TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Teka-teki siapa yang akan mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP pada enam Pilkada Serentak di Bali masih belum ada titik terang.
DPP PDIP kembali menunda pengumuman rekomendasi untuk Bali.
Penundaan itu dipastikan saat Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, bersama Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, mengumumkan 75 pasangan calon di gelombang ketiga secara virtual dari kediaman Mega di Jl Teuku Umar, Jakarta, Selasa (11/8/2020).
Tidak ada satupun nama paslon kepala daerah dari Bali yang dibacakan oleh Ketua DPP PDIP bidang politik Puan Maharani.
Wakil Ketua Bidang Kehormatan DPD PDIP Bali, Ketut 'Boping' Suryadi, mengaku tidak habis pikir terkait kembali tertundanya rekomendasi untuk Bali ini.
Bahkan, ia mempertanyakan terkait kondisi yang terjadi di PDIP.
"Waduh sungguh saya tidak mengerti ada apa dengan Bali. Kenapa sampai begitu ruwetnya," kata Boping, Selasa siang.
Saat disinggung apakah ada sosok “tangan tak terlihat” yang diduga ikut campur dalam penentuan rekomendasi Tabanan, ia pun tak menampiknya.
"Nah, patut dipertanyakan ini, ada apakah ini sampai segini ruwetnya Bali," tanya Boping.
Penundaan yang dilakukan oleh PDIP ini disebut-sebut akibat alotnya penentuan kursi calon di daerah yang akan menggelar Pilkada di Bali. Paling alot adalah Kabupaten Tabanan.
Di daerah lumbung beras yang jadi kandang banteng ini, terjadi perebutan rekomendasi antar sesama kader banteng.
Bahkan, kondisi tersebut sampai membuat sesepuh PDIP yang juga mantan Bupati Tabanan dua periode, Nyoman Adi Wiryatama, dikabarkan berangkat ke Jakarta, Senin (10/8) siang, usai memimpin sidang paripurna DPRD Bali pada pagi harinya.
Keberangkatan Adi Wiryatama ke Jakarta disebut-sebut sebagai bagian dari lobi politik guna memuluskan sang anak yakni Made Gede Dedy Pratama di Pilkada Tabanan.
Selain merupakan anak dedengkot PDIP Bali, Gede Dedy adalah kader PDIP asal Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan, yang notabene adik kandung Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti.
Ia juga kini menjabat Sekretaris Banteng Muda Indonesia (BMI) Tabanan yang merupakan sayap PDIP.
Momentum Politik
Sementara Hasto Kristiyanto beralasan mundurnya rekomendasi untuk Bali karena PDIP selalu menantikan momentum politik yang tepat untuk mengumumkan para calon kepala daerah.
Ia juga mengungkapkan, selain Bali ada beberapa daerah yang belum diumumkan oleh DPP PDIP.
Seperti Kota Surabaya, Provinsi Jambi, Provinsi Kepulauan Riau, dan Provinsi Kalimantan Utara juga ditunda pengumuman rekomendasinya.
Untuk daerah-daerah tersebut, Hasto memastikan akan mengumumkanya di tahap keempat.
Hanya saja, ia tidak bisa memastikan terkait waktu pengumuman tahap keempat itu.
"Kota Surabaya dan seluruh calon dari Provinsi Bali akan diumumkan sebagai puncak pengumuman pasangan calon," ucapnya.
Sekretaris DPD PDIP Bali, I Gusti Ngurah Jayanegara, membenarkan Bali nantinya akan menjadi penutup dari empat gelombang paslon kepala daerah yang diumumkan oleh DPP PDIP.
"Memang Bali jadi puncak pengumuman di penutup dengan tujuh gubernur," ujar dia, kemarin.
Saat disinggung mengenai kapan waktu pengumuman gelombang keempat tersebut, Gung Jaya tidak menjawabnya secara gamblang.
Ia hanya memastikan pengumuman dilakukan sebelum tanggal 20 Agustus mendatang. "Paling lambat sebelum 20 Agustus," paparnya.
