TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pandemi masih menghajar, namun semangat I Wayan Marinton tetap berkobar.
Tato artis ini tak mau membiarkan tangannya gagap merajam jarum di permukaan kulit.
Meski studio tato tempatnya bekerja di Kuta tutup, Rinton sapaannya tetap berkarya di rumah.
Seniman tato yang menetap di Jalan Padma, Banjar Peninjoan, Peguyangan Kangin, Denpasar ini mempersilakan yang ingin punya tato untuk datang ke rumahnya.
Ia sampaikan, ada harga khusus di masa pandemi.
"Temen-temen lokal yang ingin mendapatkan tato dari saya, jangan khawatir harga sangat khusus saat pandemi seperti ini. Saya beri diskon sampai setengah harga. Bisa hubungi saya di akun Instagram @rinton_ink," ujarnya saat ditemui Tribun Bali, Jumat (21/8/2020).
Meski menurunkan harga, Rinton menolak menurunkan kualitas. Ia berkomitmen untuk tetap membuat karya terbaik.
Bagi dia, sekali jarum tato menoreh kulit, maka akan dibawa seumur hidup.
Dengan filosofi seninya itu, maka optimalisasi karya adalah sebuah keniscayaan.
"Tentu saya juga menjamin hasil yang optimal. Bagi saya kualitas adalah nomor satu yang harus tetap saya jaga," kata seniman rajah kulit yang bekerja di Balinesia Tattoo Studio di wilayah Kuta, Badung ini.
Meski merasakan dampak hingga penghasilannya turun sampai 70 persen, Rinton berucap syukur lantaran punya skill yang bisa dipakai meski studio tempat bekerjanya tutup.
Dengan menjadikan rumahnya sebagai studio sementara, ia ingin membantu mereka yang ingin memiliki tato.
Soal harga, seniman kelahiran Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini tidak akan mematok tarif normal, melainkan tarif menyama (bersaudara) yang masih bisa dibicarakan dengan santai.
"Masalah harga saya tidak terlalu mematok sedemikian, yang penting ngomong saja, masih bisa dibicarakan. Kadang saya juga kasihan, ada orang yang ingin sekali punya tato, tapi tidak punya uang seperti tarif tato di studio, saya akan bantu," jelas Rinton.
Keamanan dan keselamatan di masa pandemi ini tetap menjadi prioritasnya. Dalam bekerja, ia memakai standar kesehatan dan kebersihan.
Jarum yang baru, hand gloves, masker, dan peralatan-peralatan lain yang selalu dipastikan steril.
Ia juga mewajibkan customer yang datang ke rumahnya untuk membawa masker dan mencuci tangan.
Sebelum menentukan jadwal, Rinton juga menanyakan kondisi orang yang akan ditato.
Bukan bermaksud bagaimana, namun protokol kesehatan di masa pandemi penting diterapkan untuk menjaga diri sendiri dan orang lain.
"Saya tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan memastikan dan menanyakan coustamer bahwa mereka dalam keadaan sehat," tuturnya.
"Saya menyediakan tempat untuk cuci tangan dan meminta customer memakai masker. Saya juga memastikan bahwa saya pada saat mengerjakan tato pasti dengan standar prosedur yang sama seperti di studio tato tempat saya bekerja," sambung Rinton.
Hampir satu dekade atau 10 tahun menekuni seni tato, Rinton mengucapkan banyak terima kasih kepada Nyoman Budana atau yang akrab dipanggil Ibud.
Sosok Ibud baginya adalah saudara sekaligus panutan yang membuatnya bisa seperti sekarang ini.
"Ibud adalah mentor saya di dunia seni tato dan beliau juga sebagai pemilik Balinesia Tattoo Studio bersama partner-nya Wayan Suwartana. Balinesia Tattoo Studio tempat saya mencari rezeki sampai sekarang," jelasnya.
Rinton juga memberi semangat untuk artis tato di Bali yang terdampak pandemi.
Ia ingin semua orang optimistis. Rinton yakin, pandemi ini akan berakhir dan semua kembali normal seperti sedia kala.
"Kepada sesama teman-teman tato artis, tetap semangat dan tetap berkarya walaupun hanya bisa bekarya di rumah. Selalu optimistis, semoga pandemi ini segera berakhir. Seperti kata pepatah, badai pasti berlalu," tutur Wayan Marinton. (*)