Corona di Bali

Update Covid-19 di Bali: Pasien Sembuh Sudah 84,41 Persen, Wisatawan Nusantara Mulai Kunjungi Bali

Penulis: Widyartha Suryawan
Editor: Eviera Paramita Sandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), menyambut kedatangan wisatawan nusantara/domestik di terminal kedatangan domestik Bandar Udara (Bandara) Internasional I Gusti Ngurah Rai, Jumat (31/7/2020).

TRIBUN-BALI.COM – Provinsi Bali secara resmi membuka sektor pariwisata tahap II untuk wisatawan nusantara, Jumat (31/7/2020).

Dibukanya Bali untuk wisatawan nusantara ditandai dengan Deklarasi Program Kepariwisataan dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru dan Digitalisasi berbasis QRIS serta launching aplikasi Love Bali di Peninsula Island Kawasan The Nusa Dua, Badung, Kamis (30/7/2020) sore.

Lalu, bagaimana perkembangan kasus Covid-19 di Bali?

Persentase pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh telah mencapai 84,41 persen.

Per Jumat (31/7/2020), Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali mencatat angka kesembuhan Covid-19 bertambah 88 orang.

Sehingga, jumah kumulatif pasien sembuh di Bali menjadi 3.407 orang.

Tidak ada penambahan kasus meninggal terkait Covid-19 di Bali, sehingga jumlahnya tetap 48 kasus atau 1,41 persen.

Kendati demikian, Tim Gugus Tugas juga masih mencatat ada panembahan kasus positif Covid-19 sebanyak 47 orang.

Dengan demikian, jumlah kumulatif kasus positif Covid-19 di Bali kini sudah mencapai 3.407 kasus.

Sedangkan untuk pasien positif dalam perawatan (kasus aktif) kini berjumlah 483 orang yang terdiri dari 482 WNI dan 1 WNA.

Mereka dirawar di 17 rumah sakit, dan dikarantina di Bapelkesmas, UPT Nyitdah, Wisma Bima, Hotel Ibis, Hotel Grand Mega dan BPK Pering.

Jika dilihat berdasarkan peta sebaran kasus, Kota Denpasar masih menjadi wilayah dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak di Bali.

Per Jumat (31/7/2020), jumlah kumulatif kasus positif di Denpasar telah tercatat sebanyak 1.316 kasus.

Kemudian disusul Kabupaten Badung (482 kasus), Bangli (351 kasus), Klungkung (305 kasus), Gianyar (302 kasus), Karangasem (239 kasus), Buleleng (179 kasus), Tabanan (120 kasus), dan Jembrana (59 kasus).

Wisatawan Nusantara Mulai Kunjungi Bali
Diberitakan sebelumnya, sektor pariwisata tahap II khusus untuk wisatawan nusantara mulai dibuka per Jumat (31/7/2020).

Pariwisata Bali pun diharapkan mulai menggeliat setelah beberapa bulan mengarungi masa pandemi Covid-19.

Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), menyambut kedatangan wisatawan nusantara/domestik di terminal kedatangan domestik Bandar Udara (Bandara) Internasional I Gusti Ngurah Rai, Jumat (31/7/2020).

Dalam kesempatan itu, Wagub Cok Ace bersama sejumlah pimpinan asosiasi pariwisata, lanud, dan otoritas bandara menyambutan kedatangan 84 orang wisatawan domestik yang merupakan penumpang pesawat GA 402 dari Jakarta.

Kedatangan 84 orang wisatawan nusantara/domestik itu mendapat kalung bunga dan ucapan selamat datang dari Wagub Cok Ace.

Didampingi Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa, Wagub Cok Ace menyampaikan bahwa acara seremonial tersebut merupakan wujud apresiasi kepada pelancong yang tiba pada hari pertama mulai dibuka untuk wisatawan domestik.

“Saat ini kebanyakan yang datang ke Bali dari Jakarta dan Surabaya, tapi dari daerah mana saja kami terbuka asal syaratnya ke Bali terpenuhi oleh mereka,” kata Cok Ace.

Wagub juga menyampaikan adanya peningkatan intensitas penerbangan beberapa hari terakhir.

Waktu pandemi Covid-19 di bulan Februari bahkan sempat 5 pergerakan pesawat per hari, dan saat ini sudah meningkat mencapai 60 penerbangan per hari.

“Sebelumnya sempat anjlok, bahkan pernah hanya 5 penerbangan dalam sehari. Namun beberapa hari terakhir terus bertambah. Kemarin 67 dan hari ini (kemarin, red) dijadwalkan ada 60 penerbangan,” katanya.

Cok Ace yang juga sebagai Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali ini berpendapat, geliat penerbangan yang mulai terjadi di pintu masuk jalur udara ini menjadi awal yang baik bagi kebangkitan pariwisata yang terpuruk di tengah pandemi Covid-19.