Ketika ditanya mengenai tertundanya pengumuman rekomendasi akibat adanya tarik ulur di Tabanan, politisi yang juga calon Walikota Denpasar itu menolak menjawabnya.
"Ten uning (tidak tahu)," kelitnya.
Seperti diketahui, dalam penjaringan di DPC PDIP Tabanan menghasilkan 11 nama. Ke-11 nama tersebut yakni Komang Gede Sanjaya, Ketut Boping Suryadi, dan Wayan Widnyana di posisi balon bupati.
Kemudian AA Nyoman Dharmaputra, Made Edi Wirawan, Gede Made Dedy Pratama, Putu Eka Putra Nurcahyadi, Nyoman 'Komet' Arnawa, Nyoman Mulyadi, dan Made Arimbawa di posisi balon wakil bupati.
Sementara Gede Suamba mendaftar di dua posisi yakni balon bupati dan wakil bupati.
Informasi yang beredar, ada dua versi terkait paket calon di Pilkada Tabanan 2020. Pertama, paket IKG Sanjaya-I Made Gede Dedy Pratama.
Kedua, paket IKG Sanjaya-I Made Edi Wirawan. Made Edi Wirawan adalah kader Banteng Moncong Putih yang kini duduk di Fraksi PDIP DPRD Tabanan.
Kompak No Comment
Dimintai tanggapan terkait paket ini, Gede Dedy tak banyak berkomentar.
Ia hanya menyatakan akan tetap menunggu keputusan DPP PDIP.
"Iya, kita lihat nanti saja. Astungkara rahayu," ujarnya singkat ketika dikonfirmasi Selasa (11/8).
Gede Dedy juga tak menanggapi ketika disinggung kemungkinan dirinya naik menjadi 01 (calon bupati) meski mendaftar sebagai 02 (calon wakil bupati) Tabanan.
Ia hanya berharap proses pengumuman rekomendasi berjalan lancar. "Astungkara antar nggih (semoga berjalan lancar)," tandasnya.
Ketua DPC PDIP Tabanan yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, juga tak mau berkomentar mengenai rekomendasi DPP PDIP untuk Pilkada Tabanan 2020.
"Ampura, no comment," ucapnya singkat saat dikonfirmasi.
Made Edi Wirawan yang juga disebut akan mendampingi Komang Sanjaya pun memilih no comment. "Ampura, tiang no comment," kata politisi asal Desa Beraban, Kecamatan Kediri, ini.
Sementara Ketut 'Boping' Suryadi menyatakan akan mendukung siapapun yang direkomendasikan oleh DPP.
"Saya menyerahkan sepenuhnya ke DPP partai. Siapa saja pasti saya dukung dan menangkan," tegasnya.
Sebelumnya, Adi Wiryatama kepada Tribun Bali membantah terkait isu dirinya ikut “turut campur” dalam penentuan rekomendasi Pilkada Tabanan sehingga menjadi alot.
Adi Wiryatama mengatakan siapa pun yang terpilih di Tabanan, dirinya mendukung sepenuhnya. Ia siap memenangkan kandidat yang diusung PDIP.
"Saya sebagai kader di Tabanan, jadi siapapun yang keluar itu adalah kader-kader terbaik yang sudah dinilai oleh DPP. Jadi siapapun yang keluar wajib saya dukung dan saya menangkan," ucapnya.
Sebagai catatan, pada Pilkada 2010 rekomendasi paslon di Tabanan juga sempat menjadi sorotan dan menimbulkan gejolak di tubuh PDIP Tabanan.
Saat itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah PDIP di Bali, Megawati tiba-tiba merevisi calon kepala daerahnya yang akan bertarung di Pilkada Tabanan.
Sebelumnya calon yang ditetapkan yaitu Wayan Sukaja-Eka Wiryastuti yang tertuang dalam SK DPP PDIP Nomor 3075/IN/DPP/XII/2009.
