TRIBUN-BALI.COM - Warga Amerika Serikat merayakan pesta demokrasi melalui Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020.
Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020 menjadi pusat perhatian warga dunia.
Terlebih lagi, helatan tersebut digelar bertepatan dengan pandemi serta isu rasial yang meluas.
Pemilih di Pennsylvania, negara bagian yang menjadi medan pertempuran antara Donald Trump dan Joe Biden tampaknya terpecah, satu sisi memberi kesempatan Trump memimpin sekali lagi atau menggantinya dengan Biden.
Mengutip Al Jazeera, Biden dilaporkan memiliki keunggulan tipis dalam jajak pendapat Pennsylvania, tetapi para ahli mengatakan, tidak berarti Trump dapat dikesampingkan.
Baca juga: Pilpres AS 2020: Jejak Pendapat Sebut Donald Trump dan Joe Biden Bersaing Ketat di Texas
Pada 2016 lalu, Trump memenangkan pemilu hanya dengan 44.292 suara pada tahun 2016.
Dia tercatat mengubah biru menjadi merah untuk pertama kalinya sejak 1988.
Untuk dicatat, biru melambangkan wilayah yang didominasi Partai Demokrat, sedangkan merah merupakan identias Partai Republik.
Lebih lanjut, jajak pendapat menunjukkan masalah utama di Pennsylvania adalah ekonomi, Covid-19 dan perawatan kesehatan.
Pada minggu terakhir pemilihan, jumlah kasus virus corona di negara bagian mencapai rekor tertinggi.
Peristiwa lain yang terjadi juga menarik perhatian banyak orang, terutama ketika polisi Philadelphia menembak dan membunuh Walter Wallace Jr, seorang pria berkulit hitam.
Insiden itu memicu protes dan penjarahan.
Di tengah wabah yang belum terkendali, penduduk berjuang untuk mencari pekerjaan karena meningkatnya tingkat pengangguran.
Lalu, dalam dua pekan terakhir kampanye Trump, mereka mengadakan tur kampanye di Pennsylvania pada empat hari secara terpisah.
Biden yang didukung mantan Presiden Barack Obama, tampil bersama di Philadelphia.