Co. General Manager Commercial PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Rahmat Adil Indrawan, mengungkapkan Garuda Indonesia menjadi maskapai pertama landing di Bandara Ngurah Rai begitu pariwisata Bali dibuka untuk wisatawan nusantara/domestik, kemarin.

"Flight-nya sekitar 100an orang yang datang. Dan rata-rata sekarang pergerakan penumpang domestik sudah di 4 ribu orang yang datang. Meningkat tiga kali dari bulan-bulan sebelumnya,” kata Rahmat Adil.

Ia pun berharap momen ini dapat membangkitkan pariwisata Bali.

“Mudah-mudahan dengan dibukanya secara resmi ini dan dihadiri oleh Wagub akan menjadi momen titik dimana pariwisata Bali akan bangkit kembali,” ungkapnya.

Pelaku Pariwisata: Hapus Syarat Tes Swab dan Rapid Masuk Bali
Sementara itu, pelaku pariwisata menyambut positif kembali dibukanya sektor pariwisata di tengah masa pandemi Covid-19.

Namun mereka meminta pemerintah menghapus syarat membawa surat keterangan tes swab maupun tes cepat (rapid test) bagi wisatawan yang masuk ke Bali.

Permintaan tersebut salah satunya disampaikan I Dewa Gede Wisnu Arimbawa. Menurut pemilik salah satu travel agent ini, syarat hasil rapid test atau swab hanya akan membuat wisatawan berpikir dua kali berkunjung ke Pulau Dewata.

"Jika menggunakan swab test sebagai syarat wisatawan mancanegara masuk Bali, maka mereka akan berpikir lagi untuk datang ke Bali. Sebab seperti kita tahu, biaya swab test itu Rp 2,5 jutaan. Tentunya mereka akan pikir-pikir datang ke Bali," kata pria yang sudah bergelut di dunia pariwisata sejak tahun 1998 itu.

Selain biaya swab test diperkirakan dapat menghambat datangnya wisatawan ke Bali, Wisnu Arimbawa juga punya beberapa pemikiran sederhana kenapa ia begitu getol menyuarakan ini di media sosial pribadinya.

Pertama, menurut Wisnu, Bali juga merupakan bagian dari pandemi ini. Artinya, menurutnya, Bali tidak juga daerah yang tidak bebas Covid-19.

Itu sebabnya, Wisnu menilai kebijakan wisman wajib swab test negatif jika hendak masuk Bali dianggap tidak fair.

"Jadi tidak fair jika kita membatasi seseorang untuk datang ke Bali sementara kita juga bagian dari pandemi itu sendiri," tegasnya.

Alasan kedua, Wisnu berpikir bahwa tidak ada orang sakit yang mau traveling atau berwisata. Artinya, orang yang sakit tentunya akan berpikir berkali-kali untuk pergi berlibur.

"Karena bagaimana pun traveling atau berwisata itu adalah bagian terakhir dalam hidup seseorang. Secara umum orang harus merasa sehat terlebih dahulu barulah memutuskan untuk traveling apalagi dalam suasana pandemi seperti ini," ujar pria asal Klungkung itu.

Lalu jika tidak menggunakan rapid dan swab test, apa solusi yang ia tawarkan untuk pemerintah menjelang penerimaan wisatawan asing 11 September nanti?

Menurut Wisnu, ada beberapa syarat yang tidak membutuhkan biaya besar yang bisa diterapkan nantinya ketika wisman datang ke Bali.

Pertama, memastikan semua wisman yang datang ke Bali mengikuti tradisi, atau adaptasi kebiasaan baru, yaitu wisatawan selalu pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan.

Kemudian, wisatawan asing atau mancanegara dijamin oleh agen asuransi perjalanan.

"Nah Jika terjadi sesuatu di Bali, ada yang menjamin biaya mereka, termasuk jika terkena Covid-19. Jadi bukan ditanggung Pemprov Bali, tapi asuransi," ujar Wisnu.

Selain itu, menurut Wisnu, ada penjamin dari local suplier atau agen lokal di Bali untuk para wisman yang mereka datangkan. Misalnya, tour operator, travel agent, hotel, atau pihak lain yang menjamin wisman tersebut.

"Surat jaminan itulah yang harus dibawa oleh wisatawan asing pada saat masuk dan diperiksa di Bandara Ngurah Rai. Dan itu tidak memerlukan biaya. Namun kalau syaratnya swab/PCR itu memerlukan biaya Rp 2 juta bahkan lebih bagi wisatawan yang akan masuk ke Indonesia, dan mereka harus melakukan itu di negaranya masing-masing. Sangat berat," papar Wisnu. (*)

Berita Terkini