Namun dalam perkembangannya, surat rekomendasi DPP PDIP Nomor 317/IN/DPP/2010 menetapkan paket Eka Wiryastuti-Komang Gede Sanjaya sebagai calon bupati dan wakil bupati Tabanan.
Surat rekomendasi itu ditandatangani Ketua Bappilu DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo dan Sekjennya Pramono Anung yang diketahui Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri.
Surat rekomendasi itu dijemput langsung Adi Wiryatama ke Jakarta.
Denpasar dan Jembrana
Tidak hanya di Tabanan, di Denpasar dan Jembrana juga terjadi perebutan rekomendasi antar sesama kader banteng.
Hanya saja perebutannya untuk posisi calon wakil walikota Denpasar dan wakil bupati Jembrana.
Untuk Kota Denpasar, dipastikan rekomendasi balon walikota akan turun ke Wakil Walikota Denpasar saat ini, IGN Jayanegara. Sementara ada dua nama akan berebut posisi balon wakil walikota.
Dua nama tersebut yakni Ketua DPC PDIP Denpasar yang juga Ketua DPRD Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, dan Sekretaris DPC PDIP Denpasar yang juga Ketua Fraksi PDIP DPRD Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa.
Terkait hal tersebut, Kadek Agus memilih menjawab secara diplomatis. Ia mengaku pihaknya memilih menunggu.
Bahkan, kata dia, siapapun yang mendapat rekomendasi menurutnya sebagai petugas partai pihaknya wajib memenangkan dan mengamankannya.
"Kita sebagai petugas tinggal tunggu saja, hasil dari DPP, apapun itu di bawah kita bergerak di bawah," tegasnya.
Sedangkan di Jembrana kabarnya posisi calon wakil bupati lagi-lagi menjadi persoalan yang ikut menjadi tertundanya pengumuman rekomendasi oleh DPP PDIP.
Padahal, PDIP melalui hasil penjaringannya menyerahkan tiga nama yakni Made Kembang Hartawan di posisi balon bupati, Ida Bagus Susrama dan I Dewa Putu Mertayasa di posisi balon wakil bupati.
Hanya saja, kabar yang berkembang justru Anggota DPRD Bali Dapil Jembrana dari Fraksi PDIP, Ketut Sugiasa alias Sugik, yang dikabarkan bakal menjadi calon tandem Kembang.
Sugik yang dikonfirmasi terkait ini, menjawab secara diplomatis. Ia mengaku menghargai apapun keputusan partai.
Apabila mendapat rekomendasi mendampingi Kembang Hartawan, menurutnya merupakan amanah yang sangat besar baginya.
"Astungkara, sebagai kader partai khususnya PDI Perjuangan itu merupakan keputusan partai yang final bahwa siapapun kader partai harus tunduk dan loyal pada induk partai. Apapun perintah partai itu merupakan amanah yang sangat luar biasa," katanya kepada Tribun Bali, Selasa sore.
Sedangkan, untuk tiga daerah lainnya dipastikan tidak ada perubahan rekomendasi.
Tiga daerah tersebut yakni Kabupaten Badung, Bangli, dan Karangasem.
Untuk Badung, dipastikan akan mengusung kembali incumbent, Nyoman Giri Prasta-Ketut Suiasa (Giriasa).
Bahkan, keputusan itu sudah ditegaskan dalam rapat DPC PDIP Badung pada tanggal 14 September 2019 lalu dan PDIP Badung tidak menggelar penjaringan balon.
Di Bangli, PDIP sudah pasti akan mengusung Sang Nyoman Sedana Arta di posisi balon bupati dan I Wayan Diar di posisi balon wakil bupati, Sedana Arta saat ini menjabat Wakil Bupati Bangli, dan Wayan Diar merupakan Ketua DPRD Bangli.
Sedangkan Karangasem, PDIP disebut-sebut akan merekomendasikan calon Gede Dana-Wayan Artha Dipa.
Gede Dana merupakan Ketua DPC PDIP Karangasem sekaligus Ketua DPRD Karangasem, dan Artha Dipa saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Karangasem. (gil/mpa)