesaikan, mengolah sampah untuk menghasilkan maggot berprotein tinggi untuk pakan lele," ujar Bendahara dan Ketua Yayasan Banjar Tegeh Sari itu.
Sementara itu, Ketua Pengda Kagama Bali, Diatmika menuturkan bahwa program ini menjadi bagian dari Kagama Care, di mana pada masa pagebluk corona ini komponen masyarakat harus berkolaborasi memberikan dukungan dan motivasi.
"Suasana pagebluk seperti sekarang ini, Kagama berfokus untuk membantu pencegahan, membantu mendonasi, memotivasi masyarakat untuk meningkatkan solidaritas sosial dan gotong royong," katanya.
Menurutnya, membantu masyarakat tidak serta dalam bentuk materiil, namun juga bisa dalam bentuk moril dan karya.
"Membantu tidak serta merta tentang materi dengan karya dan pemikiran juga merupakan bantuan, oleh karena itu kami mendapat ide mina tanj dari salah satu rekan di Tegeh Sari langsung kami eksekusi," ujar dia.
Diatmika menjelaskan, dalam organisasi Kagama memiliki banyak link yang bisa memberikan pengabdian dari skill dan kemampuan dari berbagai bidang disiplin ilmu.
"Denpasar kan perkotaan, orang kan harus beli sayur, kami senang mereka mempunyai niat membuat urban farming, kami siap memberikan ahli tutor, agar program itu menghasilkan manfaat, produktif dari segi pengolahan hingga pemasaran, agar warga survive dan siap dengan pendampingan berkelanjutan dari Kagama," pungkas dia. (*)