TRIBUN-BALI.COM - Program Belajar dari Rumah TVRI saat ini sudah memasuki pekan kedelapan pelaksanaannya.
Itu berarti, selama delapan minggu pula kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan berharap masa pandemi Covid-19 segera berakhir.
Meski jenuh, stasiun TVRI kembali menghadirkan berbagai tayangan edukasi untuk menemani para siswa selama di rumah.
Sebagaimana pekan-pekan sebelumnya, program Belajar dari Rumah TVRI kali ini masih akan menayangkan Jalan Sesama untuk siswa PAUD, kemudian Khan Academy untuk siswa SD kelas 1-3, dan X-Sains untuk siswa SD kelas 4-6.
Berikutnya, siswa SMP dan sederajat hari ini akan belajar Matematika dengan topik layang-layang dan trapesium.
Demikian pula siswa SMA/SMK hari ini juga akan belajar Matematika: Persamaan Eksponensial.
Selain untuk siswa, TVRI hari ini juga menghadirkan tayangan untuk guru dan orang tua dalam Keluarga Indonesia.
Kemudian pada malam hari, program Belajar dari Rumah di TVRI akan ditutup dengan penayangan film: Kamulah Satu-satunya.
Nah, berikut adalah jadwal lengkap program Belajar dari Rumah TVRI edisi Selasa, 2 Juni 2020:
- 08.00 - 08.30 WIB: PAUD: Jalan Sesama: Pakaian
- 08.30 - 09.00 WIB: SD Kelas 1-3 dan sederajat: Khan Academy: Operasi Pengurangan
- 09.00 - 09.30 WIB: SD Kelas 4-6 dan sederajat: X-Sains: Siklus Air
- 09.30 - 10.00 WIB: SMP dan sederajat: Matematika: Layang-layang dan Trapesium
- 10.00 - 10.30 WIB: SMA/SMK dan sederajat: Matematika: Persamaan Eksponensial
- 10.30 - 11.00 WIB: Keluarga Indonesia: Orang Tua dan Dunia Kerja
- 21.30 - 23.30 WIB: Film: Kamulah Satu-satunya
Selain menyaksikan langsung melalui televisi, program Belajar dari Rumah dapat disaksikan secara streaming.
Berikut link streaming program Belajar dari Rumah TVRI:
>>> Link 1
>>> Link 2
>>> Link 3
Sebagaimana diketahui, program Belajar dari Rumah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan alternatif kegiatan pembelajaran selama anak belajar di rumah karena terdampak masa pandemik Covid-19.
Tayangan dalam program ini meliputi tayangan untuk anak usia PAUD dan sederajat, SD dan sederajat, SMP dan sederajat, SMA/SMK dan sederajat, dan program keluarga dan kebudayaan.
Pembelajaran dalam program Belajar dari Rumah ini tidak mengejar ketuntasan kurikulum, tetapi menekankan pada kompetensi literasi dan numerasi.
Selain itu, tujuan lain program tersebut adalah untuk membangun kelekatan dan ikatan emosional dalam keluarga, khususnya antara orang tua/wali dengan anak, melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan serta menumbuhkan karakter positif.
13 Juli Tahun Ajaran Baru
Tahun ajaran baru 2020/2020 akan dimulai pada 13 Juli mendatang.
Tahun ajaran baru ditandai dengan adanya proses Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2020 yang segera dimulai.
Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah (Plt. Dirjen PAUD Dasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hamid Muhammad menegaskan bahwa ada perbedaan antara dimulainya Tahun Ajaran baru dengan tanggal dimulainya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) untuk tatap muka.
Hal itu terkait dengan adanya masa pandemi Covid-19.
“Tanggal 13 Juli adalah tahun pelajaran baru, tetapi bukan berarti kegiatan belajar mengajar tatap muka. Metode belajar akan tergantung perkembangan kondisi daerah masing-masing,” jelas Hamid, dikutip dari laman resmi Kemdikbud RI.
Sebelumnya, Ikatan Guru Indonesia (IGI) meminta Kemendikbud untuk menggeser tahun ajaran baru 2020/2021 ke bulan Januari 2021.
Dilansir dari Kompas.com, IGI menilai menggeser tahun ajaran baru 2020/2021 ke bulan Januari 2021 memberikan kesempatan Kemendikbud meningkatkan kompetensi guru selama 6 bulan.
Dengan demikian, di bulan Januari para guru sudah bisa menyelenggarakan PJJ berkualitas dan menyenangkan jika ternyata Covid-19 belum tuntas.
Selain itu, penggeseran tahun ajaran baru bisa dianggap bisa mengurangi stres orangtua dan siswa terkait ancaman penularan Covid-19.
“Dengan dimulainya PPDB ini sebenarnya sudah jelas bahwa kami tidak memundurkan kalender pendidikan ke bulan Januari. Kenapa tidak memundurkan? Karena kalau memundurkan maka akan ada konsekuensi yang harus kita sinkronkan,” imbuh Hamid.
Hamid menambahkan, salah-satu konsekuensinya adalah peserta didik untuk tingkat SMA dan SMP yang sudah dinyatakan lulus.
“Kelulusan siswa SMA dan SMP sudah diumumkan, sebentar lagi akan diumumkan untuk kelulusan siswa SD. Artinya kalau sudah lulus kemudian diperpanjang, anak yang lulus ini mau dikemanakan? Termasuk juga perguruan tinggi juga sudah melakukan seleksi,” ujar Hamid.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud, Chatarina Muliana Girsang menambahkan bahwa hal yang mungkin menjadi masalah dalam PPDB metode luring.
Kehadiran fisik dibutuhkan di sekolah karena beberapa alasan yang menyebabkan ketidaksiapan daerah untuk melaksanakan sistem daring (online).
“Tentu saja sesuai dengan yang diperintahkan oleh Bapak Presiden bahwa dalam pelaksanaan PPDB jika tidak dapat menghindari pertemuan langsung maka untuk metode luring harus memperhatikan protokol kesehatan seperti penyediaan masker dan hand sanitizer, menjaga jarak, dan tidak melakukan kerumunan,” tegas Chatarina.
“Oleh karena itu dalam metode luring kami harapkan kesiapan pemerintah daerah untuk jauh-jauh hari menyampaikan pelaksanaan PPDB nya secara luring sehingga dapat membagi waktu pendaftaran agar tidak terjadi kerumunan yang akan menyulitkan pendaftar untuk menjaga jarak,” imbuhnya. (*)