Dan ia pun dengan semangat menyajikan hidangan untuk disantap warga.
“Awalnya di Tegalcangkring tapi kondisi anak masih bayi tidak bisa ditinggal, jadi sejak Galungan pindah ke sini (rumahnya),” ungkapnya.
Edi mengaku, ia berjualan bakwan, lontong tahu cap cay es dan beberapa jenis masakan dan minuman yang dipelajarinya ketika di restoran.
Bahkan, ia rela kembali berjualan ke rumah juga ingin menujukkan bhaktinya ke ayahnya yang sedang sakit.
Karena ketulusan itu pulalah, omzetnya pun lumayan untuk menyambung hidup membiayai istri dua anak dan ayahnya.
Paling tidak sehari sekitar Rp. 900 ribu.
Namun itu juga kepotong untuk membeli bahan baku masakan dan minuman.
“Ya jualan di rumah sekalian merawat ayah sakit. Kalau bersih penghasilan paling enggak Rp. 300 ribu dan sudah sangat disyukuri,” bebernya. (*).