Rumah sakit yang menjadi tempat saya kontrol kehamilan ditetapkan sebagai salah satu RS rujukan penanganan Covid-19.
Sejak saat itu, saya merasa khawatir untuk memeriksakan kehamilan saya, apalagi ke rumah sakit tersebut.
Maraknya penyebaran Covid-19 dan kebijakan kerja dari rumah membuat saya tak ingin pergi ke mana pun, termasuk ke rumah sakit atau klinik untuk kontrol kehamilan.
Apalagi, saya punya anak pertama yang masih kecil.
Saya khawatir menjadi perantara Covid-19 untuk anak saya.
Pandemi Covid-19 membuat saya tidak berani memeriksakan kehamilan kedua ini selama 2,5 bulan lamanya.
Padahal, seharusnya saya kontrol kehamilan tiap bulan.
• BKKBN Bali Khawatir Kehamilan Meningkat di Masa Pandemi Covid-19, Begini Alasannya
Saya baru bersedia kontrol kehamilan kembali pada pertengahan Mei lalu, setelah berulang kali dibujuk, bahkan dipaksa suami saya.
Saat itu, saya, ditemani suami, memeriksakan kehamilan di klinik tempat pertama kali saya kontrol.
Bingung mencari tempat bersalin
Setelah bersedia kontrol kehamilan lagi, kekhawatiran saya berikutnya adalah soal tempat bersalin.
Hingga kini, saya masih bingung mencari tempat bersalin. Klinik khusus ibu dan anak bisa menjadi pilihan.
Masalahnya, klinik tersebut tidak melayani persalinan secara caesar.
Pihak klinik akan merujuk pasien yang harus melahirkan caesar ke rumah sakit.
Saya tentunya berharap bisa melahirkan dengan persalinan normal, seperti saat melahirkan anak pertama.